Raihanun menatap Jonathan dengan tatapan tidak percaya saat pria kaku macam Elsanya Frozen itu bisa menyebutkan namanya lengkap. Interesting...
"Kamu kenapa cewek Absurd?" tanya Jonathan.
"Eh Elsa, do you want build a snowman?" tanya Raihanun sambil mendendangkan lagu dari Anna saat hendak mengajak bermain bersama.
"Hah?"
"Kok Chen-ge tahu nama lengkap aku?" tanya Raihanun.
"Nama depanmu kan antik jadi aku bisa mencari tahu di administrasi..."
"Chen-ge, kamu itu macam Elsa di Frozen. Dingin dan kaku ala papan talenan..." komentar Raihanun sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya yang diletakkan diatas meja.
"Kalau aku tidak mungkin jadi Elsa. Aku kan cowok..."
"Mr.Elsa kan bisa ..." eyel Raihanun.
Jonathan Chen menggelengkan kepalanya. "Apakah kamu memang tukang ngeyel seperti ini?"
"Ngeyel itu gen wajib di aku. Selama ngeyelnya itu tidak merugikan orang lain macam gini nih. Udah tahu kamu salah bikin orang lain emosi, tapi tetap saja kamu ngeyel..."
"Bukannya itu kamu ya, Nyun?" ejek Jonathan.
Raihanun tertegun. "Eh iya ... Itu aku yaaa..." gelaknya membuat Jonathan merasa gemas dengan gadis di depannya.
"Beneran deh ..." Jonathan memegang pelipisnya.
"So, Mr Elsa .. Do you want build a snowman?" kerling Raihanun yang mendapatkan slentik di keningnya.
***
Akademie der Bildenden Künste München ( Academy of Fine Arts ), Muenchen Jerman
Alaska sangat menikmati perkuliahan di kampusnya apalagi dia sangat mencintai art terutama bidang melukis dan interior jadi dia mengambil interior arsitektur. Kampusnya membebaskan semua mahasiswanya untuk mengekspresikan jiwa seni mereka.
Gadis cantik itu baru saja menyelesaikan lukisan abstrak yang merupakan tugas kuliah hari ini. Alaska sendiri tidak percaya dia bisa menyelesaikan lukisan rumit ini bahkan dosennya memuji susunan pilihan warna yang diambil oleh Alaska.
"Sie sind eine talentierte Künstlerin, Miss Al Jordan ( kamu adalah artis yang berbakat, nona Al Jordan )" puji dosen wanita paruh baya itu.
"Danke, Frau Straddle..." jawab Alaska senang karena tahu dosennya yang ini sangat pelit pujian mengingatkan Alaska pada Opa Hoshinya.
"Kamu menceritakan apa ini?" tanya Frau Straddle.
"Aku dan dua saudara ku saat kami sekolah di asrama Swiss... Kami selalu bertiga..."
Frau Straddle memeriksa dengan teliti lukisan Alska diatas canvas. Warna - warna Alaska didominasi dengan warna gelap tapi dia menunjukkan sisi terang yang membuat orang seperti mendapatkan harapan meskipun hidupmu gelap, percayalah akan ada cahaya indah disana yang akan menunggu kamu menjadi lebih baik.
"Miss Al Jordan... Akhir tahun akan ada pameran di kampus sini dan saya akan merekomendasikan lukisan anda masuk ke dalam salah satu pameran mahasiswa baru..." ucap Frau Straddle membuat Alaska melongo.
"Benarkah?" Mata coklat Alaska tampak berbinar karena dirinya mendapatkan kesempatan yang tidak semua mahasiswa baru mendapatkan pameran di tahun pertama dia masuk kampus.
"Aku suka lukisan kamu Miss Al Jordan. Kita bawa ke ruang dosen dan biar para dosen menilai ... Aku yakin mereka pun akan setuju dengan pendapat aku..." senyum Frau Straddle.
***
Alaska berjalan dengan langkah riang karena semua dosen tadi menyetujui bahwa lukisan karyanya akan masuk ke dalam daftar pameran yang dipamerkan pada bulan Desember. Wajah gadis itu tampak senang karena hasil karyanya sangat dihargai dan membuat dirinya semakin percaya diri.
Alaska berjalan keluar kampusnya lalu menuju cafe yang ada di dekat situ untuk makan menjelang sore. Gadis itu langsung memesan menu berat karena sekalian makan malam, apalagi jamnya tanggung. Tadi Alaska hanya makan siang dengan sandwich karena tanggung saat dia menyelesaikan lukisannya. Alaska memesan menu makan malam lengkap karena dirinya sangat lapar.
"Memangnya habis kamu makan segitu banyak?"
