"Apa kabar Lia, lama nggak keliatan."
Lia tersenyum saja sambil meletakkan belanjaannya untuk dihitung.
"Baik Mas."
"Pulang kapan."
Masih bertanya juga sambil memandangi Lia yang sudah merasa tidak nyaman.
"Kemarin Mas, hmm.. Berapa Mas totalnya."
Sandiaga yang terpana memandangi Lia, akhirnya menghitung belanjaan Lia.
"Sebentar ya."
Lia merasa lama sekali menghitungnya karena sudah terlalu kelihatan banget Sandiaga sengaja menahannya.
"Buruan Mas, saya buru-buru."
"Oke, 35 ribu semuanya."
Lia segera memberikan uangnya dan menunggu kembalian.
"Kemarin telepon ku nggak dijawab, sibuk ya."
Sambil mengambilkan kembalian uang Lia dan itupun sengaja menahannya.
"Nggak ada yang telepon Mas."
Sandiaga lalu mengambil handphonenya dan memperlihatkan nomor ponsel Lia.
"Ini nomor kamu kan, kemarin aku minta sama aji."
"Oh.. Iya, maaf saya kalau nggak kirim pesan dulu nggak tau."
"Oke, nanti aku kirim pesan dulu. Jangan lupa di jawab ya."
Lia tersenyum saja lalu berlalu meninggalkan toko setelah mendapatkan kembaliannya.
"Bikin ilfil..."
Lia merinding sendiri melihat senyuman Sandiaga.
Sesampainya di rumah Lia melihat Aji yang sedang bermain dengan adiknya rasanya pingin marah karena sudah memberikan nomor ponsel miliknya.
"Mana Mbak jajanannya."
Teriak Anwar.
"Ini, Ji. Jangan beri lagi nomer Mbak sama orang ya. Jadi ilfil lihat Mas sandi sekarang hii..."
Lia merinding sendiri dan masuk ke dalam rumah.
"Kenapa Ya."
Tanya ibunya.
"Itu Bu, Mas Sandi bikin ilfil aja. Lia jadi takut."
"Nggak usah diladeni dia, kemarin juga ibu lihat menggoda cewek di warung."
"Playboy, hii..."
Ibunya terkekeh sendiri melihat Lia yang seperti orang jijik dengan sesuatu.
"Kamu besok berangkat jam berapa."
"Sore aja Bu, naik kereta."
"Apa nggak kemalaman nanti sampai sana."
"Nggak Bu, jam 7 malam sudah sampai terus nanti bareng Sisi dijemput di stasiun."
"Hati-hati kamu di sana, jauh sama keluarga jaga diri baik-baik. Kalau ada laki-laki ingin mengenal kamu suruh ke sini aja ketemu ibu sama bapak."
Lia sontak kaget menatap ibunya, heran aja tiba-tiba ibunya bicara seperti itu.
"Ibu apa sih, dia mau kumpulin uang dulu mau nabung."
"Iya, tapi kan ibu nggak tau kamu lagi deket sama siapa di sana."
"Belum ada Bu."
"Yang penting jaga diri, kalau kenal sama seseorang itu ditelusuri keluarganya. Lihat juga lingkungan sekitarnya."
"Iya Bu, Lia ingat pesan Ibu."
🌹🌹🌹🌹🌹
Di rumah Kirana.
Malam makin larut tapi dia belum juga mau tidur, ingin menunggu Papanya.
"Kiran ayo tidur, udah malam ini."
Bujuk Oma Asih.
"Papa belum pulang Oma."
Kirana sudah terlihat mengantuk namun, masih ngeyel mau nungguin Papanya.
"Nanti Papa pulang, kamu tidur yuk sama Oma."
"Nggak mau...uuuu....."
Kirana malah berteriak membuat Oma pusing sendiri.
"Kiran..." Bentak Oma Asih.
"Hua....Hua......Papa..."
"Kemana sih Haris jam segini juga belum pulang. Ngapain juga tadi pagi janji mau bawain mainan lagi. Jadi bikin pusing sekarang."
Oma Asih mengomel sendiri sambil menekan telepon untuk memanggil Haris.
"Nggak diangkat lagi, kemana sih kamu Haris..."
Dicoba lagi dan belum ada jawaban dari Haris.
"Kiran, kita tidur dulu yuk. Nanti kalau Papa pulang Oma bangunkan."
Rayu Oma Asih kepada Kirana.
"Nggak mau.. Hua..Hua..."
Makin kencang menangis Kirana dan susah untuk dirayu lagi. Susternya juga sudah menyerah semakin lama Kirana semakin nakal dan hanya Haris yang dia takuti.
"Kalau kayak gini Oma nggak sanggup lagi, Haris kamu kemana sih."
Oma nggak tau lagi gimana membujuk Kirana, dia memilih diam saja dan menemani Kirana bermain siapa tau nanti tidur sendiri.
Badannya rasa capek dan lemas seharian menuruti maunya Kirana, Kirana memang butuh sosok ibu yang bisa menyayangi dirinya.
"Kayaknya aku harus bertindak ini nggak bisa menunggu Haris. Terlalu Lama...."
Oma Asih sudah geregetan akan mencarikan calon istri untuk Haris sekaligus yang bisa menerima cucunya..
😀😀😀😀😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
eni
emang harus sat seat sat lamar b bidan Oma,nunggu Haris lelet.....🤭
2024-01-28
2