“Bodoh.” Ketus Liwey. “Kau kira bisa mempermainkanku dengan racun diteh mu.”
“Sejak kapan kau ?”
“Apa kau kira mudah meracuniku ?”
Yubi terdiam seribu bahasa. Dan duduk disamping Liwey.
“Maaf Yubi. Aku sudah menentang aliansi ini. Aku memikirkan keuntungan yang didapat pada klan Byuni, sehingga mengatur taktik untuk merebutmu kembali.”
Yubi menatap bintang dari luar pintu kamar sang Kakak. Malam itu lebih terang dan hangat. Bulan diposisi puncak teratasnya. Benderang.
“Aku tidak tahu apa yang ingin kulakukan dan apa yang harus aku lakukan.” Jawab Yubi kemudian. “Aku tidak keberatan jika harus menikah dengan pria yang tidak aku kenal atau tidak aku cintai. Pernikahan aliansi memang sudah menjadi kewajiban putri kerajaan untuk menjalaninya. Aku menerima hal itu. Tapi…”
Yubi tercekat dengan derai air mata, “Jika tujuan pernikahan ini untuk kebebasan ku dan rakyat ku namun diatas penderitaan orang banyak. Ini tidak sebanding. Kau tahu merebutkan takhta Xing berarti akan banyak kehancuran. Selama ini sudah cukup dunia luar saling berseteru, dan klan Byuni pergi mengasingkan diri. Bukan tugas kita lepas tanggung jawab. Aku tidak mengerti kenapa kini arah kita berbeda.”
Kini Liwey mendekap tubuh kecil adiknya. Ia memahami hal berat yang dihadapinya kini. Kelahiran Putri kerajaan Byuni, akan menjadi sebuah aliansi pernikahan yang diperebutkan banyak pihak. Mengingat kekaisaran Xing dulunya dikendalikan oleh klan Byuni.
“Tujuan aliansi ini jika kau tidak menyukainya, aku akan mendampingimu menemui tetua dan ayah. Selama kau berjanji tidak kabur.” Ucap Liwey menghapus air mata Yubi.
Liwey mengelus perlahan kepala Yubi. Muncul semburat cahaya tipis keemasan dari tangannya. Seketika Yubi tertidur dengan tenang. Liwey menarik segala resah dalam pikiran Yubi dengan kultivasinya. Hal yang hanya mampu dilakukan klan Byuni. Mengontrol emosi seseorang dengan kultivasi.
Setelah memastikan adiknya tidur dengan nyenyak, Liwey beranjak keluar dari kamarnya. Menghampiri sosok yang tak ia harapkan ada disitu.
“Aku tidak tahu rasa sayangmu begitu besar pada adikmu.” Ujar Yangra dengan senyum diwajahnya
”Kau mencarinya?”
“Tadinya aku sedikit kesal mendapati Yubi tidak dikamarnya. Aku kira dia akan kabur. Ternyata dia bersamamu. Kau tidak sengaja bukan, membawanya ketempatmu?” Curiga Yangra.
“Dia bersamaku kenapa kau begitu khawatir, aku kakaknya.”
“Jelas dari awal kau menolak aliansi ku dan lagi dia bukan sekedar adik bagimu.” Suara Yangra terdengar dingin.
“Dan aku bisa tebak rasa kesal mu semakin bertambah saat kau mengetahui dia tidak menginginkan pernikahan ini.”
“Ingin atau tidak itu bukan keputusannya.”
“Heh… kau melupakan aku ? Aku bisa membatalkan aliansi itu.”
”Kau bukan Raja.”
”Ya. Tapi aku adalah Naga.”
Yangra terdiam. Menatap tajam Liwey.
Benar kata Kai, bahwa pangeran Liwey memiliki rasa sayang yang berbeda terhadap adiknya. Ia bahkan rela memporak porandakan kerajaan dan menghancurkan klannya sendiri demi melindungi Yubi. Meski begitu, mereka adalah saudara kandung. Kecemasan Yangra tidak akan berlebihan akan hal itu.
“Tapi pada akhirnya dia akan menjadi milikku.” Ujar Yangra kemudian.
“Kau terlalu berharap tinggi. Bahkan tujuanmu saja saat ini belum tercapai.”
”Tujuanku sejak awal adalah memilikinya, bagaimana jika ia mengetahui bahwa sang kakak memiliki perasaan yang mendalam padanya? Apa dengan begitu dia akan berpaling dari mu?” Picik Yangra.
Ada rasa cemas dihati Liwey jika Yubi mengetahui perasaan sesungguhnya. Akankah Yubi menghindar darinya? Tidak lagi membutuhkannya?
“Jadi… Kakak… Aku harap kau dapat bekerja sama denganku. Aku adalah sekutumu. Untuk mengajukan aliansi ini saja sudah berat untuk ku. Perjalananku sama saja dengan mengantar nyawaku. Aku tidak memiliki niat tersembunyi pada Yubi. Kau tidak perlu khawatir.”
