Bab 5

Waktu terus berputar. Setelah berbulan-bulan mengatur siasat, Pangeran Ar Yangra di dampingi oleh para pendukungnya, mengajukan aliansi pernikahan pada klan Byuni.

Perjanjian nikah yang memberikan keuntungan untuk klan Byuni bahkan jika terjadi hal terburuk sekalipun yang akan menanggungnya adalah klan Aruo sendiri.

Raja Oru menyetujui aliansi tersebut, segera memanggil Yubi kedalam aula istana utama Byuni. Bukan untuk menjelaskan namun menurunkan tihta yang wajib dijalankan.

Terlebih perbuatan sang putri selama beberapa bulan terakhir yang sering menemui Yangra secara diam-diam di kuil utama. Membuat spekulasi bahwa mereka memiliki hubungan khusus.

“Menikah?”

Yubi tidak percaya dengan apa yang didengarkannya saat itu.

“Kau akan menjalani pernikahan aliansi Putri.” Jawab nenek yang berdiri disisinya.

“Secepat ini?”

“Kau akan bertunangan. Jika waktunya sudah tepat maka pernikahan akan dilaksanakan.”

“Apa yang mereka tawarkan sebagai ganti diriku ?”

Yubi menyadari pernikahan aliansi ini akan tiba pada akhirnya. Sesuatu yang memang harus ia jalani. Tapi tujuannya apa, setidaknya ia harus mengetahui.

“Apa tujuan aliansi ini, kau hanya cukup mengetahui bahwa pernikahanmu untuk menyatukan dua kerajaan. Selebihnya kau tidak perlu mengetahui lebih dalam urusan politik.” Jawab nenek.

“Aku yang menikah. Aku berhak tahu tujuan aliansi ini.” Tegas Yubi.

“JAGA SIKAP MU PUTRI. INI AULA ISTANA UTAMA.” Teriak sang Nenek memperingatkan.

“AYAH?” Tegas Yubi. Yubi benci, menatap ayahnya yang hanya diam diatas tahtanya.

“Tahta kekaisaran Xing.” Ucap Raja Oru pada akhirnya memecah keheningan aula istana.

Penawaran yang sangat tinggi, takhta kekaisaran Xing. Tahta tertinggi dunia klan. Semua Raja dari masing-masing suku akan tunduk pada Kaisar.

“Klan Yan? Aku akan menjalani aliansi ini dengan klan Yan?”

Kekaisaran Xing saat ini diduduki oleh seorang Kaisar dari klan Yan. Klan pengendali api.

“Bukan.” Jawab sang ayah.

Yubi semakin berpikir keras. Jika bukan klan Yan maka tersisa dua klan. Dunia Xing memiliki banyak suku yang tersebar. Dan setiap suku itu terdiri dari empat klan kultivasi. Yan, Mabi, Aruo dan Byuni. Seiring waktu banyak suku yang memperebutkan tahta Xing.

“Kalian bersekutu menyerang klan Yan?”

Tidak ada yang menjawab pertanyaan sang Putri saat itu. Mereka menyadari bahwa bukan jati diri Byuni untuk membuat kerusakan. Bukankah klan Byuni mengasingkan diri dari dunia luar untuk menghindari pemberontakan.

“Dengan siapa aku akan menikah?”

“Kau akan segera bertemu nanti Putri. Sampai saat itu aku minta kau tidak berbuat onar.” Sang nenek memutuskan untuk merahasiakannya.

Mata Yubi memerah, ia tidak sanggup menahan air matanya. Yubi menatap tajam kearah sang Raja, ayahnya. Tiada pembelaan. Bagaimanapun tahta Byuni akan diwariskan kepada Liwey. Ayahnya mengupayakan yang terbaik untuk pewarisnya.

“Bagaimana jika aku tidak menyetujuinya?”

“Kau tidak berhak memutuskan. Ini sudah tugasmu menjadi Putri kerajaan.” Tegas sang nenek.

Sang Putri tertawa getir mendengarnya.

“Aku yang akan memutuskan jalanku sendiri. Jika harus menghancurkan banyak orang yang tidak bersalah, seumur hidupku, aku tidak akan pernah menikah.” Ucap Yubi bergetar. Air matanya mulai berderai.

“Perlu aku ingatkan kembali, aku adalah Putri utama Byuni. Darah Byu menyatu dalam diriku. Aku tidak akan pernah tunduk pada perintah siapapun.” Yubi kini menatap tajam kearah sang nenek.

“Kauu...”

PLAAAAKK !!

Sang Nenek menampar keras pipi cucu perempuan satu-satunya. Seluruh yang ada didalam istana tersebut tercengang.

Teringat oleh mereka semua, sang Byu hidup didalam tubuh Yubi, menunggu kesempatan untuk menguasai raga dan jiwa Yubi seutuhnya. Namun sejauh ini Yubi mampu menyegel kekuatan Byu didalam dirinya.