Alaska tersenyum. "Kan tahu kak Akito akan datang menyusul, jadi aku pesan banyak lah ..."
Akito Shinoda duduk di depan Alaska. Dokter muda itu memilih pindah ke Muenchen sekalian mengambil spesialis penyakit dalam demi dekat dengan Alaska. Kampusnya sendiri juga tidak terlalu jauh dari kampus Alaska.
"Ada cerita apa Ska?" tanya Akito sembari mengambil sebuah sosis bratwurst dan kentang kukus serta sepotong daging.
"Lukisan aku masuk ke dalam daftar pameran kampus besok akhir Desember..." senyum Alaska senang.
"That's awesome !" puji Akito. "Kamu memang punya bakat yang orang lain tidak punya, jiwa seni ..."
"Nyunyun punya ..."
"Nyun itu jiwa seninya adalah bikin darting orang banyak. Itu art Terkacau yang membuat sebal ..." sungut Akito membuat Alaska tertawa.
"Tapi dia senang di Swiss karena suka dengan kampusnya serta perkuliahannya... Sepertinya..."
Akito mengerenyitkan dahinya. "Sepertinya?"
"Nyunyun kesal karena harus membuat perhitungan jembatan ... Padahal kan teknik sipil memang begitu isinya..." senyum Alaska.
"Bukannya dia suka hitung-hitungan yaaa..." gumam Akito.
"Entahlah... Kan tahu sendiri bagaimana Nyunyun punya otak out of the Nurlela..." kekeh Alaska.
***
Amsterdam, Belanda
Aspen memegang lututnya usai melakukan jogging di taman kota Amsterdam. Hari ini dirinya tidak ada kuliah karena Belanda ada libur nasional hingga membuat remaja tampan itu untuk berolahraga. Aspen memilih kuliah di University of Amsterdam.
Aspen memilih beristirahat di kursi taman sambil minum air mineral dari Tumbler nya. Mata coklatnya melihat sekelilingnya dan mengenakan headphone nya dan menikmati udara musim panas.
Aspen Al Jordan
Aspen membuka ponselnya untuk membaca chat saudara sepupunya yang membicarakan rencana acara pernikahan Galena dan Alex Darling yang akan dilaksanakan bulan Oktober di London.
"Another wedding lagi ... " senyum Aspen. Memang jarak usianya dengan para sepupunya agak jauh karena dia dan Alaska seumuran dengan Raihanun.
"Aspen?"
Aspen mendongak dan melihat mata biru dengan bintik-bintik yang bisa menjadi ungu tergantung sinar yang menerpanya. "Mahira? Ngapain kamu disini?" Aspen melepaskan headphonenya.
"Jogging tapi dengan pengawalan..." senyum Mahira yang mengenakan jaket dan legging merk Adidas hingga sepatunya. "Tuh, ada dua disana.."
Aspen melihat dua orang pria mengenakan pakaian olahraga sambil bermain ponsel tapi tetap terlihat jika mereka adalah bodyguard. "Kamu tidak jogging di istana?"
"Bosan. Makanya kemari. Eh, ke istana yuk mumpung kita ketemu disini..." ajak Mahira.
"Ngapain? Seriously Mahira, lihat baju aku .. Jauh dari rapi..."
"Pas kok ! Kan kita mau adu anggar? Gimana?" ajak Mahira.
"Hah?"
"Kamu ke sini naik apa?" tanya Mahira.
"Naik sepeda..."
"Tinggal aja. Sudah kamu gembok kan?"
Aspen mengangguk. Di Amsterdam yang sering dicuri justru sepeda, bukan motor bukan mobil. Apalagi sepeda dengan brand-brand tertentu yang menjadi incaran maling. Makanya Aspen memilih sepeda biasa karena dia sudah kehilangan sepeda mahalnya saat awal kuliah.
"Ayo, Spen !" Mahira menarik tangan Aspen yang hanya pasrah mengikuti salah satu putri kerajaan Belanda itu.
Introducing Mahira van Bummel
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
amilia amel
cantik banget pawangnya spen... nggak kalah sama sepupunya, violet yg sdh jadi pawangnya "asya pikil pikil dulu"
jo chen... kamu harus punya stok kesabaran yg lebih luas dr samudera, lebih tinggi dr langit
makin deket aja nih ska sama akihito😍😍
2024-01-25
3
wonder mom
mata mahira kiyut bgt
2024-01-23
2
Noey Aprilia
Kl ngmong sm nyunyun tuh mst bnyak stok sbar,udh ga nymbung trs ngeyel lg....
haiissshhh...puyeng....
Eehhh....mahira bkln jd pwangnya spen y???
2024-01-23
2