Argog. Begitulah cara mereka memanggil namanya
Seorang anak kecil, yang memiliki rambut berwarna merah darah, bermata hijau, dan berkulit sangat putih pucat, tampak seperti orang yang tengah sakit keras.
Sesungguhnya, nama panggilannya itu, adalah sebuah cercaan baginya, karena ia memiliki perawakan yang cukup berbeda, dengan manusia pada umumnya.
Ya, memiliki warna rambut yang sangat mencolok saja, sudah bisa membuat seseorang untuk dijauhi secara rasis. Apalagi, ia memiliki warna kulit yang begitu pucat, juga warna matanya yang hijau, ini adalah suatu fenomena yang amat langka, bagi khalayak masyarakat desa.
Mereka menyebut anak tersebut sebagai orang yang aneh, cacat, bahkan beberapa dari mereka, sempat menghinanya sebagai keturunan terkutuk.
Tetapi, hanya satu orang yang tidak memanggil anak tersebut demikian ....
"Arley~!"
Dari lantai bawah, terdengar seorang wanita memanggil nama sang anak, dengan nada yang begitu lembut.
Arley Gormik. Nama yang diberikan kepada sang pria, setelah dirinya tersadar, jika ia telah dilahirkan kembali pada dunia yang berbeda.
Mereka menyebut nama planet ini dengan sebutan『Soros』.
Dunia yang sangat unik, di mana, seluruh kehidupannya penuh dengan sihir dan impian.
『Soros』 adalah planet yang memiliki kehidupan layaknya『Bumi』. Arley telah sadar dan meyakini, jika tempat ia tinggal saat ini, adalah dimensi yang berbeda dari tempat ia berada sebelumnya.
Sebab utama ia berpikir demikian, karena di jagad tempat ia dahulu tinggal, tidak ada satu pun orang yang yang bisa menggunakan『Mana』.
Saat ini, Arley tinggal di sebuah Gereja kuno, yang masyarakat desanya sudah malas untuk memanjatkan doa, pada Gereja tersebut.
"Arley!" Panggilan itu bergema untuk yang kedua kalinya.
"Iya, Ibunda Terra, sebentar lagi aku turun!"
Saat itu, tertutuplah sebuah buku, yang isinya telah habis dibaca semua oleh sang anak berambut merah, yang kali ini menyandang panggilan, Arley tersebut.
Tanpa pikir panjang, Arley langsung bergegas menemui panggilan sang biarawati, yang telah ia anggap, sebagai ibundanya sendiri.
"Haduh!—ya Tuhan, kamu lama sekali kalo Ibunda panggil!" Terdengar suara amarah ibunda, yang saat itu, siap untuk meledak.
"M-Maaf Ibunda, tadi aku baru selesai membaca buku." Sambil tersenyum, Arley berusaha mengalihkan perhatian Ibundanya. Sebenarnya, ini adalah trik agar Arley tidak dimarahi oleh Biarawati itu.
"Haah, ya sudahlah. Ini, Ibunda punya titipan, tolong kamu antarkan obat sakit kepala ini kepada Paman Ordley, yang rumahnya di pinggir hutan."
"Siapp laksanakan!"
Lalu, Arley bergegas mengantarkan paket tersebut.
Keluarlah Arley dari dalam Gereja tuanya. Saat pertama kali ia keluar dari pintu tua Gereja tersebut, ia langsung bisa melihat, pucuk dari sebuah gunung yang menjulang tinggi, dan tampak sangat agung bagi mereka yang memandangnya.
Gunung itu terlihat sangat dekat, padahal, jaraknya sangatlah jauh dari posisi desa saat ini. butuh waktu satu bulan, agar bisa sampai ke gunung tersebut, degan menggunakan kereta kuda.
Pucuknya yang tertutupi oleh awan, dan putih salju yang terpapar pada dataran gunung, membuah orang-orang memanggil gunung itu dengan sebutan, ‘Great Mountain’.
Setiap kali Arley melihat gunung itu, ia langsung mengembangkan senyumnya, entah mengapa, sebuah perasaan bahagia langsung merebak di dalam hatinya, ketika ia memandangi gunung raksasa tersebut.
Setelah puas memandangi gunung putih itu, Arley pun mulai melangkahkan kakinya, untuk bergegas, mengantarkan paket obat, pada orang yang memesannya.
Namun, saat ia hendak keluar dari dalam gerbang gereja, tiba-tiba ada beberapa anak kecil, yang mendekati Arley, sambil membawa ranting kayu.