Liwey hanya terdiam. Banyak hal yang mengganggu pikirannya. Jika Yubi akan menikah, setidaknya ia harus menikah dengan pria yang dapat melindunginya. Apakah Yangra pria itu?
“Aku akan kembali. Maaf telah mengganggu mu.” Ujar Yangra, meninggalkan Liwey yang diam berdiri terpaku.
______________________________________________
“Apa kau memang berniat menikahkan Yubi ?” Tanya Liwey didalam aula istana utama pada sang Ayah.
“Adik mu berbeda denganmu Liwey. Ada yang spesial dalam dirinya. Aku tidak dapat menjelaskan padamu.” Raja Oru menutup semua surat-surat yang berada dihadapannya. Menatap Liwey dengan teduh.
“Kau memaksanya, apa kau pikir dia akan bahagia ? Apa dengan aliansi ini semua akan kembali pada tempatnya. Dunia Xing sudah lama dalam pergolakan ayah.”
Raja Oru bukannya tidak menyadari. Pernikahan putri utama Byuni merupakan pernikahan yang akan dicekal oleh dunia luar. Kenyataan sebelumnya bahwa takhta kekaisaran Xing dipegang oleh klan Byuni selama berabad-abad. Memperkokok kekuatan kekaisaran dengan klan Byuni.
“Banyak hal yang belum kau ketahui dan sebaiknya kau tidak perlu mengetahuinya. Tugasmu sebagai pewaris takhta Byuni, kau tidak perlu memikirkan hal lain selain klan mu.”
“Yubi adikku. Bagaimana aku tidak bisa memikirkannya. Ayah… kau dapat membatalkan aliansi itu. Dan lagi, tugas ku bukan hanya melindungi klan ini. Tapi seluruh dunia Xing. Kau ingin melanggar norma kita sampai kapan?”
Ada rasa sesak didada Raja Oru. Ia hanya berharap aliansi ini akan mengakhiri kekacauan yang ada dan berharap Naga Aruo mampu melindungi Yubi. Mengembalikan kedamaian dunia Xing.
“Yang Mulia, ada pergerakan dari perbatasan pegunungan tanpa klan. Beberapa tenda pengungsi dihancurkan. Mereka menuju kuil utama.” Ucap Jendral perang klan Byuni.
Pada akhirnya yang dikhawatirkan pelan-pelan akan terjadi. Semua sudah dapat memastikan hal ini akan tiba. Bahkan beberapa hari lalu bala pasukan klan Aruo dibawah pimpinan Yangra sudah lebih dulu berjaga didalam pegunungan.
Pemberitaan aliansi ini cepat menyebar dan membawa pergolakan. Pasukan Aruo bergegas memblokade pegunungan tanpa klan untuk menghindari pasukan yang berniat merusak aliansi tersebut.
“Yang mulia izinkan hamba untuk menjaga dikuil utama.” Pinta Liwey.
“Pergilah. Tarik semua warga Byuni yang berada didalam kuil. Darah klan Byuni harus kau jaga.”
Tihta sang Raja pada Pangeran jelas harus dilaksanakan. Sang Raja Byuni tidak akan pernah membiarkan warga Byuni tewas begitu saja. Kembali lagi, ini semua masalah jumlah penduduk Byuni yang tergolong minoritas.
_________________________________________________
Didalam dimensi lain. Jauh didalam jiwa pikiran sang Putri. Monster Byu mulai mengajak dirinya berkomunikasi.
“Putri, klan mu sedang berperang. Demi dirimu.” Suara Byu menggema didalam dimensi yang gelap.
Yubi hanya terdiam mendengarkan.
“Kau membutuhkanku. Dengan kemampuanku, mudah untuk meratakan mereka semua.”
“Kau akan menghancurkan mereka semua. Tanpa terkecuali.” Jawab Yubi.
“Tapi setidaknya kau akan menang bukan.”
“Aku tidak butuh dirimu.”
Sang putri terbangun karena energi Byu didalam dirinya tiba-tiba berdesir kuat.
“Rui!” Panggil Yubi.
Rui datang melesat dari atas atap kamar.
“Apa yang terjadi ?” Yubi menatap bingung seluruh pasukan yang berjaga.
“Ada keributan diperbatasan gunung tanpa klan.”
“Dimana ayah ku ?”
“Didalam aula istana utama.”
Yubi segera berlari, namun dicegah oleh pengawal, membuat Yubi mengeluarkan jurus pengendalian darahnya untuk menghentikan mereka.
“Maafkan aku.” Yubi segera berlari menuju aula istana.
Namun sesampainya halaman istana utama, Yubi memandang langit. Meski sudah terang, namun bulan masih terihat jelas pagi itu. Ia teringat sang nenek selalu pergi berdoa seorang diri di puncak gunung tanpa klan. Saat bulan sejajar ketinggiannya dengan matahari. Hal ini tidak ada satu pun yang mengetahuinya, termasuk sang Raja Byuni. Anaknya sendiri.
