Yangra membawa Yubi menuju sebuah sungai besar perbatasan antara kerajaan klan Mabi dan kerajaan klan Aruo. Disepanjang sungai tersebut sedang berlangsung festival lampion. Menyambut beberapa hari untuk menutup pergantian tahun.
“Turunlah.” Yangra mengulurkan tangannya untuk membantu Yubi turun dari kuda.
Yubi mengabaikannya dan turun dengan mudah dari atas kuda. Sang pangeran lupa jika wanita tersebut memang dapat berkuda.
“Apa yang kau ingin lakukan? Kenapa kita kesin?”
“Menghabiskan waktu bersama mu.” Jawab Yangra.
Yangra memesan sebuah perahu dan mengajak Yubi untuk menaikinya bersama mengarungi sungai tersebut.
“Tuan ku tekankan jika kau bertindak tidak sopan…”
“Jika aku tidak sopan. Malam itu harusnya aku tidak menyuruh mu untuk memakai pakaian mu.” Bisik Yangra kembali menarik tangan Yubi untuk menaiki perahu.
Yubi dibuat kesal oleh sikap Yangra, ia akhirnya memilih duduk diujung sebuah perahu, dengan Yangra berada tepat dibelakangnya. Perahu tersebut mulai berjalan pelan dengan dorongan angin yang dibuat oleh Yangra.
Mereka berdua menelusuri sungai yang ramai dengan hilir mudiknya perahu disertai pemandangan hamparan lampion yang indah disisi kiri kanannya.
“Jadi kau… Putri utama Byuni ?” Tanya Yangra pada Yubi. Sesaat setelah membuat selubung angin yang mengitari perahu mereka.
Yubi tercengang mendengarnya. Sang Pangeran sengaja mengajaknya berbicara ditengah sungai dengan sebuah selubung kedap suara.
“Apa kau masih takut padaku? Aku tidak berniat jahat padamu.”
“Aku tidak tahu niat mu sebenarnya, Akan kujawab jika kau mengembalikan giok ku.” Jawab Yubi menatap kedua mata Yangra.
“Sejujurnya, aku tidak berniat mengembalikannya pada mu. Jadi bisakah jangan…”
“Kau mempermainkan ku.” Marah Yubi.
“Apa kau merasa seperti itu? Aku hanya ingin mengetahui mu lebih dalam. Bagaimanapun kau telah mengambil kultivasiku, seorang klan Byuni berkeliaran keluar dari kerajaannya. Apa kau pikir orang lain akan mudah melepaskanmu.”
“Tuan aku datang ke sini tidak berniat jahat atau semacamnya. Untuk kultivasi mu, aku akan mengembalikannya. Masalah giok ku…” Yubi sempat terdiam dulu.
“Aku tidak akan memintanya kembali. Bagaimanapun aku sudah salah telah menyerap kultivasi mu. Anggap itu sebagai ungkapan maaf ku.” Yubi mulai tersudut, enggan memulai perdebatan yang memang semua adalah salahnya.
“Bagaimana aku bisa mempercayai semua itu? Sedangkan kau juga tidak pernah mempercayaiku.”
Yubi saat itu hanya terdiam seribu bahasa. Bagaimanapun saat ini dihadapannya adalah seorang Pangeran klan Aruo. Dan dia sendiri sedang melintasi perbatasan kerajaan sang Pangeran. Bagaimana mungkin Yubi berani membuat ulah, sedangkan energi kultivasi Yangra lebih besar dibandingkan dirinya. Jangankan kultivasi, bahkan untuk ilmu beladiri jelas Yubi tidak akan mampu melawan.
“Apa kau sekarang sudah mulai cemas?” Yangra mengangkat dagu Yubi. Wajah Yubi sore itu tertutup cadar. Yangra dengan kekuatan anginnya melepaskan cadar milik Yubi, hingga terbang dan hanyut terbawa sungai.
“Tuan. Hentikan.” Yubi menepis tangan Yangra.
”Kelak bersama ku jangan pernah sembunyikan wajahmu.” Jantung Yangra berdegup cepat saat itu.
