Bab 17

Kaisar merasa gelisah saat melihat Yubi menarik tangan Rui digerbang kerajaan, hingga memasuki kamarnya.

“Siapa dia?” Tanya Fa Ye menghampiri A Lee yang masih berdiri di depan kereta kuda.

“Seekor anjing. Hewan peliharaannya.”

“Hewan? Aku hanya melihat pria tampan tadi.”

A Lee melirik tajam ke arah Fa Ye.

“Jika Yubi sudah tidur. Perintahkan anjing itu menemuiku.”

Fa Ye merasakan hawa dingin yang ditinggalkan A Lee saat sang Kaisar tersebut masuk kedalam istana.

A Lee semakin kesal karena Yubi tidak berusaha tidur tapi bercengkrama lama dengan Rui. Butuh waktu lama A Lee harus menunggu itu semua, hingga ia memerintahkan Chyou untuk memberikan teh pelelap kepada Yubi.

Tak butuh waktu berapa lama, hingga akhirnya serigala tersebut melangkah masuk kedalam aula utama bersama Fa Ye.

“Kau tidak memberi salam hormat pada Kaisar.” Tegur Fa Ye.

“Apa Putri ku pernah memberi hormat padamu.” Jawab Rui datar.

“Kau beranii…..”

“Fa Ye hentikan.” Suara A Lee menggema didalam aula istana tersebut. Dapat dirasakan hawa ingin membunuh terpancar dari auranya.

Ia menahan segala emosinya, tidak ingin Yubi membencinya hanya karena Rui. Hewan sialan.

“Jadi kau anjing yang digunung waktu itu.” Tanya A Lee.

“Kau… pria itu ?” Tanya Rui kembali memastikan.

“Jadi demi menyelamatkan mu dulu, maka energi Byu semakin tidak terkendali.” Ujar A Lee mengingatkan.

Rui tidak menjawab. Sejujurnya ia tidak suka mendengar perkataan tersebut. Dimana Yubi menghabiskan banyak energi kultivasi hanya untuknya seorang, mengabaikan segel Byu.

“Apa yang ingin kau lakukan?” Tanya A Lee kemudian.

“Aku hanya mengikuti kemauan putri. Dia memutuskan untuk bersama mu. Aku hanya bisa melindunginya. Aku tidak pernah melarang keinginannya.” Jelas Rui.

A Lee tersenyum puas.

“Apa kau akan melaporkan keberadaanya?”

“Diriku tidak dalam kendali siapapun. Hidup dan mati ku hanya untuk Putri. Bukan tugasku melaporkan keberadaannya atau pun memberitahu apa yang ia lakukan.”

“Kau sangat setia.”

“Hanya dia yang ku miliki.”

“Miliki?” A Lee semakin kesal mendengar kata tersebut. “Aku akan merebut apa yang kau miliki.” A Lee yang sedari tadi sudah menahan emosi. Kini secepat kilat menyambar tubuh Rui dengan hantaman keras. A Lee mencengkram kuat leher Rui.

“Kau ingin membunuhku.”

“Apa sedikit memberimu pelajaran bisa membuatmu mati?”

A Lee kini melemparkan tubuh Rui, tepat menghantam tembok istana. Yubi yang terlelap karena teh A Lee, sedikitpun tidak terbangun.

A Lee mengeluarkan cambuk apinya, dan melibas tubuh Rui. Rui seketika mengubah dirinya menjadi serigala besar. Bahkan pohon pun sampai tumbang dibuatnya.

Para pengawal masuk kedalam halaman utama istana akibat mendengar suara dentuman besar namun Fa Ye mencegahnya.

Fa Ye mengetahui, sang Kaisar sedang terbakar cemburu butanya. Ia ingin menghancurkan Rui. Meluapkan emosi amarahnya yang ia pendam.

Sang Kaisar menyeret leher serigala dengan cambuk petirnya, melemparnya jauh kedalam hutan belakang istana. Hempasan tubuh serigala merobohkan beberapa pohon dihutan tersebut.

“Kau tidak melawanku? Apa kau sudah sadar bahwa dia bukan milikmu.” Kembali A Lee menyerang dengan tangan kosongnya.

“Dia milikku.” Pungkas A Lee kembali.

Serigala tersebut berlari menghantam tubuh A Lee. Ia menggigit lengan A Lee. Dan melemparnya.

A Lee menabrak sebuah batu besar dan terluka. Mulutnya mengeluarkan darah. Kekuatan serigala ini sangat besar.

“Aku tidak ingin melukaimu Yang Mulia.” Jawab Rui yang sudah kembali kebentuk manusianya. Pakaiannya bahkan masih bersih putih. Sedangkan pakaian A Lee berwarna biru mulai ternodai darah.

