Bab 18

Benar saja sore itu A Lee datang melihat latihan pedang Yubi dihutan belakang istana. Pedang cahaya yang terbentuk dari kultivasi meski tidak melukai namun mampu melibas kulit hingga lebam dan memar.

“Apa kau tidak ingin menyerangku kembali ?” Tanya sang Guru, Kyna.

“Aku tidak bisa melukaimu guru.” Alasan Yubi.

“Hahaha kau suka bercanda Putri. Kau sudah berapa kali terkena tebasan pedangku. Aku akui kau sangat gigih. Tapi bagaimana jika itu pedang sungguhan.”

Kembali sang guru menyerang Yubi. Yubi cukup lihai dalam menghindar. Tentu saja karena ia lincah dalam menari, sehingga serangan demi serangan mampu ia hindari. Sangat gemulai dan cerdik dalam menghindar. Ia berpindah dari satu dahan pohon ke dahan pohon lainnya.

A Lee seketika mengingat Yubi pernah menari di depan pria lain. Segera mengikat kedua kaki Yubi dengan kultivasinya hingga jatuh terjerembab.

“PUTRII.” Pekik Chyou.

“Yang Mulia.” Ujar sang Guru saat A Lee memasuki area latihan.

“Aku yang akan mengajarinya.” Ucap A Lee dingin.

Fa Ye dapat melihat sang Kaisar menahan amarahnya.

“Apa Putri membuat suatu kesalahan?” Tanya Fa Ye, kali ini ntah hal apa yang memancing emosi sang Kaisar.

Chyou menggelengkan kepala tidak memahaminya. “Hamba hanya mendengar Putri ingin pergi kebalai hiburan.”

“APA?” Kaget Fa Ye. Sungguh sang Putri, wanita luar biasa.

Rui hanya tersenyum. “Apa kau tahu sesuatu?” Tegur Fa Ye pada Rui.

“Mungkin dia hanya jenuh. Ingin bermain judi dan menari.”

“PUTRI BERMAIN JUDI DAN MENARI?” Pekik Fa Ye.

“Dia hebat dalam melakukan hal itu.” Lanjut Rui.

“Putri mu sungguh berbeda. Aku tidak berani melihat apa yang akan dia hadapi kali ini.” Fa Ye meninggalkan hutan belakang. Amarah A Lee pada Yubi sungguh akan diluapkan hari itu juga.

“Kau selalu menghindar Putri. Lawan aku.” Ucap A Lee, berhenti menyerang Yubi.

Yubi kini sudah kehabisan nafas. Setiap serangan yang dibuat A Lee selalu dihindari, A Lee bahkan tidak mengeluarkan banyak tenaga. Ia bisa jurus memindahkan tubuh. Sehingga membuat Yubi kelabakan.

“Yang Mulia, Putri sudah kelelahan. Dan matahari akan terbenam...” Ujar sang Guru khawatir.

“Terimakasih guru. Aku pastikan besok dia tidak akan mengecewakanmu.” Ucap A Lee santai memberi salam hormat pada guru pedangnya. “Chyou antar guru keluar.” Perintah A Lee.

“Apa sudah cukup istirahatmu? Apa kau tidak pernah diajarkan menyerang.” Ketus A Lee.

Yubi kembali menyerang. Ia sangat marah pada pria itu. A Lee dengan lihai menangkisnya. Mereka saling berseteru mengadu pedang.

Beberapa kali Yubi terlempar akibat tebasan pedang A Lee.

“Bukankah kau ingin kebalai hiburan, serang aku maka akan ku izinkan.”

Kembali ia menyerang A Lee. Ia tak habis pikir ternyata hanya sebuah balai hiburan mampu membuat pria itu kesal.

Untuk kesekian kalinya A Lee terpukau dengan cara bermain Yubi. Ia sangat lincah melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Jurus meringankan tubuhnya mampu membuatnya berjalan diatas air danau.

Namun Yubi kalah telak saat A Lee melepaskan pedangnya dan mendorong tubuh Yubi hingga masuk kedalam danau.

Tubuh Yubi kini basah kuyup, ia sangat kesal. Yubi menyerah. Tubuhnya terasa dingin. Pedang cahaya meredup dalam tangannya.

Mata Yubi berkaca-kaca. Tak pernah ia selelah ini untuk berlatih. Ia merasa seperti dihukum. Rui yang menyadari sang kaisar masih ingin menyerangnya. Segera Rui melesat secepat angin berdiri menghadang pedang A Lee.

Pedang A Lee kini tepat berhenti di hadapan wajah Yubi yang tersungkur lemas, membuat goresan dilengan Rui.

