Bab 13

Dikediaman Yan. Yubi membuat air jahe hangat. Gadis yang tidak peka dengan perasaan orang lain, hanya peka terhadap perasaannya. Sebenarnya sejak awal sangat peduli terhadap A Lee. Sejak pertemuannya digunung tanpa klan, sorot mata pria tersebut terasa tidak asing baginya.

Ia sudah memutuskan untuk tinggal sementara waktu disisi Kaisar. Bagaimanapun Byu didalam dirinya perlu disegel dengan kultivasi tinggi. Dan lagi pula ia masih enggan kembali kekerajan Byuni terlebih setelah beberapa pasukannya Byuni telah tewas.

Yubi membawa nampan berisi teh racikannya menuju aula utama tempat A Lee biasa mengerjakan tugasnya.

“Nona Yubi.” Sapa Fa Ye penuh semangat.

A Lee menatap tajam kearah Fa Ye, seketika Fa Ye menghilangkan senyum diwajahnya dan meninggalkan mereka berdua.

“Aku membuatkan mu minuman penghangat tubuh.” Yubi meletakkan secangkir teh dihadapan A Lee.

“Apa aku kelihatan seperti sakit?” Jawab A Lee datar. Dirinya memang semalaman berdiri ditengah hujan menemani Yubi.

“Apa aku salah?” Yubi mengambil kembali cangkirnya.

“Kau sudah menaruhnya.”

“Apa kau tidak bisa melihat niat baik ku.” Kesal Yubi.

Sebelumnya, Yubi terbangun dipagi hari, ia sempat melihat A Lee melewati halamannya. Namun terlihat pucat. Dengan telapak tangannya, ia menyentuh tanah dihalamannya dan merasakan tubuh A Lee yang sedang tidak baik.

“Bukankah kau yang mengajariku, apa sekarang kau sudah melihat niatku baik atau jahat ?” Balas A Lee. Ia sangat pintar mengembalikan semua perkataan Yubi.

A Lee menenggak habis obat yang dibuat Yubi. Terasa segar dan hangat.

“Apa masih ada yang ingin kau bahas dengan ku?” Tanya A Lee karna Yubi sedari tadi duduk terdiam seperti berpikir.

“Aku kau sibuk?” Yubi memandangi berkas dihadapannya.

“Tidak.”

Sebenarnya masalah A Lee cukup pelik, bahkan tadi diskusi dengan Fa Ye terlihat serius. Namun wanita ini mampu membuatnya lupa akan waktu dan urusan lainnya.

“Aku tidak tahu tujuan mu sebenarnya pada ku. Pada klan ku. Jika hanya sebatas menyegel kekuatan Byu, sebenarnya aku bisa kembali kekerajaan ku tanpa perlu bantuanmu. Aku… bukannya tidak ingin percaya pada mu...”

“Lalu kau memintaku untuk percaya padamu ? Bagaimana jika klan mu sengaja menggunakan Byu untuk menghancurkan warga ku, klan dunia luar.” Tanya A Lee.

“Apa aku terlihat seperti orang jahat?” Kesal Yubi.

“Lalu apa kau merasa aku yang jahat.”

Yubi kesal. Baru kali ini semua perkataanya dapat dipatahkan begitu saja.

“Sudahlah. Apa yang membuat mu enggan berada disisi ku?” Tanya A Lee menyudahi debatnya.

“Aku tidak bilang aku enggan. Aku hanya khawatir. Aku hanya ingin tahu tujuanmu.”

“Jika aku katakan aku tidak memiliki tujuan apapun, apa kau akan percay ? Aku hanya akan merasa tenang kalau kau disisi ku.”

Yubi menghela nafas panjang.

“Apa kau setakut itu pada Byu, padahal klan mu yang selalu membuat kerusakan.” Gerutu Yubi.

Yubi sungguh-sungguh salah mengartikan maksud A Lee.

“Baiklah. Sementara waktu aku akan bersamamu. Namun aku memiliki tiga persyaratan.” Pinta Yubi.

“Katakanlah.”

“Aku akan memikirkannya dulu. Tapi yang paling utama, kau tidak akan mengusik klan Byuni.”

“Kau menganggap ku apa sampai aku sejahat itu.”

“Berjanjilah.”

“Aku akan menjaga Byuni.” Jawab A Lee menenangkan Yubi.

Yubi mengembangkan senyumnya, seketika degup jantung A Lee kembali berdebar tidak karuan. Tatapan mata A Lee penuh cinta untuk wanita yang duduk disisinya.

“Kembalilah kekamarmu, aku harus menyelesaikan tugas ku. FA YE.” Perintah A Lee kemudian.