“BAWA PUTRI KEMBALI KE ISTANANYA. JANGAN BIARKAN IA KELUAR.” Titah sang Raja.

Yubi menatap benci kearah sang Ayah. Tanpa menunggu lama, Yubi pergi meninggalkan aula istana utama diiringi pasukan kerajaan yang mengawalnya. Terdengar sayup-sayup para tetua yang menanyakan Byu dalam tubuh Yubi, dan membahas kelanjutan pertunangannya.

Dilorong menuju istana sang Putri. Yubi berpapasan dengan Yuga. Pria yang pernah ia sukai dulu, orang kepercayaan kakaknya.

Yubi menyeka air matanya dan melangkah begitu saja melewati Yuga. Tak ada sapa senyum ceria yang diberikan Yubi kepada Yuga seperti biasanya.

“Yubi.” Cegat Yuga menahan tangan Yubi.

“Perhatikan tata krama mu Tuan Yuga.” Tegas Yubi tanpa menoleh kearah Yuga.

Yuga terperanjat mendengarnya, tak pernah sekalipun Yubi mengabaikannya sejak kecil. Bukankah Yubi sangat menyukainya.

“Maaf. Putri.” Ucap Yuga gugup melepas tangan Yubi.

“Apa ada yang ingin kau sampaikan?”

“Jika kau butuh…”

“Aku tidak butuh satu apapun darimu. Apa kau bawahan ku? Kelak jika bertemu dengan ku, jaga tata krama mu Tuan Yuga.” Sinis Yubi dan melanjutkan perjalanan.

Dipersimpangan jalan, Liwey sempat melihat Yubi yang berpapasan dengan Yuga. Hatinya terasa sakit. Sangat sakit. Ingin ia memeluk Yubi saat itu. Namun bahkan Yubi tidak memperhatikan jika dirinya ada disitu. Yubi mengabaikannya. Kali ini Yubi benar-benar mengabaikan semua yang ada disisinya.

Malam itu Liwey pergi menuju paviliun istana Yubi. Ia harus menyelesaikan permasalahan diantara mereka. Liwey tidak sanggup diacuhkan oleh Yubi. Sepanjang hari Yubi enggan menerima kedatangan Liwey.

“Putri… maaf…” Ucap Rui pengawal pribadi Yubi, saat Pangeran Liwey menerobos masuk kedalam paviliun Yubi.

Yubi memerintahkan Rui untuk pergi dengan isyarat tangannya.

“Apa yang ingin kau bahas denganku?” Ketus Yubi sembari menuang secangkir teh untuk Liwey.

“Tentang aliansi.” Sang Kakak kini duduk dengan ragu dihadapan adiknya.

“Kau yang mengusulkan?”

“Tidak… Iya.” Jawab Liwey goyah. “Karena ku pikir kau mengenalnya.”

“Kenal? Siapa? Apa kau selama ini mengikutiku?” Bagaimana bisa Liwey bisa mengetahui siapa saja yang berkenalan dengannya.

“Ar Yangra. Dari klan Aruo. Bukankah kau sering menemuinya?”

“Kau sudah bertemu dengannya berarti?”

“Ia datang menemuiku. Beberapa waktu lalu.”

“Lalu?” Tanya Yubi menyodorkan cangkir dihadapan Liwey.

Liwey menenggak habis teh buatan Yubi. Kembali Yubi mengisi kembali cangkir kosong itu.

“Ia mengajukan aliansi untuk menikahimu dan menjanjikan takhta kekaisaran.“

“Picik.” Ketus Yubi. “Kau hanya bersembunyi dibalik jubah Aruo untuk kedudukanmu.” Sindiri Yubi lagi.

“Aku menolaknya Yubi. Apa kau kira aku mampu melepasmu dengan orang lain.” Jelas Liwey. “Aku tidak mengharapkan takhta itu. Aku hanya berharap kau dapat bebas mengungkapkan jati dirimu pada dunia.”

“Pada akhirnya kau menyetujui dengan alasan itu.”

“Yubi. Kau adalah Putri kerajaan, pernikahan kita tidak bisa berdasarkan keinginan kita. Pernikahan Pangeran dan Putri sama saja dengan pernikahan kerajaan. Tidak hanya menyatukan keluarga, tapi menyatukan rakyat. Kau pun tidak bisa memilih nantinya.” Terang Liwey. “Ayah dan para tetua menyetujui hal itu. Aku berusaha mencegah namun upaya ku tidak bisa mengubah pikiran mereka.”

Yubi kembali menyodorkan tehnya. Kembali Liwey menenggak habis teh tersebut. Samar-samar kepala Liwey terasa berat.

“Setelah tahta kekaisaran ditangan Byuni, aku akan menjemputmu kembali.” Ucap Liwey kembali.

Yubi tidak habis pikir, pikiran Liwey sangat licik.

“Apa kau sadar, kau akan melukai banyak orang.” Lirih Yubi.