“Kau kelewatan.” Mata Yubi memerah. Air mata membasahi kedua pipinya, “Kau berniat melukai ku?”

“Tidak. Hewan itu tiba-tiba menghadang.” Suara hati sang Kaisar ingin menjawabnya namun tertahan saat air mata Yubi mengalir.

A Lee segera menarik pedangnya. Ia tidak berniat membuat Yubi sampai menangis.

“Kau sudah tahu aku tidak akan mampu melawanmu. Kau tahu aku tidak mampu melawan jurus pedang. Kau tahu kelemahanku. Kau terus memaksa ku. APA AKU HARUS SEHARIAN BERLATIH DENGANMU DISINI.” Tangis Yubi makin menjadi.

“Bahkan Putri kerajaan lain tidak akan sanggup, KAU KIRA AKU INI APA? PASUKANMU.” Yubi pergi meninggalkan A Lee. Ia sangat marah.

Rui menatap A Lee dengan datar. Ia tahu sang Kaisar cemburu mengetahui bahwa sang Putri sangat bebas bahkan menari didepan pria lain.

“Kau harus banyak belajar menahan emosimu Yang Mulia. Rasa cemburumu hanya akan melukaimu dan dirinya.” Ucap Rui.

Sang Kaisar masih berdiri termangu menatap kepergian Putri. Ia menghela nafas panjangnya. Menyadari dirinya tengah melampiaskan emosi terhadap Putri. Rasa posesifnya muncul bahkan untuk hal seremeh itu.

“A Lee brengsek. Hanya tahu memarahiku. Hanya tahu mengaturku. Ini baru hari pertama. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan lagi besok.” Yubi marah menghapus air matanya saat berada didalam paviliunnya.

“Tuan hanya ingin kau bisa segera menguasai…”

“DIA ITU MENGHUKUMKU. Aduuuuuh…” Bahu Yubi terasa sakit.

“Kau tidak apa Putri.” Tanya Rui seketika.

“Chyou aku ingin mandi air panas. Tolong siapkan.” Perintah Yubi dengan kesal.

“Dan kau masih bertanya tidak apa? Kenapa kau tidak membantuku.” Yubi meluapkan amarahnya pada Rui.

“Bagaimanapun kau memang harus berlatih Putri.”

“Kau kini membelanya? Apa yang dia lakukan padamu, sampai kau berani menentangku.”

“Hamba tidak berani.” Rui tertunduk berlutut merasa bersalah.

“Sudahlah, kau bisa pergi. Terus awasi Yira, cegat dia jangan sampai pulang ke klan Mabi sampai aku bertemu dengannya.” Ucap Yubi ia sangat lelah jika harus berdebat lagi.

Yubi segera menuju kolam pemandian panasnya. Tanpa melepas pakaian, ia berendam di dalam kolamnya. Mengumpulkan energi panasnya, untuk meningkatkan kultivasinya. Tenaganya terkuras habis.

“Kaisar macam apa. Hanya bisa marah dan marah. Mudah sekali suasana hatinya berubah. Aku akan membalasmu.” Yubi mulai kesal mengingat kejadian tadi. Terlebih sekujur tubuhnya terasa sakit akibat luka lebam.

“Yan A Lee kau benar-benar brengsek. Biadab. Iblis. Masih berharap aku jadi wanitamu.” Kesal Yubi semakin menjadi.

“Apa sudah cukup puas mencelaku.” Tanya A Lee yang tiba-tiba berdiri di pintu masuk kolam pemandian.

“Sejak kapan kau masuk?” Tanya Yubi memperhatikan sang Kaisar yang kini duduk dipinggir kolam.

“Aku bahkan masuk kau tidak tahu. Apa begitu menghayati memaki diriku.” Ucap A Lee.

SLAASHH!!

Sang Kaisar dengan tenaga dalamnya menarik Yubi duduk dipangkuannya.

“Apa yang kau lakukan. Masih belum cukup kau menghukumku.” Yubi memberontak melepaskan dekapan A Lee.

A Lee memeluk tubuh Yubi dengan lembut. Terasa hangat dan menenangkan.

“Maafkan aku.” Ucap sang Kaisar akhirnya, ia tertunduk merasa bersalah.

Untuk pertama kalinya, seorang Kaisar meminta maaf. Yubi terperanjat mendengarnya tak lagi memberontak.

“Aku hanya kesal melihatmu tadi. Caramu menghindar dari serangan membuatku membayangkan dirimu menari di depan pria lain. Aku tidak bermaksud melukaimu. Maafkan aku.” A Lee mencoba jujur menjelaskan semuanya.

“Kau cemburu atas apa yang sudah aku lakukan, jauh sebelum mengenalmu?” Yubi tidak habis pikir.

“Aku hanya menginginkanmu. Semua yang ada pada dirimu. Aku tidak bisa membiarkan orang lain bahkan…” A Lee tidak sanggup melanjutkan.

”Salahku. Maaf. Ini semua salahku.” Lirih A Lee.

“Apa sakit?” Tanya A Lee menyentuh bagian tubuh Yubi yang terkena pedang.

Hati Yubi sedikit luluh, untuk pertama kalinya sang Kaisar yang dingin mampu mengucapkan kata maaf untuknya.

“Sudah tidak terlalu. Aku hanya lelah.” Ucap Yubi yang masih terdengar kesal. Air panas di kolam tersebut cukup membantu mengumpulkan energi panas untuk menyembuhkan luka di tubuh Yubi.

A Lee berdiri membawa Yubi dalam dekapannya, memasuki kolam pemandian dengan perlahan, membawa tubuh sang Putri berendam di kolamnya.

“Izinkan aku membantumu.” Ucap lembut A Lee saat itu.

Sang Kaisar memejamkan mata melepaskan energi kultivasinya, seketika air kolam berpendar bercahaya emas. Yubi dapat merasakan energi yang cukup besar diserap tubuhnya. Kekuatan kultivasi sang Kaisar memang sangat dahsyat.

Kultivasi Yan dari energi api mampu menyeimbangkan energi panas Byuni Yubi, kini Yubi memulihkan tubuhnya dengan energi Byuni. Seketika luka lecet dan lebamnya kembali pulih.

Yubi menyentuh wajah pria tersebut hendak mengucapkan terimakasih. Namun ia terperanjat, merasakan tubuhnya tersebut penuh luka yang disembunyikan. Dengan segera ia membuka pakaian A Lee dan mendapati luka disekujur tubuhnya. Cakaran dan beberapa gigitan serigala di lengan dan bahunya.

“Kau bertarung dengan Rui?” Tanya Yubi.

“Aku tidak menyakitinya. Aku tidak menggunakan energi kultivasiku untuk menyerangnya.” Jelas A Lee. Ia semakin takut membuat Yubi kecewa.

“Maaf. Membuatnya bertarung denganku.” Ucap A Lee kemudian dengan lirih, “Aku hanya cemburu saat kau bertemu dengannya dan terlihat dekat.”

“A Lee…” Panggil Yubi lembut.

“Maafkan aku Yubi. Kumohon jangan marah padaku.” Sang Kaisar kembali mendekap Putri. Ia tidak berani melihat raut wajah wanita yang dicintainya saat itu.

Yubi menyadari kedepannya harus lebih menjaga perasaan Kaisar. Sifat buruk A Lee mulai disadari Yubi. Posesif akan dirinya. Cemburu buta yang amat parah.

Sang Kaisar cemburu pada pengawal yang bahkan sudah lama berada disisi Putri, pengawal yang selama ini selalu melindunginya. Bahkan pernah menyelamatkan nyawa Kaisar saat di gunung. Namun ia masih menghajar pengawal itu.

Posesif lainnya berusaha mencari guru wanita hanya untuk melatih sang Putri. Bahkan tidak ada satupun pelayan pria ditempatnya kecuali para pengawal.

Dan kini mengetahui bahwa Yubi pernah menunjukan tubuhnya di hadapan pria lain dengan sebuah tarian, cemburunya memuncak membuat dirinya kelabakan menerima emosi dari sang Kaisar. Hukuman yang tidak dapat ia sangka.

Perlahan sang Putri mendekap menyentuh wajah Kaisar. Menyalurkan energi Byuni untuk menyembukan pria itu.

“Berjanjilah. Jika ada sesuatu yang membuatmu resah, katakan padaku. Aku akan menjelaskan. Kau harus percaya padaku, aku tidak akan mengkhianatimu, Yang Mulia.”

Yubi perlahan mencium bibir A Lee untuk menenangkan hati pria tersebut. Sangat lembut dan hangat.

“Apa ini artinya kau bersedia menjadi permaisuriku.” Tanya A Lee.

A Lee teringat ucapan Rui, sang Putri cemas jika pernikahan itu sampai terjadi maka akan terjadi pula pertumpahan darah.

“Percayalah padaku. Aku pastikan semua tidak akan ada yang tersakiti. Yang menjadi beban pikiranmu, aku pastikan tidak akan terjadi.”

Yubi tersenyum mendengarnya. Setidaknya ungkapan kaisar mampu menenangkan hati sang Putri. Saat ini prioritasnya adalah menjaga hati dan perasaan sang Kaisar yang memiliki rasa posesif.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!