“Bukankah tadi kau katakan tidak sibuk.”

Kini Fa Ye berdiri disisi A Lee. Yubi segera bangkit berdiri.

“Kalau aku ingin keluar, apa itu harus bersama mu ? Atau dengan dia ? Atau…” Yubi berbisik ditelinga A Lee.

“Kau ingin kemana lagi?” A Lee meletakkan gulungan surat yang tengah ia baca. Jantungnya semakin berdebar saat Yubi berbicara didekatnya dan refleks bangun berdiri.

“Aduuuh… kenapa kau jadi marah.”

Yubi mengusap keningnya yang terkena pundak A Lee. Pria ini sangat tinggi hingga Yubi hanya setinggi pundaknya saja.

“Ah sudahlah. Aku akan kembali ke penjara kamar ku.” Kesal Yubi mengelus keningnya. Pria itu sangat atletis dan tenaga nya sangat kuat. Bahkan berdiri saja membuat kening Yubi memerah karena tekanan pundak A Lee.

“Bagaimana pun dia bukan tahanan mu. Sore ini kau bisa membawanya jalan, semua ini…” Ucap Fa Ye menunjuk semua berkas dimeja.

“Apa kau bisa selesaikan sendiri.” Tanya A Lee langsung.

“Tidak. Kita akan bahas saat kau pulang. Ini tidak terburu-buru.” Balas Fa Ye cepat.

“Satu hal lagi, aku rasa didepan dia kau tidak perlu menggunakan topeng mu. Bukan kah cukup lelah, waktumu akan tersita banyak untuknya nanti.” Jelas Fa Ye.

___________________________________________________

Sepanjang hari itu Yubi menghabiskan waktunya didalam kamarnya. Tidak ada pelayan, hanya pengawal didepan kediamannya yang berjaga. Yubi sangat bosan.

Sang Kaisar kini mendatangi kamar Yubi. Namun ia tidak mendapati Yubi didalamnya. Sayup-sayup ia mendengar suara senandung dari kolam pemandian.

Yubi menghabiskan waktunya didalam air panas. Menenggelamkan tubuhnya, sangat nyaman.

A Lee berdiri dipintu kolam pemandian. Mengetahui Yubi masih ingin berlama didalam kolam, segera A Lee melangkah meninggalkan tempat tersebut. Namun tanpa diduga tubuhnya tidak bisa ia kendalikan. Yubi mengeluarkan energi berupa pengendalian tubuh menguasai diri A Lee.

A Lee mencoba melawan, namun rasa sakit luar biasa menusuk titik sarafnya. Ia mengalah mengikuti kendali Yubi yang menguasai penuh tubuhnya.

A Lee kini membuka pintu kolam pemandian, memasukinya dan berlutut dihadapan Yubi yang masih berada didalam kolam.

“Apa yang kau lakukan.” Kesal A Lee.

“Ternyata kau yang mengintipku.” Ujar Yubi penuh senyum licik.

“Aku tidak… mengintip mu...” Jawab A Lee menahan rasa sakit.

“Lalu apa yang ingin kau lakukan didepan pintu.”

“Bukannya kau meminta keluar.” Balas A Lee.

Yubi teringat permintaannya, tidak disangka sang Kaisar memenuhinya.

“Aaah maafkan aku.” Yubi kini segera memakai pakaian penutup.

“Lepaskan aku.” Kesal A Lee.

Yubi berjalan dan duduk dihadapan A lee yang saat ini masih berlutut.

Wajahnya Yubi penuh ketakutan. “Kau memaafkan aku? Apa kau akan menghukumku?” Tanya Yubi.

“Le… pas… kan…” A Lee menekan setiap katanya.

“Berjanjilah dulu. Aku sangat takut sekarang.”

A Lee menggangguk perlahan, menahan rasa sakit.

“Baik kau sudah berjanji.” Kini Yubi berlari keluar dari kamar pemandian dan melepaskan segel pengendalian darahnya.

Namun A Lee sama liciknya seperti Yubi, ia mengeluarkan jurus pengikat, dan sebuah tali melingkar dipinggang Yubi. Yubi tertarik masuk kedalam kolam panasnya.

BYAARR !!!

“KAU SUDAH BERJANJI. MANA BISA SEORANG KAISAR MENARIK TIHTANYA.” Yubi berdiri dipinggir kolam dan menyapu wajahnya yang basah.

Saat membuka matanya jantung Yubi berdegup, sama halnya dengan A Lee. Yubi mendapati A Lee duduk dipinggir kolam. Sangat dekat dengan dirinya. Hingga aroma tubuh A Lee bisa ia rasakan.

“Kau sudah sadar aku Kaisar. Dan kau berani bermain dengan seorang Kaisar.” Ucap A Lee.