“Tanpa kultivasi mu, hamba sanksi kau akan bertahan.” Ucap Rui. “Namun energi kultivasi mu jelas sangat tinggi, hamba tidak akan mampu melawan.”

A Lee mengeluarkan pedang petirnya begitu juga Rui mengeluarkan pedang putih kristalnya.

Mereka bertarung tidak menggunakan kultivasi, karena bagaimanapun sang kaisar sama halnya dengan Rui tidak ingin saling membunuh. Hanya ingin memberi peringatan.

Setiap tebasan pedang yang terjadi membuat sambaran petir di pedang putih Rui.

“Kau hanya seorang pengawal tapi kemampuanmu cukup besar.”

“Kau hanya mengurangi caramu bertarung Yang Mulia. Aku tidak akan sanggup melawan kekuatan Kaisar yang sesungguhnya.”

Kembali A Lee menyerang Rui, kini lengan Rui tergores luka pedang petir A Lee. Darah segar mengalir deras membasahi pakaian putih Rui. Kembali A Lee menyerang kembali, namun Rui menghindar dan kembali pedang petirnya melukai pergelangan kaki Rui. Rui tidak menyerang kembali, di hadapannya adalah seorang kaisar dan lagi Yubi sudah menaruh hati pada pria itu. Rui kini dengan kultivasinya menyembuhkan luka dilengan dan kakinya.

“Heh darah campuran.” Ketus A Lee yang kembali menyerang Rui, namun lagi-lagi Rui hanya menangkis serangannya.

“Putri akan sangat cemas jika melihatku terluka. Bukankah kau tidak ingin membuat Putri membencimu.”

A Lee menghentikan serangannya. Menyadari bahwa Rui hanya mencoba menghindar.

“Putri menyukai dirimu, aku tidak bisa membuat mu terluka Yang Mulia. Meski aku tahu dia akan lebih mencemaskan ku.”

“KAUUU……”

“Tapi aku bisa melihat hatinya untukmu. Sainganmu bukan aku. Putri memang akan lebih mengutamakan aku. Tapi Pangeran Yangra sama halnya denganmu, dia memiliki perasaan terhadap Putri. Jika bukan karena tujuan aliansi Pangeran Yangra dan Raja Oru yang egois. aku yakin saat itu Putri sudah menyetujui pernikahannya.”

A Lee terpaku mendengar penjelasan Rui. Emosinya kian berkecamuk.

“Tapi hari ini Putri lebih banyak bercerita tentang mu, daripada menanyakan keadaan ayah dan kakaknya sendiri. Aku memahami sesuatu bahwa kau telah menempati hatinya.”

Rui memang pintar menaik turunkan emosi sang kaisar. Ucapannya selalu menenangkan hati sang Kaisar lalu menjatuhkan perasaan Kaisar berkeping-keping.

“Lebih baik, pikirkan cara bagaimana dapat hidup bersama Putri tanpa ada pertumpahan darah. Karena hal ini yang selalu menjadi beban baginya.”

Rui kini memberi salam hormat dan pergi meninggalkan A Lee didalam hutan itu seorang diri.

————————-————————-—————

Sepanjang malam itu hingga matahari terbit A Lee tidak dapat tidur memikirkan perkataan Rui. Ia sangat mencintai Yubi, namun sikap egois memilikinya sungguh tinggi. Bahkan sang P belum mengetahui sifat asli sang Kaisar. Posesif berlebihan yang pada akhirnya akan menjatuhkan kedua pasangan itu.

Sang putri sudah memulai sesi pelajarannya hari itu. Tidak ada yang tidak dapat ia lakukan. Ia cukup cerdas untuk kategori seusianya, bahkan mungkin diatas rata-rata putri kerajaan lainnya.

Kelemahannya hanya terikat pada energi kultivasinya.

“Tuan mu kira aku ini bodoh apa ? Meski aku suka bermain. Bukan berarti aku tidak tahu ilmu dasar. Kau tahu di klan ku, aku paling hebat untuk semua itu.” Kesal Yubi pada Chyou.

Yubi melahap makan siangnya perutnya sangat lapar, otaknya dipakai berpikir setengah hari ini butuh tenaga ekstra untuk melakukan serangkaian kegiatan hari itu.

“Tapi bukankah pelajaran klan Byuni dan dunia luar berbeda nona. Tuan hanya ingin kau beradaptasi dengan ajaran dunia luar.” Bela Chyou.

“Tentu berbeda. Tapi bukan berarti aku tidak tahu semua itu. Dari semua ajaran itu kau bisa bertanya pada ku, tidak ada yang aku tidak ketahui.” Bangga Yubi pada Chyou.

”Sungguh ? Pantas saja tadi guru sastra dan sejarah sedikit bingung saat menjawab pertanyaan mu.”