”Kelak? Apa masih ada kelak untuk kita? Kau sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?”
”Aku sudah katakan berkali-kali, aku hanya ingin mengenalmu. Sisanya aku ingin mengetahui tujuan mu pergi keluar dari kerajaan mu, klan Byuni.”
”Siapa diri ku tidak penting. Lagi pula aku juga tidak mengenalmu.” Gerutu Yubi.
Yangra tersenyum kecil, melihat Yubi yang kesal seperti anak kecil.
“Aku Ar Yangra, Pangeran kedua klan Aruo. Dan kau sendiri, apakah aku harus memanggil mu Putri atau cukup memanggil mu, Ni Yubi ?” Untuk pertama kali sang Pangeran mengenalkan dirinya secara resmi didepan sang Putri.
Yubi tersentak kaget saat pria itu menyebut namanya secara lengkap. Ia berdiri dengan cepat, lupa dirinya masih diatas perahu.
“AWAS!!” Teriak Yangra ketika perahu mulai goyang, dengan sigap ia menangkap tubuh sang Putri.
Tubuh Yubi jatuh diatas tubuh Yangra. Situasi canggung tersebut sempat membuat pipi sang Putri kemerahan menahan malu.
“Pelan-pelan jika kau tidak ingin membuat perahu ini terbalik.” Yangra membantu Yubi duduk kembali.
“Maaf.” Ucap Yubi pelan.
“Bagaimana bisa dia mengetahui nama lengkap ku.” Pikir Yubi saat itu.
Yangra mengatupkan kedua bibirnya menahan ketawa melihat Yubi.
”Kau menertawaiku?” Wajah Yubi merah padam.
”Tidak. Tidak. Kau tahu perbuatan mu itu adalah jawaban dari pertanyaan ku tadi.” Ucap Yangra santai.
”Jadi putri… apa yang sedang kau lakukan diwilayah ini?” Tanya Yangra lembut.
”Bukankah kau yang mengajak ku.” Yubi menjawab spontan.
”Hahaha… boleh juga jawaban mu. Apa kau sedang kabur dari kerajaan mu?”
Yubi menatap tajam kearah Yangra.
”Baiklah. Aku sepertinya dapat menebak jawaban yang tadi.” Ucap Yangra lagi.
Yubi menghela nafas panjang.
”Sepertinya kau sudah tenang. Sudah tidak menaruh curiga pada ku bukan?” Tanya Yangra pelan.
”Aku tidak curiga. Tapi bagaimana pun aku merasa bersalah atas semua sikap ku pada mu. Aku hanya bertanya-tanya hal apa yang dapat menebus kesalahan ku itu.” Yubi merasa menyesal telah menyerap kultivasi sang Pangeran.
”Bagaimana kalau aku katakan itu sebagai hadiah untuk mu jika kau bersedia menjadi teman ku. Aku tidak akan mengungkitnya dan aku harap kau tidak merasa bersalah lagi.”
Yubi yang tadinya tertunduk merasa bersalah, kini kembali menatap sang Pangeran. Namun sorot matanya kini terlihat lembut dan hangat menatap wajah Pangeran. Yubi tersenyum mendengar jawaban Yangra, membuat hati pangeran semakin berdegup kencang tidak karuan.
“Baiklah. Menambah teman yang hebat, tidak merugikan juga.”
”Apa kau selalu tersenyum seperti itu?” Gumam Yangra tanpa sadar.
”Hah!! Kau mengatakan apa?” Tanya Yubi ingin memastikan.
”Tidak ada. Aku cukup senang hari ini.”
Sepanjang perjalanan diatas sungai, Yangra memperkenalkan wilayah Aruo dan Mabi. Setidaknya ia sedang berupaya membuat Yubi nyaman disisinya. Hingga akhirnya perahu mereka sudah menepi, tepat didekat balai hiburan kota kerajaan Mabi.
“Terimakasih untuk hari ini Pangeran…”
“Kau cukup memanggil nama ku.” Potong Yangra.
“Yangra?” Ujar Yubi lembut.
“Begitu lebih baik, aku antar kau kembali.” Lanjut Yangra menutupi kegugupannya saat Yubi mencoba menyebut namanya.