Yubi tidak menjawab, ia masih terpaku memandang wajah A Lee, tengkuk leher, hingga pundak pria itu. Yubi penasaran dengan wajah asli dibalik topeng tersebut. Ia sudah melihat tubuh pria tersebut namun tidak dengan wajahnya.

Terlebih sorot mata A Lee saat menatapnya sangat hangat membuatnya tenang. Ia seperti pernah melihatnya namun ntah dimana, tidak digunung. Tapi jauh ke masa lalu.

“Apa yang sedang kau pikirkan Putri.”

Yubi menarik tali pengikat dari tangan A Lee dan membuat A Lee terjatuh kedalam kolam.

BYUURR !!!

A Lee segera berdiri mengambil nafas. Dan kini Yubi mendorong tubuh A Lee kepinggir kolam, membuat tubuh sang Kaiisar terjepit diantas batas kolam dan Yubi. Sang putri kini melumpuhkan titik saraf A Lee agar tidak bergerak, menekan dada A Lee dengan kuat agar tidak memberontak. Ia menatap kembali mata A Lee, jantung sang Putri semakin berdebar-debar.

“Kau masih berani.” Tegas A Lee.

“Putri Byuni tidak pernah tunduk pada siapa pun.”

“Kau tidak takut pada ku?”

“Aku punya banyak kesempatan untuk menyerap kultivasi mu. Tapi tidak ku lakukan. Aku jadi bertanya, kenapa kau mengizinkan ku didekat mu. Menyentuhmu Yang Mulia? Apa kau tidak takut padaku?”

Yubi membelai lembut wajah A Lee. Bagaimana mungkin pria ini akan menyakitinya sedangkan dirinya selalu menunjukkan rasa peduli yang besar pada sang Putri.

“Apa kau benar-benar menginginkanku disisimu?” Tanya Yubi.

A Lee dapat merasakan tubuh Yubi makin menghimpit tubuhnya. Kulit lembut Yubi menyentuh jemari dan wajah A Lee. Bahkan A Lee dapat melihat jelas bahu putih dan dada Yubi dibalik kainnya yang tipis basah.

Yubi yang semakin penasaran dengan sosok dibalik topeng, berpikir keras bagaimana cara melepas topeng itu. Mata Yubi memandang bibir A Lee yang kemerahan.

“Kau menginginkan ku sebagai apa Yang Mulia? Pelayanmu? Penjagamu? Tahananmu? Atau…”

Yubi semakin mendekatkan wajahnya ke wajah A Lee. Nafas hangat mereka saling menyatu. Yubi dapat merasakan detak jantung A Lee yang berdegup kencang. Sama seperti miliknya.

A Lee tidak bergeming, ia menunggu reaksi Yubi.

“Kau tidak menjawab apapun Yang Mulia.” Ucap Yubi lembut. Aroma tubuh Yubi dapat A Lee rasakan malam itu, lavender. Sangat menenangkannya.

“Menurut mu Putri, dengan gelar mu. Apa yang layak untuk mu?” A Lee menatap wajah Yubi.

“Kau adalah Kaisar, aku tidak berani menghayal.”

Yubi perlahan meraih tali topengnya. Dan ia terperanjat saat tangan A Lee menggenggam tangannya.

“Kau bisa bergerak.” Tanya Yubi bingung, jika bisa bergerak kenapa A Lee tidak menghindar berada didekatnya. Apakah rumor penyuka sesama jenis ternyata bohong juga.

“Kau meremehkan ku.” A Lee memaksakan energinya untuk menggerakkan tubuhnya saat itu, rasa kebas masih menjalar ditubuhnya.

“Aku hanya…” Yubi kini mendorong tubuh A Lee memberi jarak pada tubuh mereka namun A Lee kembali menarik tangan Yubi. Dan tubuh nya semakin terhimpit dengan tubuh Yubi.

“Kau ingin mendengar jawabanku?” Tanya A Lee.

Yubi menatap bola mata A Lee yang ia bahkan bisa berkaca didalam mata itu. Yubi dapat merasakan detak jantung A Lee semakin cepat berdetak, beradu dengan degup miliknya.

“Apakah bisa aku menebaknya.” Tangan Yubi kini bergerak keatas bahu A Lee.

“Kau masih ingin bermain?”

“Aku akan serius jika kau serius.”

Yubi semakin mendekatkan wajahnya ke A Lee. Hangat nafas keduanya saling dapat dirasakan. Sang Putri dengan memberanikan diri mencium bibir sang Kaisar. Hal yang tidak pernah dibayangkan A Lee bahwa Yubi akan berbuat seperti ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!