”Sejak awal kekaisaran adalah milik klan Byuni. Aku hanya mencoba mengembalikan ketempat semula. Memperbaikinya.”

“Pikiran mu sempit.” Ketus Yubi, ”Seingatku perlu melewati ujian untuk menduduki kekaisaran. Itu bukan milikmu.” Ungkapnya kembali.

“Pedang Xing telah musnah. Bagaimana proses ujian itu dapat berlangsung Yubi. Apa kau tidak paham ?”

Pedang Xing adalah pedang pusaka terbesar. Dahulu kala kekaisaran dipilih langsung oleh pedang Xing. Namun ketika pedang tersebut musnah, dunia Xing pun turut hancur. Peperangan merajalela demi memperebutkan takhta kekaisaran.

“Bukan aku yang tidak paham. Justru klan Byuni yang tidak mengerti batas norma mereka. Sudah tugas kita melindungi dan menjaga dunia Xing, tapi kenyataan yang ada kita hanya bersembunyi.” Jelas Yubi.

“Apa kau pikir jika kita tidak menutup diri, rakyat Byuni dapat hidup damai? Selama ini kita terlindungi Yubi. Kau berharap klan kita akan musnah akibat perang yang tak berkesudahan itu?”

Klan Byuni merupakan suku minoritas. Angka kelahiran mereka sangat sedikit. Dikarenakan baik pria atau wanita dari klan Byuni hanya dapat menjalankan satu kali proses pembuahan untuk mendapati keturunan. Dimana proses kelahiran klan Byuni akan melahirkan dua anak kembar sekaligus.

“Lalu dengan cara mu saat ini, apa kau kira kita akan baik-baik saja? Jika kita terlindungi karena klan Aruo, bagaimana dengan rakyat mereka? Kau sama saja membunuh mereka kak.” Lirih Yubi.

“Kita tidak memulai. Setelahnya akan ada dunia baru yang tercipta dengan damai. Tanpa perlu klan Byuni, dan kau bersembunyi lagi nantinya. Bagiku itu yang utama.”

“Kakak. Aku tahu kau menyayangi ku. Aku percaya kau kini menyetujui hal tersebut untuk ku dapat hidup bebas tanpa perlu bersembunyi. Hanya saja… kau tahu bahwa tujuan aliansi ini bukan yang aku inginkan.” Yubi kembali menuang teh di cangkir Liwey. Dan dengan segera Liwey menegak habis.

“Bagaimana pun aku akan menikah. Meski pangeran Yangra cukup baik dan aku sedikit menyukainya. Tapi tujuannya, aku membencinya.” Yubi menuang kembali teh di cangkirnya Liwey.

Liwey kini menahan tangan Yubi.

“Apa yang kau lakukan.” Tegas Liwey.

Yubi telah mencampur teh tersebut dengan ramuan kejujuran dan pelelap yang cukup kuat. Ia berencana kabur jika pembicaraan ini tidak menemukan titik terangnya.

“Apa? Kau yang mendorongku pada dia.” Kini Yubi mengambil cangkir Liwey menenggaknya hingga habis.

Liwey menarik Yubi kedekatnya.

“Jika aku bisa memiliki mu selamanya. Aku tidak akan…….”

“Kau tidak bisa memilikiku selamanya.”

Liwey membenci dirinya terlahir menjadi saudara kandung Yubi. Ia benci harus mengakhiri rasa cintanya sebatas kakak dan adik. Yubi tidak mengetahui perasaan Liwey yang sangat mencintainya, tidak mengetahui rasa ingin memiliki yang lebih. Bukan hanya sebatas saudara, kakak dan adik. Dan Liwey tidak ingin Yubi mengetahui hal tersebut.

“Apa kau tidak pernah mengerti…” Lirih Liwey.

Ia melepaskan genggaman tangannya dari Yubi. Menyadari teh tersebut telah dicampur sesuatu oleh adiknya.

“Aku akan kembali.” Ucap Liwey menahan beban dikepalanya. Cemas perasaannya pada Yubi akan terkuak.

“Apa kau baik-baik saja?”

“Aku akan mengantarmu kembali.” Ujar Yubi lagi dan memapah Liwey.

Liwey membiarkannya, ia hanya menatap Yubi dalam diam. Ia tak menolak. Bagaimanapun waktu bersamanya sangat berarti.

“Putri kau dilarang…” Ujar salah satu pengawal didepan pintu paviliun Yubi.

“Aku akan mengantarnya, setelah itu aku akan kembali.” Tegas Yubi.

Melihat Pangeran memberikan izin, akhirnya para pengawal melepaskan Putri.

Setelah tiba di istana sang Kakak, Yubi segera mendudukkan kakaknya dibangku dalam istana. Namun belum sempat Yubi akan keluar, sang kakak menarik tangan adiknya.

“Kau akan kemana ?” Ucap Liwey dengan sadar. Berbeda dengan sebelumnya. Yubi terperanjat melihat sang Kakak sudah pulih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!