Waktu sudah menjelang malam, matahari hampir terbenam, peserta yang akan di tes tinggal tersisa tiga orang.
Seratus lebih anak dari desa『Durga』yang telah mengikuti tes, sampai saat ini hanya ada satu anak yang menerima kartu undangan. Ya, hanya Misa yang menerima kartu undangan tersebut.
"Selanjutnya~" ucap sang Uskup mempercepat penilaiannya kepada anak-anak desa ini.
Rata-rata skill yang didapat oleh anak-anak desa ini adalah skill untuk bertani, merajut, dan berburu.
Walaupun ada beberapa anak yang mendapatkan skill berburu, namun menurut sang Uskup—tingkatan skill tersebut tidaklah cukup untuk bisa masuk ke akademi kemiliteran.
"Selanjutnya," anak yang paling terakhir pun berjalan maju ke depan podium. Badannya bergetar, tetapi ada ekspresi lega dari wajah sang anak. Karena dia tahu dan yakin, jika seandainya dia tidak lolos, bukan hanya dia seorang yang merasa gagal.
-Shing ...~
Hanya redupan cahaya kecil yang muncul. Demikian sang Uskup menjelaskan skill apa yang didapatkan oleh sang anak. "Skill yang kamu dapat, adalah skill memancing『Fishing』, kamu cocok untuk menjadi seorang pelaut," jelas sang Uskup kepada anak tersebut.
.
.
.
***
.
.
.
Akhirnya semua anak sudah mendapatkan penilaian terhadap skill mereka. Beberapa orang sudah ada yang mulai pulang. Orang tua mereka tidak begitu kecewa karena mereka tahu kualitas diri mereka sendiri.
Ada penjelasannya mengapa demikian.
Ketika sang Uskup tengah mengulas skill anak-anak yang mengantri di hadapan beliau, sang Uskup mengingatkan kepada setiap orang tua yang hadir di Gereja ini—tentang bagaimana, dan darimana skill bisa di dapatkan.
Skill adalah sebuah kemampuan yang didapat dari perkawinan genetika seorang pria dan wanita, dimana skill sang pria dan wanita akan turun ke sang anak ketika bercampur darah kedua pasangan tersebut pada rahim sang wanita.
Maka dari itu—jika sang orang tua memiliki skill yang terlatih, bisa saja skill tersebut turun ke anaknya dan menjadi aset yang sangat berharga untuk sang anak dikemudian harinya.
Begitulah penjelasan dari sang Uskup kepada seluruh warga desa『Durga』, yang kala itu—tengah menghadiri acara tes kemampuan ini—yang dilakukan secara mendadak.
***
"Selanjutnya!" tegas sang Uskup kepada khalayak umum. Namun seketika itu juga, seluruh warga menjadi bingung karena sudah tidak ada lagi kandidat yang akan di tes kemampuannya.
Begitu juga dengan Arley, sesekali ia melihat kebelakang untuk mengetahui siapa orang yang sang Uskup maksud-kan.
Karena Arley bingung dengan situasi yang tengah terjadi, sekilas ia menoleh ke arah sang Uskup, dan saat itu juga dirinya baru menyadari, bahwa beliau sang Uskup Agung—tengah menatap Arley dengan tatapan yang cukup tajam.
"Ananda, silahkan maju kedepan," jelas sang Uskup, sembari memanggil Arley dengan tangan beliau yang melambai-lambai.
"S-saya?" Arley menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, ayo ananda—silahkan maju kedepan," ucap sang Uskup sambil tersenyum.
"E-ehh?! s-saya tidak usah yang mulia!" tolak Arley terhadap tawaran sang Uskup. Ketika itu ia cukup terkejut dan mengularkan suara yang terbilang lumayan keras.
Lalu dari arah belakang, mulailah terdengar ucapan dan perkataan yang sangat menyakitkan hati Arley kala itu. Warga desa mulai bergosip, menghina, dan menghujat Arley dengan cercaan yang begitu kejam.
"-HA? anak cacat itu mau ikut di tes juga? skill macam apa yang akan dia dapat? skill menjadi serangga? ihh menjijikkan!" cerca seorang ibu-ibu, terhadap Arley—yang suara sang ibu kala itu, terdengar dari luar pintu masuk Gereja.
"Kalau dia mendapatkan skill yang mengerikan, kita harus segera membunuhnya sebelum dia berubah menjadi monster," ucap seorang pria yang tengah berbicara kepada temanya.
"Mengerikan ... aku berharap dia tidak tinggal di desa kita ini, mengapa juga desa ini memiliki anak terkutuk seperti dia," jawab temannya dengan suara pelan.
Arley hanya tertunduk diam. Tentu saja hatinya terasa begitu sakit—tetapi Arley telah bersumpah untuk tidak melawan mereka.