“Hey lihat! Itu Argog!” ucap salah seorang dari mereka, sambil menunjuk Arley, menggunakan ranting kayunya.
Mereka berjumlah enam orang, dan semuanya, memiliki rentang umur yang hampir sama, yaitu, sekitar lima sampai delapan tahun.
Mendekatlah mereka berenam ke arah Arley. Saat itu, Arley tidak bisa melanjutkan perjalannya, ia hanya terpojok di gerbang pintu gerejanya.
“A-apa yang kalian inginkan …?” Wajah Arley yang pucat, bertambah semakin pucat, saat mereka mendesak Arley, dan ingin berbuat sesuatu padanya.
Ketika itu, salah seorang dari mereka datang dan mendekat, bahkan sampai menarik kerah kaos baju Arley, dan membuatnya kusut tak beraturan. Arley pun diancam oleh si anak.
“Hey, mengapa kamu masih berada di desa kami? Kemarin, kan, sudah kami bilang. Jangan pernah hidup di desa kami lagi!” ancam sang anak, sambil menarik Arley, mendekat ke wajahnya.
Arley pun memalingkan pandangannya, ia tidak ingin memperpanjang masalah ini. “Hal itu terlalu berlebihan … aku mau tinggal di mana, jika tidak di desa ini ….”
“Itu terserah sama kamu! Kami tidak peduli!” Lantas, sang anak langsung mendorong Arley, dan membuat dirinya menabrak gerbang kayu, yang berada di belakangnya. “Tinggal saja di dalam hutan! Kalau kau bisa mati, itu lebih baik!” ucapnya dengan kasar. “Hahaha! Ayo kawan-kawan, kita tinggalkan saja dia.” Kemudian, sang anak pergi meninggalkan Arley sendiri.
Ketika itu, Arley hanya tertunduk diam pada posisinya. Ia memandang tajam ke arah pundak sang anak. Tangannya pun digeram, ingin sekali ia menghajar wajah anak itu, tetapi, ia tak ingin emosinya menguasai dirinya.
Tapi, permasalahan belum selesai sampai di situ. Tiba-tiba, datang seorang remaja, dan ia kemudian langsung membentak Arley, dengan suara lantangnya.
“Hei! Kenapa kau melihat adikku dengan pandangan itu!” Teriak seorang wanita, dengan tatapan kejamnya.
Arley langsung tersentak, ia langsung berdiri dari duduknya. “M-maafkan aku! Aku tidak bermaksud buruk!” ucap Arley dengan penuh kerendahan.
Sontak, wanita itu langsung mengambil sebuah ranting, dan ia menghajar Arley, tepat menuju kepalanya. Untungnya, Arley bertindak cepat, dan ia menahan serangan sang wanita remaja, dengan menggunakan punggung tangan kanannya.
Sabetan kuat pun tertangkis, akan tetapi, luka yang cukup ringan tercipta akibat perilaku tak terpuji si wanita remaja.
Arley sempat merintih, menahan sakit. Akan tetapi, ia tak memperpanjang tangisannya, karena ia tak ingin merepotkan ibundanya yang sedang bekerja di dalam gereja. Saat ini, ibunda Terra sedang meracik obat lainnya, untuk penduduk desa.
Sang anak berambut merah itu pun langsung menutupi lukanya dengan tangan kiri.
“Ingat, ya! Kalau kamu sampai menatap adikku dengan tatapan seperti itu lagi! Akan aku laporkan kamu ke kepala desa!” Setelah ia puas melukai Arley, remaja berumur lima belas tahun itu pun langsung pergi meninggalkan Arley, kemudian ia kembali berjalan, bersama kedua temannya sambil tertawa cekikikan.
Lagi-lagi, sang anak hanya bisa menatap wanita itu dengan pandangan lesu. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, karena dirinya hanya bisa menerima perlakuan ini, sebab sebuah janji yang tengah mengikatnya.
Lantas, Arley pun pergi dari tempat itu sambil memegang kantung bajunya, ia mencoba mengecek, apakah obat yang ingin ia antarkan, masih berada di kantungnya atau tidak.
“Syukurlah, obatnya tidak kenapa-kenapa.” Mengingat kondisi hari semakin padam, sang anak berambut merah itu, memilih untuk segera berangkat, menuju rumah, paman Ordley, untuk mengantarkan pesanannya.
Ia pun hanya bisa menghela napas panjang, untuk mengendurkan hatinya, yang terasa lebih perih, di bandingkan punggung tangan kanannya.
***
Perjalanan sudah berlangsung cukup lama, mungkin sekitar setengah jam, dari saat Arley keluar dari depan pintu Gereja.
Saat di pertengahan jalan, Arley sempat menghentikan langkahnya. Tepat di sebuah lahan sawah, yang tergambar begitu luas.
Kondisi saat ini sangatlah sepi, karena jam sudah memasuki waktu di mana para petani harus kembali ke rumah mereka masing-masing.
Dengan kata lain, persawahan ini kosong, tak ada satu manusia pun yang menjaganya.
"Baiklah, jaraknya sudah lumayan jauh."
Arley kemudian menarik sebuah tongkat kayu, dari sela-sela celananya yang tampak begitu longgar.
Lantas, saat tongkat itu telah dirinya keluarkan, langsunglah sang anak memejamkan matanya, dan ia berusaha mengkonsentrasikan energi『Mana』,pada ujung tongkat sihirnya tersebut.
Terbayang, lantunan angin bergerak berputar di dalam pikirannya yang jernih. Lalu, Arley mengimajinasikan, bahwa angin itu, akan berputar kencang dan membawanya terbang.
"Gale ventum!"
Terucap kalimat mantra, sembari Arley mengayunkan tongkat sihir ke udara.
Sedikit demi sedikit pusaran angin tercipta di hadapannya.
Beberapa saat kemudian, pusaran angin yang Arley ciptakan, berputar semakin kencang mengikuti porosnya, lalu terkonsentrasi pada satu titik.
Tampak kokoh, demikian Arley berhasil menciptakan pusaran angin yang padu, dan dapat disentuh.
Tanpa ragu, ia langsung melompat ke atas angin yang dirinya ciptakan tadi. Dengan kedua kakinya yang kecil, Arley dapat menginjak angin tersebut, seperti benda yang padat.
Melalui instruksinya, kemudian Arley memerintahkan angin itu untuk menerbangkan dirinya ke langit yang luas.
"Ahahaha! Aku berhasil! WOoohoOo!"
Saat itu, Arley yang baru saja menginjak umur empat tahun. Dengan sangat gembiranya ia terbang ke langit lepas, menggunakan sihir yang ia rapalkan. Ya, keadaan ini merupakan hal yang baru untuk Arley sendiri.
"Huwa ...! Ini ternyata yang dimaksud, berkomunikasi dengan alam."
Terpukau dengan keindahan langit di sore hari. Sejenak, Arley melihat dan menikmati indahnya batas cakrawala bumi『Soros』dengan mata berkaca-kaca.
Beberapa saat kemudian, terpintas, secercah memori yang sangat penting pada benaknya. Teringatlah ia, mengenai hal yang seharusnya Arley kerjakan terlebih dahulu. "Ahh! Ya, ampun! Aku lupa mengantarkan pesanan, Ibunda Terra!"
Kembali teringat tugas penting itu. Dengan sangat cepat, Arley terbang menuju rumah Paman Ordley, tanpa menunda-nundanya lagi.
.
.
.
***
.
.
.
Saat itu. Pria bernama ‘Ordley Verna’, sedang berusaha menghidupkan perapian di dalam rumahnya.
Kayu-kayu sudah dimasukkan ke dalam perapian, lalu dia menepuk-nepuk kedua tangannya yang kotor, akibat debu kayu yang menempel pada kulitnya.
paman Ordley lalu mengambil jarak selangkah ke belakang, kemudian dia mengucapkan sesuatu dari mulutnya, sambil mengacungkan jari telunjuknya pada sebuah objek.
"Burn."
Rapal sang paman, sembari dia mengembuskan napas panjangnya, menuju objek tersebut.
Keluarlah api dari mulut sang paman. Hal tersebut menyebabkan kayu-kayu kering yang telah tersusun di dalam perapian, terbakar dengan sempurna, dan jadilah penghangat ruangan yang tampak begitu pesam.
Namun, Tiba-tiba terdengar suara angin yang amat gusar, menghantam atap rumah paman Ordley.
Angin itu, terdengar sangat keras, ketika menghantam atap rumah sang paman. "W-whoa ... apa itu!?" Embusan angin kencang tersebut, membuat paman Ordley menjadi cemas dengan kondisi rumahnya.
Ia pun bergegas keluar rumah, untuk melihat situasi yang tengah berlangsung.
.
.
.
***
.
.
.