“AKU AKAN MENJEMPUT NENEK DI PUNCAK GUNUNG TANPA KLAN, BERI TAHU AYAH. SEKARANG.” Perintah Yubi pada pengawalnya.
“Rui bawa aku kesana. CEPAT.”
Seketika Rui mengubah wujudnya menjadi serigala besar berbulu lebat. Sangat besar seakan dapat meruntuhkan atap Istana.
Dengan gesit secepat angin, sang serigala membawa putri menuju pegunungan tanpa klan.
Dipegunungan tanpa klan, segala bentuk kultivasi tidak dapat digunakan. Hanya dapat mengandalkan kemampuan beladiri dan tenaga dalam. Sang Serigala bersama Putri membelah masuk kedalam hutan pegunungan tanpa klan. Suara dentuman samar-samar dapat ia dengar. Ditanah perbatasan sang Serigala meraung keras memanggil kelompoknya. Yubi turun dari punggung Rui, perlahan Yubi membuka alas kakinya.
Bagai sebuah mata yang dapat melihat, telapak tangan dan kaki Yubi dapat merasakan kehadiran makhluk hidup disekitarnya. Hanya dengan merasakan getaran dari kulitnya, Yubi dapat merasakan beberapa kelompok serigala yang ada dihadapannya. Sangat banyak. Mengerang menunggu perintah pemimpin kelompoknya, Rui.
“Rui, temukan nenek. Segera.” Perintah Yubi.
Rui mulai mengendus bau sang Nenek. Dan segera ia melesat lari masuk lebih dalam menuju puncak pegunungan tanpa klan.
Yubi yang mahir menggunakan jurus meringankan tubuh, dengan lincah belari mengimbangi Rui.
SRAKKK !!
Sebuah anak panah melesat mengenai ranting pohon. Yubi berhenti. Merasakan kehadiran beberapa pasukan berkuda mendekatinya. Yubi memang tidak terlalu mahir bertarung bela diri. Namun ia cukup gesit untuk menghindar.
Seekor serigala berbulu merah keluar dari semak-semak menghantam dan menerkam pasukan berkuda tersebut. Rui menatap tajam kearah sang putri, memastikan wanita itu tidak terluka lalu bergegas melanjutkan perjalanan.
Setiap derap langkah Yubi, ia merasakan kehadiran musuh disekitarnya. Namun ia mengetahui bahwa dirinya dilindungi oleh pasukan serigala. Yubi terus berlari dan berlari, Rui beberapa kali menoleh kebelakang memastikan sang putri ada didekatnya.
Namun langkah kaki Yubi terhenti. Ia merasakan ada seorang pria terkapar penuh luka, detak jantung yang lemah dapat ia rasakan dari langkah kakinya.
Rui membuka semak-semak besar. Dan mendapati seorang pria terluka tertikam anak panah, pakaian putihnya berlumuran darah, dengan topeng menutupi wajahnya. Pria tersebut menatap Yubi dengan nafas pendeknya. Kedua bolamata mereka saling bertemu. Yubi merasa tatapan itu tidak asing.
“Racun. Panahnya dilumuri racun.” Yubi terperanjat mencium aroma darah pria tersebut.
mencoba menarik anak panah tersebut, tapi tangan pria itu menahannya.
“Percayalah padaku.” Ucap Yubi, perlahan tangan pria tersebut melepas cengkramannya.
“AARRGHHH.” Teriak pria itu saat Yubi mencabut anak panahnya.
Tanpa pikir panjang Yubi merobek pakaian pria tersebut, terlihat dada bidang dan perutnya yang berotot terkena sabetan pedang. Seharusnya tubuh atletis pria ini cukup kuat untuk kembali turun gunung dan mengobati lukanya.
Yubi mengambil obat untuk menahan racun tersebut agar tidak menyebar dan menaburkan keluka pria tersebut. Membuatnya merintih kesakitan.
“Bertahanlah. Kau akan baik-baik saja.” Sahut Yubi menutup luka tersebut.
“Pergilah lewati pepohonan itu, kau akan sampai dipinggir pantai. Ada sebuah perahu yang kau dapat naiki nantinya.” Yubi menunjuk sebuah jalan yang ia rasa memang tidak ada pasukan diwilayah tersebut.
“Rui…” Panggil Yubi.
Rui yang paham maksud sang putri, ia segera memerintah seekor serigala mendampingi pria tersebut.
“Dia akan membantu mu.” Yubi berdiri dan dibelakangnya sudah terdepat seekor serigala berwarna merah besar.
Pria itu tidak menjawab sepatah kata pun. Yubi langsung pergi meninggalkannya. Bersama Rui melanjutkan perjalanan ke puncak mencari sang Nenek. Pria bertopeng sempat melepaskan gantungan giok dipakaian Yubi tanpa sang Putri menyadarinya. Giok berbentuk bulan sabit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
reecka
siapa pria itu..
2024-03-27
0