Sang Putri tidak menjawab, hanya melemparkan senyum kecil diwajahnya. Jantung Pangeran berdegup kencang ditambah sang Putri yang terlihat senang berada disisinya berjalan menyusuri sungai dan melihat keramaian.
Sang Pangeran tidak ingin semua ini berlalu. Sepanjang jalan menuju penginapan, mereka saling bercengkrama bersenda gurau.
“Kapan kau akan pulang ke Byuni?” Tanya Yangra tepat didepan kamar Yubi.
“Segera. Bagaimanapun aku tidak bisa berlama-lama.”
“Apa aku bisa mengunjungi mu?”
”Untuk itu… mmm… Aku kurang yakin. Kau tahu kakak ku sangat pencemburu jika aku memiliki teman seorang pria.” Bisik Yubi disambut gelak tawa Yangra.
”Hahaha… kalau begitu, tunggu aku. Aku akan mendapatkan izin dari kakak mu.”
”Kau yakin sekali?”
”Tentu saja. Kau percayakan pada ku. Meski kau tidak ingin menemui ku dengan spritual Naga pemberian ku, tunggu aku yang akan menemui mu.”
”Hahaha kau terlalu bersemangat Yangra.”
Mendengar Yubi menyebut namanya membuat hati dan perut Yangra bergejolak. Hatinya terasa hangat.
”Kau bisa datang ke kuil utama pegunungan tanpa klan. Aku cukup sering berada disana.” Jawab Yubi membuka kesempatan Yangra.
”Baiklah. Aku akan mengunjungi mu nanti.”
Kini Yubi menutup pintu kamar sebelumnya sempat melemparkan kembali sebuah senyuman pada sang Pangeran. Sekarang tugas Yangra adalah mencari tahu bagaimana untuk menghadapi Pangeran Liwey. Kakak Yubi.
Ya, Liwey memang mudah cemburu jika adiknya tersebut didekati pria lain selain dirinya. Rasa tidak rela jika adiknya direbut. Bagi sang kakak, adiknya itu hanya bisa mengandalkan kakaknya saja. Tidak padau pria lain.
Beberapa hari kemudian Naya dan Yira mengantar kepergian Yubi dan Gyu kepelabuhan pinggir kota. Yubi bersama Gyu menaiki sebuah kapal. Ada rasa cemas untuk Yubi meninggalkan kota tersebut.
Dari kejauhan sebuah tempat makan dipelabuhan, Yangra sedang duduk bersama Kai, pengawalnya. Giok Yubi masih ditangan Yangra. Angin saat itu bahkan bertiup sangat kencang, Yubi berusaha mengencangkan ikatan cadarnya. Yangra dapat melihat wajah Yubi yang penuh rasa berat meninggalkan tempat itu.
“Kau memikirkan sesuatu?” Tanya Yira lembut. Yira saat itu menggunakan hiasan rambut yang diberikan oleh Yubi. Yubi tersenyum senang melihat Yira menyukai hadiah pemberiannya.
“Tidak. Aku merasa belum puas bermain dengan kalian.” Yubi menggenggam tangan Yira dan Naya bersamaan. Menutupi kecemasannya.
“Jika aku ada waktu luang aku akan membawa Yira menemui mu.” Sahut Naya.
“Baiklah aku tunggu kedatangan kalian.” Yubi menaiki kapal tersebut.
“Tuan, apa kau tidak menghampirinya?” Tanya Kai sambil melihat Putri Byuni melambaikan tangan salam perpisahan pada dua sahabatnya.
“Tidak perlu. Aku tidak ingin kehadiranku membuatnya canggung dihadapan teman-temannya.”
Yangra sudah bersusah payah meyakinkan Yubi bahwa ia tidak berniat melukai Yubi dan klan Byuninya. Hubungan mereka yang sudah mulai akrab tidak mungkin ia berani merusaknya.
Terlebih sebentar lagi ia akan pergi menemui Yubi. Kuil utama pegunungan tanpa klan. Tempat dimana Yubi berjanji akan menemuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments