Terasa, pada saat itu『Mana』yang ada pada tubuh Arley, terserap dengan cara paksa—masuk kedalam『Appraisal Orb』yang berada tepat di kedua telapak tangannya kala itu.
Ingin ia segera melepaskan kedua telapak tangannya itu dari bola kristal tersebut, namun entah mengapa tubuhnya tak dapat bergerak. Dan semakin lama Arley menyentuh bola kristal tersebut, maka tubuhnya terasa semakin lemas.
Pada awalnya, hanya tampak secercah cahaya muncul keluar dari dalam bola kristal tersebut, tetapi—secara tiba-tiba terdengar suara berdenging dari dalam bola kristal itu, dan mulai ber-resonasi dengan oktaf yang cukup tinggi.
Sontak cahaya itu membesar secara mendadak. Dalam hitungan detik cahaya itu memenuhi seisi ruangan Gereja.
Cahaya itu terpecah ke seluruh penjuru ruangan, dan mengisi kegelapan yang terdapat di seluruh pelosok ruangan ini—dengan gemilangnya yang sangat amat menyilaukan.
"Huaa!?" refleks Arley langsung berteriak dengan suara serak.
Matanya terpejam dengan sendirinya. Ketika itu, seluruh pandangannya menjadi sangat silau.
Dalam beberapa detik itu, Arley tidak dapat berfikir dengan jernih, seperti ada matahari tepat berada di ujung jari-jarinya.
"Panas! tanganku terasa seperti terbakar," ucapnya dalam hati, namun Arley cukup takut untuk mengutarakan perasaannya saat itu.
Sekilas Arley mendengar suara seseorang tengah berteriak.
"... -Ta*** ... ta***n ...!" suara itu terdengar sangat samar
"Ha ...?!" tanya Arley kepada sang pemilik suara.
"-Tar*k ... Ta ~ ngan ...!" lagi, suara itu masih terdengar samar, namun sekarang sudah lebih jelas.
"... A-apa ...?!" tanya Arley sekali lagi.
Lalu suara itu berubah menjadi sangat jelas, seperti orang itu tengah tepat berada di hadapan Arley.
"TARIK TANGANMU!" Teriak orang tersebut dengan lantang.
Bugh!
Terdoronglah Arley dengan sangat kencang, sampai-sampai tubuh mungilnya itu terbanting ke sebelah kiri. Begitu juga dengan bola kristal yang ia pegang dengan kedua tangannya tadi.
Bola tersebut langsung terjatuh dari tempat asalnya, dan ikut menggelinding ketempat dimana Arley terperosok jatuh.
Namun bukan hanya Arley dan bola kristal itu saja yang terhempas jatuh, ternyata orang yang mendorong Arley tadi pun—juga ikut terbanting membentur lantai aula Gereja.
Akhirnya mereka berdua terjatuh tepat di sebelah sang Uskup. Sedangkan『Appraisal Orb』yang Arley pegang tadi, malah berguling kembali ke depan podium Gereja.
Ketika Arley sadar, ia sudah tergeletak di lantai, dan matanya masih belum bisa melihat kondisi sekitar. Saat ini yang Arley rasakan adalah : kedua bola matanya terasa seperti mata orang yang terkena "flash bomb."
Demikian Arley mencoba mengusap kedua kelopak matanya itu demi memulihkan penglihatannya kembali.
"M-maafkan aku," ucap Arley sambil mengusap kedua kelopak matanya—dengan menggunakan lengan tangan. Disamping itu, telapak tangan Arley terasa perih seperti terkena luka bakar.
Terdengar hentakan sepatu yang menciptakan bahana di dalam ruangan aula Gereja. Arley mengenali hentakan sepatu tersebut. Ia menyadari jika seseorang tengah berdiri di hadapannya.
Lalu Arley berusaha membuka kedua mata dengan sangat perlahan. Lembut tapi pasti, matanya terbuka secara halus. Terlihat bayangan seorang anak perempuan pergi menjauh darinya.
"T-terima kasih," sekali lagi Arley menyampaikan rasa bersyukurnya terhadap sang wanita.
"Tak perlu ...," jawab sang wanita dengan arogan. Ya, Arley sadar jika yang mendorongnya tadi adalah Misa.
Demikian, Misa pun pergi keluar dari Gereja tanpa melirik kebelakang lagi. Entah kemana dia akan pergi, tetapi—tampaknya ia akan pergi pulang menuju rumahnya.
Beberapa saat kemudian pengelihatan Arley telah pulih menjadi normal. Ia mencoba untuk melihat sekelilingnya. Namun seluruh orang malah memandang dirinya dengan wajah yang terkejut, dan beberapa dari mekera bergumam sendiri.
"Cahaya apa itu tadi ...?!"
"Cahayanya sampai keluar Gereja!"
"Tidak aku melihat cahayanya dari luar, cahaya itu seperti naik menuju langit!"
Riuh dan kacau. Tiba-tiba kondisi di dalam Gereja menjadi tak terkendali—akibat beberapa oknum memaksa masuk ke dalam aula gereja, demi melihat kejadian yang begitu aneh tadi.
Namun pada saat keriuhan ini sedang terjadi. Terdengar hentakan sepatu yang menggema cukup kuat, kali ini suaranya begitu tebal dan dalam.
Tepat dari sebelah kanan Arley—sang Uskup bergerak menuju lokasi dimana Arley tengah berbaring, kemudian ia menjulurkan lagi tangan kanannya kepada Arley, dan Arley langsung meraih tangan beliau dengan sepenuh hatinya.
"Aw!" rintih Arley kesakitan.
Secara cepat Arley ditarik berdiri oleh sang Uskup Agung, namun entah kenapa telapak tangan Arley masih terasa perih.
Ketika ia melihatnya, ternyata benar. Saat ini telapak tangan Arley tengah memar seperti terkena luka bakar.
Kondisi menjadi semakin riuh, para masyarakat memandang diri Arley dengan ekspresi ketakutan. Seperti mereka ingin berkata sesuatu tetapi tidak berani.
Tentu saja Arley tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya tercengang melihat kondisi ini tercipta.
Sejenak Arley melihat ke arah Ibunda Terra. Tampak dari lokasinya saat ini, Ibunda Terra tengah menutup mulutnya yang kala itu, juga tampak jika matanya tengah terbelalak lebar.
Lantas ketika Arley melihat ke arah matanya, sang Ibunda baru tersadar, dan menghentikan sikapnya tersebut.
"I-Ibu ...," ketika itu Arley sangat ingin menghampirinya, tetapi sang Uskup malah terlebih dahulu berjalan ke arah beliau, dan seketika itu juga niat Arley untuk menghampiri Ibundanya langsung pupus.
Keadaan semakin kusut, masyarakat mulai kembali berfikir rasional, dan sifat keji mereka mulai muncul kembali.
"Dia ini bukan anak biasa, dia akan tumbuh menjadi monster! kita harus membunuhnya!" seorang pria tampak sedang memprovokasi rekan-rekannya yang lain.
"Jangan biarkan dia tumbuh dewasa! yang ada nanti dia merusak dan menghancurkan desa kita," tambah temannya yang terlihat begitu garang.
"Dasar anak terkutuk!" ucap seorang Ibu-ibu yang tengah menenteng anak lelakinya.
Splash!~
Kemudian anak lelaki tersebut melempar Arley dengan buah tomat yang masih segar, Arley menyadari jika wajahnya menjadi basah akibat cairan yang dihasilkan oleh buah tomat tersebut.
"Aduh!" ucap Arley sambil memejamkan sebelah mata.
Terpecah, lalu tercecer belepotan di lantai aula. Arley mencium aroma masam dari cairan yang mengenai wajahnya itu.
Dengan cepat Arley mengelap wajahnya mengenakan telapak tangan, tampak kulitnya berubah warna menjadi merah akibat terkena cairan tersebut.
Refleks ia memandang tajam ke arah anak yang melemparnya tomat tadi.
"Hii ...! m-maaf!" kata sang anak yang melemparkan tomat kepada Arley tadi, sembari ia bersembunyi di balik tubuh ibunya.
"Lihat, coba lihat! dia sudah mulai berani mengancam anak-anak kita!" ucap si Ibu—yang merupakan orang tua dari sang anak pelempar tomat tadi.
Sontak Arley kembali tersadar dan teringat, bahwasanya apapun yang terjadi, ia tidak boleh melawan mereka. Ya, dirinya harus tetap bersabar.
Beberapa bulan yang lalu, Arley pernah membaca pesan pada sebuah buku, dimana buku itu menjelaskan tentang identitas makhkuk yang bernama monster.
Kalimatnya seperti ini :
"Monster adalah suatu makhluk yang diciptakan oleh rasa takut pada hati manusia, sesungguhnya monster hanyalah nama penyebutan yang dibuat oleh manusia, dia bukanlah makhluk yang mengganggu makhluk lain tanpa sebab, tetapi hati manusia lah yang membuat makhluk itu menjadi ganas dan menyeramkan, semakin lama dia di usik maka semakin meluap amarahnya dan lama-kelamaan monster itu akan melahap segala yang mengusiknya, dan sesungguhnya yang menciptakan monster itu adalah hati busuk manusia."
Saat ini, masyarakat yang ada di dalam Gereja hanya bisa meraung-raung seperti cacing kepanasan, selama Arley tidak bergerak—mereka tidak akan mencelakainya.
Sejenak Arley melihat ke arah bola kristal yang tadi ia sentuh. Ada sebuah lambang dan beberapa kalimat tertulis di dalamnya.
"Hm? kalimat apa itu? " gumam Arley dalam hati.
Sembari pikirannya tengah berkecamuk, tampaknya ada pihak lain yang memiliki ketertarikan yang sama dengan diri Arley.
.
.
.
***
.
.
.
Dari tempat para rombongan Pendeta berjajar. Tampak seorang Pendeta berjalan menuju『Appraisal Orb』yang tergeletak di depan mimbar Gereja.
Demikian sang Pendeta langsung mengambil『Appraisal Orb』itu, dan ia melihat kedalamnya.
Terlihat sang Pendeta tengah membaca bola kristal itu secara sekilas, kemudian ia mengangkat bola kristal itu ke atas langit.
"Wahai saudara-saudara sekalian!" teriak sang Pendeta dengan suara lantang. Saat itu juga suasana di dalam Gereja kembali menjadi senyap.
"Tidak ada yang mesti ditakuti wahai saudara-saudaraku sekalian! anak ini hanya menyentuh bola kristal yang sebelumnya telah terisi penuh dengan energi『Mana』—yang kebetulan, ketika anak ini memegang bola kristal ini,『Mana』yang terkumpul di dalamnya—tumpah karena kelebihan muatan," jelas sang Pendeta kepada masyarakat umum.
"Tak mungkin seperti itu, batu ini hanya mengubah energi『Mana』orang yang menyentuhnya, menjadi alat pendeteksi seberapa besar『Mana』yang bisa di tampung seseorang dan menunjukkan skill terpendam yang dimiliki oleh sang pengguna." gumam sang Pendeta di dalam hatinya. "tapi anak ini luar biasa, bagaimana mungkin ada orang yang memiliki kapasitas『Mana』yang lebih besar dari Tuan 'Marlin?!' terlebih dia masih anak belia. " sang Pendeta melirik ke arah Arley.
"Baiklah, aku akan mengumumkan skill apa yang anak ini dapatkan" terang sang Pendeta kepada masyarakat yang tengah memadangnya dengan serius.
Gulp!~
Tampak seperti tertekan batin, sang Pendeta menelan ludahnya dalam-dalam. Kemudian beliau mencoba untuk melihat ke dalam bola kristal—yang tengah ia pegang dan tatap, dengan begitu saksama.
"Skill mengerikan apa yang anak ini miliki, dan aku harus berbohong seperti apa untuk melindungi anak ini?" beliau bertanya didalam pikirannya sendiri.
Kemudian sang Pendeta sangat terbelalak ketika melihat tulisan yang tersurat pada bola kristal tersebut. "H-ha!? i-ini mustahil!? s-skill ini?! " sontak sang Pendeta memandang Arley secara tajam, lalu ia kembali melihat masyarakat demi mengumumkan skill apa yang Arley telah raih.
"-Ekhem! baiklah, akan saya umumkan apa yang tertulis di bola kristal ini" sang Pendeta menarik nafasnya dalam-dalam, lalu ia berteriak demi menyampaikan apa yang tertulis di dalam bola kristal tersebut.
Tampaknya Arley juga penasaran dengan skill apa yang ia dapatkan. "Arley Gormik! umur empat tahun! Pekerjaan : Penjaga Gereja dan pustakawan『Sexton & Librarian』Skill yang didapat."
-Gulp!~
Lagi, sang Pendeta secara terpaksa menelan ludahnya. "Merubah warna baju sesukanya!『Changing Clothes Color』. Efek sampingnya adalah : perasaan sang pengguna akan mengikuti warna baju apa yang ia kenakan! aku bersumpah atas nama Tuhan demikianlah yang tertulis pada bola kristal ini," teriak sang Pendeta sambil mengeluarkan keringat dingin.
Seketika, suasana aula Gereja menjadi hening.
"-Ha? " ucap Arley tanpa sadar.
"H-Ha ...? " berbarengan, satu kata itu terucap dari lisan para masyarakat.
"-HAaa!? " ucap sang Uskup Agung yang tampak tercengang ketika mendengar skill yang Arley dapatkan.
Suasana menjadi hening, lalu beberapa saat kemudian terpecah menjadi tertawaan yang berisik.
"GA Hahahaha!" hampir seluruh masyarakat menertawakan hal tersebut, "ya ampun, ternyata hanya skill bawang. Jangan bikin kami panik begini dong!" teriak sang provokator yang tadinya ingin menghabisi Arley.
"Wahaha skill macam apa itu? bahkan untuk dipakai bekerja pun tidak bisa! sudah kuduga—tidak mungkin anak haram ini memiliki skill yang lebih hebat dari anak-anak kami," keluar kalimat cercaan dari mulut teman si provokator
"-Ooo, bukannya kau tadi ketakutan?" tanya sang provokator dengan nada mengejek
"Haha berisik !"
Demikian keriuhan ini berakhir, kekhawatiran masyarakat pun mencair.
Ketakutan mereka mulai menghilang, tetapi tidak demikian untuk sang Pastor, ada tanda tanya besar dari orang yang membacakan『Appraisal Orb』itu sendiri.
"M-mustahil ... dengan『Mana』sebesar itu, mengapa anak ini malah mendapatkan skill seperti ini?" sang pastor kembali melirik Arley dengan tatapan heran, kemudian ia melihat ke arah sang Uskup Agung.
Sang Uskup hanya terbelalak menyaksikan semua hal ini. Tampak seperti ia menyadari akan suatu hal.
Masyarakat akhirnya bubar dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Walaupun demikian—sembari mereka berjalan pulang, mereka juga masih mencemo'oh Arley dengan kata-kata tajam mereka yang tak pantas untuk didengar.
Dalam waktu singkat, Gereja sudah dikosongkan, yang tersisa hanya Arley, Ibunda Terra dan para rombongan Pendeta dari kota.
.
.
.
***
.
.
.
Skill mengubah warna baju. Ketika warna baju berubah, perasaan atau mood sang pengguna akan berubah seiring dengan bergantinya warna baju.
Orang-orang pasti akan menyangka jika skill yang Arley dapatkan ini adalah skill yang tidak berguna, bahkan menyusahkan. Tetapi sesungguhnya—skill ini bukanlah skill recehan seperti yang mereka ucapkan.
Orang bijak berkata, seorang pria akan bertingkah laku sesuai dengan pakaian yang ia kenakannya.
"Warna baju—sesuai perasaan ...?" ucap Arley dengan pelan. Saat itu, ia teringat akan sesuatu hal. Ya—hal yang baru saja Arley pelajari ketika melakukan eksperimen tadi pagi.
Tiba-tiba terasa seperti ada untaian benang yang saling tersambung di benaknya, Arley menyadari akan suatu hal, "-Tunggu dulu!? warna baju dan perasaan?!" gumamnya dalam hati, dengan ekspresi terkejut.
Saat itu juga, Arley berhasil memecahkan rahasia unik—di balik skill bodoh yang baru saja ia dapatkan.
***
----------------------------------------------
Hai! sahabat pembaca dimanapun kalian berada!
Ingat! jangan lupa untuh support Author ya!
Caranya gampang banget kok, cukup tekan tombol like, komen, dan rate *5 pada bagian depan!
Bantuan kalian sangatlah berarti untuk Author, karena setiap support yang kalian berikan, sudah bisa menambah semangat Author untuk melanjutkan kisah ini!
Juga bagi kalian yang berkenan untuk menyumbangkan pointnya!
Author akan merasa sangat berterima kasih!
dan akan semakin bersemangat untuk menuliskan chapter-chapter selanjutnya!
Bahkan Author bisa saja loh memberi Crazy Up!
Baiklah!
Demikian salam penutup dari Author untuk kalian semua!
Jangan lupa untuk tetap berbahagia—dan selalu berpikiran positif!
Have a nice day, and Always be Happy!
See you on the next chapter!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
leona
betul juga sih ini
2023-07-02
0
Derdrik Ambeua
top gabungan. Semua
2020-07-23
2
San Jaya
Koreksi: Untuk sesaat, kedua mata Arley hanya melihat serba putih ... lama kelamaan pandangannya kembali normal meskipun agak kabur.
----
Skill yang didapat masih low level, menarik untuk diangkat lebih jauh.
----
2020-07-04
2