”Chyou… Kau bisa lihat sendiri nanti, nona mu ini bukan seperti putri pada umumnya. Aku cukup cerdas, kau akan bangga pada ku. Ck… tuan mu itu justru kalah jauh dengan ku.” Sindir Yubi, “Apa kau mau belajar juga ? Aku dapat mengajari mu dengan cepat untuk memahaminya. Kau tahu, aku memiliki dayang wanita bernama Gyu. Dia bisa membaca dan menulis serta beberapa bahasa luar karena aku yang mengajarinya.” Bangga Yubi.

“SUNGGUH… Aku bisa belajar dari mu nona.” Tepuk tangan Chyou membanggakan nona nya.

“Apa yang kau banggakan.” Tanya A Lee yang tiba-tiba datang ke paviliun Yubi.

“Salam pada Yang mulia.” Sahut Chyou memberi salam pada sang kaisar yang berdiri entah sejak kapan.

“Tidak ada. Kenapa kau cemas pada anak mu ?” Yubi menunjuk dirinya sendiri.

“KAAAUUUU……”

“Sudahlah duduk.” Ia malas ribut dengan pria itu, dan segera menarik tangan A Lee untuk duduk disebelahnya.

Yubi menyuapi A Lee dengan beberapa buah-buahan.

“Kau marah terus. Apa tidak lelah.”

“Apa ayah dan kakakmu tidak pernah marah menghadapi mu.”

“Tidak. Mereka membebaskan aku. Lagipula mereka bisa apa… Hanya nenek yang selalu marah pada ku….” Kini wajah Yubi berubah sendu, ucapan terakhirnya terdengar lirih dan pelan. Ada rasa sedih menyelimuti dirinya.

“Makanlah… kau akan latihan pedang sore ini. Jangan sampai kelelahan.” A Lee menyuapi Yubi berusaha mengalihkan pikiran sedih Yubi.

“Untuk pelajaran yang sudah kau kuasai, mulai besok tidak perlu kau pelajari lagi. Aku hanya khawatir kau akan bosan jadi aku mengusulkan mengisi waktumu dengan hal berguna.”

“Waktu ku cukup banyak. Aku bisa membantumu kalau begitu.” Usul Yubi.

“Membantuku ?”

“Aku sempat membaca surat mu waktu itu, ada masalah di dalam camp pengungsian. Aku memang tidak paham masalah politik, tapi untuk…..” Semangat Yubi.

“Tidak. Aku tidak akan membiarkan dirimu terlibat.” A Lee langsung menyela Yubi.

“Aku bisa menjadi tabib untuk mereka. Ilmu pengobatan ku lebih bagus daripada tabib istana mu.”

“Tidak. Ini bukan urusanmu. Aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu nantinya.”

Yubi terdiam lama. Sungguh sulit bernegosiasi dengan sang Kaisar.

“Ck… kalau begitu… bagaimana kalau aku bermain di luar ? Ada sebuah balai hiburan di kota…”

“Balai hiburan ? Apa yang ingin kau lakukan. Kau tahu tempat seperti apa itu ?”

“Hahaha… itu rumah keduaku selama aku kabur dari istana Byuni. Aku banyak mengenal wanita cantik dan pria tampan."

“Apa yang kau lakukan di dalam sana ?” Selidik A Lee.

“Aku… bermain, mengumpulkan uang.”

A Lee mengerutkan dahinya masih tidak mengerti.

Yubi mendekati telinga A Lee dan berbisik.

“Aku ahlinya dalam segala jenis judi, dan aku bisa menari.” Sang putri membuka aibnya.

A Lee benar-benar terperanjat mendengarnya.

“Ini rahasia ku. Tidak banyak yang mengetahuinya. Kau tahu beban berat menyandang sebuah gelar Putri kerajaan.”

“Aku ragu kau sebenarnya Putri macam apa.”

"Hahaha aku tidak suka disebut Putri. Gelar itu membuat ku banyak keterbatasan.”

“Lalu apa kau menari untuk pria lain?” A Lee mencoba tenang dan menuang teh dalam gelasnya.

“Yaa beberapa kali.” Ucap Yubi santai.

Sungguh sebuah jawaban yang tidak diharapkan oleh sang kaisar. A Lee seketika murka mendengarnya, meletakkan tekonya hingga keras ke atas meja. Yubi kaget melihat reaksinya.

“Aku akan melihat latihan pedangmu sore nanti. Jika kau masih berpikiran untuk bermain, aku akan menghukummu.”

“Hukum? Aku mendapat hukuman?” Yubi bertanya pada A Lee yang kini justru meninggalkan Yubi di meja makannya.

Suasana hati sang Kaisar mudah sekali naik turun dihadapan sang Putri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!