Ketika itu, sang paman sangat dikejutan, oleh kedatangan Arley yang begitu mendadak.
Suasana di sore hari ini, membuat beliau susah untuk melihat sekitarnya, karena sakit kepala yang tengah dideritanya belakangan ini.
"Paman Ordley, selamat sore!" panggil Arley, sambil berlari ke arahnya.
"Huh ...? Ahh, Argog rupanya. Kamu menakutiku saja." Paman Ordley kemudian menurunkan rasa khawatirnya, dan menyambut Arley dengan hangat.
Kemudian, sang paman pun langsung menoleh ke arah atap rumahnya, untuk memastikan, apakah ada hal yang rusak, pada atap rumahnya tersebut. "Hmm, belakangan ini angin sangat kencang, ya," ucap paman Ordley, dengan rasa cemas.
Arley yang takut, bila ada warga desa yang sadar, jika dirinya bisa menyihir … ketika itu, ia langsung berusaha merahasiakan semua hal.
Tampak jika Arley sedang dalam kondisi panik. Tetapi, karena pengelihatan paman Ordley yang kurang baik, hal itu pun tertutupi dengan sendirinya.
Sebisa mungkin, ia berusaha mengalihkan subjek pembicaraan mereka. "I-Ini Paman! Obat sakit kepala yang Paman pesan telah jadi."
"Sudah jadi, ya? Terimakasih banyak atas bantuannya ...."
Arley kemudian memberikan obat tersebut langsung ke Paman Ordley.
Setelah mengambilnya dari tangan Arley, paman Ordley kemudian menyematkan obat yang berada di dalam kertas itu, masuk ke dalam saku bajunya.
"Ngomong-ngomong … kamu jalan sendirian?"
"Iya Paman, kebetulan Ibunda Terra menyuruhku langsung menghantarkan obat ini kepada Paman."
Tak punya kepentingan lain, Arley berniat untuk langsung pulang ke rumahnya. "Kalau begitu, aku pamit duluan Paman—"
"Tunggu Argog!” Namun, tiba-tiba sang paman menghentikan dirinya. “Ehm … aku sedang memasak sup kambing. Kondisi sudah mulai malam, sebaiknya kau menginap saja dulu di rumahku."
Langkah kaki Arley langsung terhenti, kemudian, ia melihat gumpalan asap yang mengepul keluar, dari cerobong asap rumah milik Paman Ordley.
Sebenarnya, jika ia terbang langsung menuju Gereja, maka Arley akan tiba dalam waktu yang singkat.
Tetapi, bilamana ada orang yang tahu jika terdapat seorang anak berusia empat tahun bisa terbang, pasti akan langsung membuat heboh satu kampung.
Lantas, sang paman pun mendorong Arley untuk terakhir kalinya, agar ia, mau tinggal di rumah sang paman dengan suka rela.
"Tak usah risau, aku akan mengirimkan pesan kepada Ibunda Terra, supaya ia tidak cemas. Dia yang mengirimkanmu ke sini, kan? Pasti dia sudah menduga hal ini akan terjadi."
"K-Kalau demikian, maka aku terima tawaran Paman."
Paman Ordley pun tersenyum lebar setelah ia berhasil merayu Arley. Wajahnya perlahan menghangat di suhu yang cukup dingin ini.
"Nah! Kalau begitu, yuk, segera masuk ke dalam! Jangan sungkan, nanti kau harus makan yang banyak, agar tubuhmu tumbuh dengan sehat, juga biar kulitmu tidak pucat seperti ini lagi, gahaha!"
Ketiak itu, Arley hanya mampu tertawa dengan cuitan yang dipaksakan. "Ahahahaha ...." Akan tetapi, pada akhirnya Arley membuka diri, untuk menikmati makan malam mereka bersama. Sebab utamanya, karena Arley sudah lama sekali tak memakan daging kambing.
Dalam senja yang melandai perlahan itu, mereka berdua tampak tertawa hangat, sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Rifa Pratama
apakah nama argog ini ketika dewasa diganti menjadi anjay?
2020-11-24
1
Silulululu [gaje]
Ternyata dia itu penyihir, lalu bagaimana dengan ibundanya? ibundanya bisa meracik obat ya? terus kayaknya pamannya juga ada sesuatu deh. Satu kelompok yang aneh
2020-11-22
0
Hana-shi
Apa cuma gua, ato karakter si Arley ini emang ke-downgrade dari sebelum dia reinkarnasi.
2020-07-27
0