Alaska menunggu di depan ruang kepala sekolah bersama dengan Aspen dan Raihanun. Gadis itu masih mengompres wajahnya dengan kompres sambil diberikan potongan coklat oleh Raihanun.
"Mas Arsya datang..." ucap Raihanun.
"Alamat ngamuk deh pangeran satu itu..." gumam Aspen.
"Coklatnya lagi Nyun..." pinta Alaska yang sudah menemukan cooling down dengan coklat.
Raihanun memberikan potongan coklat lagi ke dalam mulut Alaska. Kedua saudara Alaska memang sengaja menemani gadis itu supaya tidak gegeran lagi. Apalagi Arsya turun tangan, berarti Alaska sudah parah dan keterlaluan membuat pangeran Belgia itu datang.
"Kira-kira si Kepsek minus jiwa seni, kena mental nggak ya ?" gumam Raihanun. "Secara, cuma kita-kita doang yang masih rada berani sama mas Arsya."
"Jangan salah, ada satu orang yang paling ditakutin pangeran satu itu..." ucap Aspen.
"Tante Zee !" seru ketiganya berbarengan.
"Ya salam, bawa Tante Zee kesini..." sahut Raihanun.
"Nyun... Aaakk ..." pinta Alaska sambil membuka mulutnya. "Ini kenapa aku jadi nyuapi coklat ke elu sih !" gerutu Raihanun meskipun tetap memberikan coklat pada sepupunya.
"Tanganku kan lagi buat kompres..." senyum Alaska manis. Raihanun menggelengkan kepalanya melihat wajah bengap Alska. "Kira-kira si Dessy diapain ya ?"
"Cewek sok kecakepan gitu ngajak Gelut kamu, Ska... Mental..." kekeh Aspen.
Ketiganya pun terdiam lagi dan merasa Arsyanendra dan Alano sudah terlalu lama di ruang kepala sekolah. Mereka bertiga tidak membayangkan bagaimana murkanya putra mahkota Belgia itu saat tahu adiknya difitnah.
***
Ruang Kepala Sekolah
"Bagaimana tuan kepala sekolah? Kalian minta sumbangan berapa?" Arsyanendra memberikan kode ke Greg, asisten ayahnya untuk mengeluarkan iPad untuk mentransfer ke sekolah trio huru hara.
Pria seusia ayahnya itu menatap dingin ke kepala sekolah. "Anda minta berapa? 1 juta franc ? 2 juta franc ? Berapa ?"
Kepala sekolah itu hanya diam.
"Berapa sumbangan ayah Dessy ? Akan saya bayar dua kali lipat !" ucap Arsyanendra dengan tatapan dingin dari mata birunya.
"Your Highness, bagaimana jika kita selesaikan dengan damai..." ucap kepala sekolah itu dengan nada tidak enak.
"Paman Greg, transfer 2 juta franc sekalian ! Anggap saja lu jual gue beli !" perintah Arsya.
Greg tersenyum smirk. Benar-benar anaknya Your Highness Sean dan Queen Zinnia.
"Saya tidak mau ada keributan lagi ! Alaska tidak mungkin maju kalau tidak ada yang menyenggolnya !" ucap Arsyanendra. "Jika ada kejadian lagi ... Berarti moral pendidikan yang diajarkan disini, bullsh1t ! Anak orang kaya kelakuan minus bahkan kalah dari kaum jelata !"
***
Ketiga orang itu mendongak saat melihat pintu ruang kepala sekolah terbuka dan Arsyanendra keluar bersama dengan Greg dan Alano. Pangeran tampan itu memberikan kode kepada ketiga adiknya untuk ikut dengannya.
"Kalian ke Brussels ! Ujian dimulai dua Minggu lagi kan? Daripada kalian disini, ikut Mas Arsya ke Brussels, sekolah online selama dua Minggu ini !" perintah Arsyanendra dengan nada yang tidak mau dibantah.
"Baik mas..." jawab ketiganya yang langsung menuju kamar asramanya untuk membereskan semua barang-barangnya guna menginap di Brussels.
"Mas tunggu di gazebo taman dekat parkiran !" ucap Arsyanendra.
"Oke mas !" teriak ketiganya.
***
"Mas, bagaimana dengan Dessy ?" tanya Alano saat mereka berada di dalam gazebo sambil menunggu ketiga adiknya selesai packing. Para pengawal kerajaan pun tampak berjaga-jaga di sekitar gazebo itu sementara Greg mengurus semua administrasi ketiga anak tukang Gelut itu.
"Dia sudah kena jotos Ska?" Arsyanendra menoleh ke arah Alano.
"Kabarnya sampai harus operasi hidung ... Alaska benar-benar brutal menghajarnya.." kekeh Alano.