Lalu terdengar suara pemecah suasana.
"-Ekhem!" sang Uskup tampaknya tengah mencoba meredam masyarakat dengan melantangkan suara beliau. Lalu tanpa segan-segan sang Uskup berjalan ke arah Arley dengan membawa tongkatnya, agar dia tidak terjatuh saat berjalan mendekat ke arah Arley.
Demikian Arley hanya bisa menatap beliau sambil terdiam lesu.
"Ananda ... ayuk kita coba tes," sang Uskup kemudian menjulurkan tangan beliau yang tampak sudah keriput tersebut—menuju ke depan wajah Arley. Saat itu juga Arley tak dapat menghindar lagi.
Tepat di depan kedua matanya itu, Arley dapat memandang wajah beliau—sang Uskup Agung, yang tampak begitu hangat nan damai.
Ya ... wajah yang begitu suam, dan jenjam untuk bisa dipandang.
Entah mengapa—dengan hanya menatap wajah beliau, tiba-tiba saja jiwa Arley merasakan ketentraman yang begitu luhur.
Lalu, tak lama kemudian Arley menyambut tangan sang Uskup dengan sendirinya. Yang kemudian, beliau menggiring Arley berjalan, sampai tepat ke arah depan podium.
Setibanya di depan podium, sang Uskup mempersilahkan Arley untuk menyentuh『Appraisal Orb』, yang ternyata terlihat begitu indah jika di pandang dari jarak dekat.
"Ayo ananda, taruh tanganmu di atas sini," ucap sang Uskup, sembari menunjuk ke arah bola kristal tersebut.
Gulp!~
Arley menelan ludah dalam-dalam. Keluar keringat dingin dari pori-pori wajahnya. Ia pandang『Appraisal Orb』itu dengan saksama. Namun saat itu juga—pikiran Arley benar-benar kosong, sebab grogi.
"Silahkan," lagi—sang Uskup mempersilahkan Arley untuk segera mengecek, skill apa yang ia miliki.
Dengan sangat perlahan, Arley meletakkan kedua tangannya itu—tepat di atas batu kristal tersebut.
Terasa-lah sengatan dingin nan sejuk, merasuk kedalam pori-pori tangan. Seperti Arley sedang menggenggam bola es tepat di kedua telapak tangannya.
Namun, sesaat ketika ia sudah merasa cukup nyaman dengan kondisinya kala itu, tiba-tiba Arley merasakan sesuatu hal yang cukup aneh.
Ia merasa jika batu bundar tersebut, menyerap『Mana』yang Arley telah kumpulkan di dalam tubuhnya beberapa saat yang lalu—tertarik secara paksa dengan metode yang tidak ia ketahui!
Merinding! berkedik bulu di sekujur tubuh Arley kala itu! lalu sebuah pancaran sinar memecah gelapnya sore hari.
Sontak jantungnya berdegub dengan hebat, dada Arley terasa panas, keluar urat-urat biru dari sekujur tubuh Arley—yang merambat sampai ke ujung-ujung jari tangannya—menuju bola kristal tersebut.
"-HUH!?" cakap Arley dengan kondisi panik.
Seketika itu juga—Arley merasa jika sekujur tubuhnya, perlahan menjadi lemas.
***
----------------------------------------------
Hai! sahabat pembaca dimanapun kalian berada!
Ingat! jangan lupa untuh support Author ya!
Caranya gampang banget kok, cukup tekan tombol like, komen, dan rate *5 pada bagian depan!
Bantuan kalian sangatlah berarti untuk Author, karena setiap support yang kalian berikan, sudah bisa menambah semangat Author untuk melanjutkan kisah ini!
Juga bagi kalian yang berkenan untuk menyumbangkan pointnya!
Author akan merasa sangat berterima kasih!
dan akan semakin bersemangat untuk menuliskan chapter-chapter selanjutnya!
Bahkan Author bisa saja loh memberi Crazy Up!
Baiklah!
Demikian salam penutup dari Author untuk kalian semua!
Jangan lupa untuk tetap berbahagia—dan selalu berpikiran positif!
Have a nice day, and Always be Happy!
See you on the next chapter!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
Derdrik Ambeua
wao... skill apa
2020-07-23
1
Fahri
di sini banyak yang membantu author ya
2020-07-13
1
San Jaya
Paragraf kedua awal, koreksi:
Lebih dari seratus anak sudah mengikuti tes dan mereka semua gagal membuat kagum Uskup Agung. Hanya Misa yang sampai saat ini berhasil lolos.
----
Aku justru ambigu sama ajakan Uskupnya bilang "Ayuk".
----
Bagian akhir chapter ini terlalu bertele-tele dan seharusnya bisa sampe scene dimana sihirnya ketahuan, baru lanjut chapter selanjutnya.
----
2020-07-04
3