"Itu ganjarannya. Sudah tahu Ska jago gelut malah ditantang..." kekeh Arsyanendra. "Dia jauh lebih parah jadi biarkan saja. Kalau begini, akan berpikir ulang kalau mau melawan Ska."
Alano menggelengkan kepalanya. "Rasa frustasinya Ska dilampiaskan secara over banget ..."
Arsyanendra mengangguk. "Dibandingkan Spen, Ska jauh lebih sensitif anaknya. Dia selalu merasa insecure karena ditolak keluarganya ... Ibunya meninggal, ayahnya tidak mengakui begitu juga opa dan Oma nya dari pihak ibunya ... Heran aku. Kok bisa keturunan Opa Yuki seperti itu !"
Alano menghela nafas. "Beda sistem edukasi, mas ..."
"Hei, aku sampai usia tiga tahun baru ketemu Daddy ..." ucap Arsyanendra. ( Baca The Prince and I ).
"Mas, bedanya kamu itu tidak kekurangan kasih sayang. Siapa role model kamu? Para Oom Trio Kampret !" celetuk Alano membuat Arsyanendra terbahak.
"Sampai mereka ada juklak cara mendidik aku yang baik dan benar terus diwariskan ke Avaro dan Alisha, membuat Daddy pusing ... " kekeh Arsyanendra mengingat masa kecilnya yang aduhai Rusuhnya.
"Ska dan Spen tidak mas ... Apalagi mendengar bagaimana mereka tidak dianggap oleh keluarga sana ..." jawab Alano.
Arsyanendra mengangguk. "Kamu lihat lukisan Ska ? Sangat jauh berbeda dari sebelumnya... Jika kita melihat hasil karyanya penuh kemarahan tapi tadi aku lihat transisi dari kemarahan menjadi kelembutan... "
"Dia sudah menerima keadaan?" Alano tidak heran jika Arsyanendra bisa melihat itu karena pangeran Belgia satu ini dikenal sebagai pengamat seni, seperti halnya sang mommy Zinnia.
"Liburan ke Tokyo kemarin membuatnya lebih relaks kata Yukihiro. Dia ikut yoga dan meditasi..."
"Syukurlah... "
Tak lama Greg datang bersama tiga orang yang menggeret koper masing-masing.
"Sudah siap !" seru Raihanun ke Arsyanendra dan Alano.
"Yuk ke Brussels."
***
Brussels Belgia
Zinnia adalah orang yang paling panik melihat wajah bengap Alaska hingga memanggil dokter istana untuk memeriksa kondisi keponakannya. Sementara Avaro hanya tertawa kecil sambil menggoda Alaska yang cemberut.
"Kamu tuh ... Jangan terlalu brutal ..." goda Avaro.
"Aku kan tidak terima dibilang plagiat ! Yang benar saja mas. Beda jauh lho lukisan aku sama dia, hanya karena dia merasa aku melukis mirip punya dia... Padahal dari komposisi warna dan tema berbeda ..." omel Alaska. "Aduh sakit ..."
"Maaf Miss Al Jordan..." senyum dokter istana yang sedang mengobati Alaska.
"Lalu ? Apa yang dilakukan mas Arsya?" tanya Avaro.
"Mana aku tahu mas ... Mukanya aja dah macam pengen nendang kepala sekolah sampai planet Pluto... Eh, sudah tidak jadi planet ya .. " jawab Alaska.
"Dokter Imelda, wajah keponakan aku tidak apa-apa kan?" tanya Zinnia khawatir jika Alaska harus menjalani operasi plastik.
"Tidak apa-apa, my Queen. Hanya memar saja kok, semingguan pasti hilang."
***
Ruang Kerja Sean Léopold
"Jadi kamu bayar segitu ?" tanya Sean ke putra sulungnya.
"Yes Dad. Tenang dari uang tabungan aku, tidak mengganggu keuangan negara kok" cengir Arsya.
"Tidak pakai acara Arsya pikir-pikir dulu?" goda Sean.
"Nope ! Arsya kesal jadi langsung hajar saja ..." balas Arsya membuat Sean terbahak.
"Daddy ingat bagaimana kamu masih kecil tapi sekarang sudah dewasa dan sudah punya anak... Haaaahhh, Daddy kangen kamu masih kecil..." keluh Sean membuat Arsyanendra menggelengkan kepalanya.
"Mulai deh dramanya ..."
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Ninik Rochaini
lha emang...mas Arsyad kecil ny lucu dan menggemaskan...jd daddy ny kangen deh...
2024-10-10
1
yuliati sumantri
the real sultan gak kaleng2 emang gitu, gak perlu mikir uang di dompet/buku tabungan, langsung sett.....selesai...beres.
2024-01-10
2
wonder mom
keren keputusan Arsya. Alaska jg keyen. g gampang jd ska. rasa insecure nya dominan
2024-01-10
2