Di dalam hati Laura merasa sangat khawatir. ia tidak ingin Steven sampai terluka akan tetapi dia malu untuk menyampaikannya.
"kamu tenang saja" jawab Steven tersenyum.
"nampaknya kamu cukup punya kemampuan" ucap Alena yang sembari tadi hanya diam.
Steven tidak menjawab dan hanya tersenyum Dalam hatinya "kemampuan jangan bicarakan soal kemampuan kepadaku" pikirnya.
beberapa saat kemudian waktu istirahat telah selesai dan pelajaran telah di lanjutkan lagi. Toni yang telah pergi dengan membawa tasnya tidak datang lagi ke kelas itu.
Beberapa waktu kemudian jam pelajaran pun telah usai tiba waktu untuk pulang.
Steven mulai keluar kelas bersama Laura dan Alena mereka asik mengobrol sambil berjalan menuju ke parkiran.
Sampai di parkiran segera Laura dan Alena naik ke dalam mobil dan berpamitan kepada Steven. Dan tinggallah Steven yang menaiki sepeda motor listriknya berjalan dan pergi meninggalkan kampus nya.
Begitu Steven yang mengendarai sepeda motor keluar dari kampus ia mulai di ikuti oleh sebuah mobil berwarna merah.
"itu orangnya segera ikuti dia" ucap Toni di dalam mobil. Ternyata Toni berniat untuk membalas dendam kepada Steven atas kejadian di kelas tadi.Toni tidak terima karena telah di permalukan. Dan juga Toni berencana untuk memberi pelajaran kepada Steven agar dia tidak lagi mendekati Laura.
Toni telah menyewa tiga orang gangster yang kejam. Di mana gangster itu berwajah bringas berotot dan juga berbadan besar. Toni yakin kali ini dia bisa mengajar Steven hingga babak belur.
Tibalah di suatu jalan yang sepi mobil merah itu langsung menyalip dan berhenti mendadak di depan Steven. Steven pun langsung berhenti dan segera turun dari atas motornya.
Keluarlah empat orang dari dalam mobil itu tiga di antaranya berbadan besar serta memiliki banyak tato di leher dan lengannya. sementara satu orang lagi Steven langsung mengenalinya yaitu Toni.
"bajingan tadi pagi kamu telah membuat ku di permalukan di depan semua orang" ucap Toni yang berada di belakang ke tiga gangster itu. Itu kali pertamanya bagi Toni di permalukan. Toni merupakan putra dari keluarga Kusuma di mana keluarga merupakan salah satu keluarga berkuasa di kota amster ini.
"rupanya kamu sangat dendam kepadaku tampak nya aku harus menghajar mu agar kamu kapok" ucap Steven yang tampaknya harus menghajar Toni agar dia tidak mengganggu nya lagi.
"kurang ajar kamu, kalian cepat hajar dia dan patahkan kakinya soal bayaran kalian tenang saja 100 juta untuk satu orang" teriak Toni kepada ketiga gangster itu seraya memberikan perintah.
Gangster itu puas mendengar bayaran mereka segera ketiga gangster itu langsung berjalan mendekati Steven sambil membawa pipa baja di tangannya.
"hei anak muda sesuai dengan perintah tuan Toni kami akan mentahkan kakimu jadi bersiaplah menjadi cacat" ujar gangster itu.
Segera mereka bertiga langsung mengayunkan pipa baja itu ke arah Steven secara bersamaan. Akan tetapi Steven menghindarinya dengan sangat mudah dan santai.
"tang tang tang" bunyi pipa baja itu menghantam aspal dengan keras di ikuti percikan api.
"sialan di cepat sekali bagaimana mungkin dia menghindari serangan kita barusan dengan mudah" ucap gangster dalam diam.
"kalian cepat hajar dia jangan malah diam kalo berhasil aku akan membayar kalian dua kali lipat" teriak Toni yang sudah tidak sabar melihat gangster itu menghajar Steven dan melihatnya cacat.
Mendengar ucapan Toni yang akan membayar mereka dua kali lipat membuat gangster itu semakin bersemangat. Bisa di bayangkan satu orang mendapatkan 200 juta tentu itu sangat menguntungkan hanya untuk menghajar mematahkan kakinya.
Segera mereka mengangkat kembali pipa bajanya dan langsung menyerang Steven. kali ini mereka tidak menyerang secara bersamaan. Satu orang menyerang terlebih dahulu dan bila Steven mampu menghindarinya lagi dua orang sisanya akan langsung menyerangnya secara mendadak dari balik punggung orang yang pertama. dengan taktik ini sudah pasti akan berhasil mengenainya pikir mereka.
satu orang gangster menyerang terlebih dahulu "mati kau" ucapnya sambil mengayunkan pipa bajanya.
Sebelum pipa baja itu mengenai Steven. Steven telah menangkap pipa baja itu dan merebutnya.Setelah merebut pipa itu Steven menendang ke arah kaki gangster itu.
"buk krak" suara tendangan Steven di ikuti suara tulang kaki yang patah gangster itu melolong kesakitan tak mampu berdiri dan jatuh memegangi kakinya. Sakit di kakinya segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Gangster itu berusaha menahan sakit dan mengesot ketakutan menjauhi Steven.
Kedua gangster sisanya mulai merasa ngeri terhadap Steven setelah melihatnya mematahkan kaki rekannya. rencana serangan dadakan mereka buyar seketika melihat Steven yang ternyata mulai menyerang baik.
Segera Steven mematahkan pipa baja yang di pegangnya menjadi dua bagian.
"apa kah ini mimpi pria itu mematahkan pipa baja yang begitu keras dengan tangan kosong" ujar gangster yang satu.
"gila apakah dia masih manusia " ucap gangster lainnya.
Kali ini kedua gangster itu mulai gugup ketakutan tidak terkecuali Toni yang mulai khawatir melihat kekuatan Steven. Toni tidak bisa membayangkan jika kedua gangster yang tersisa juga di kalahkan oleh Steven maka dia bisa saja mati pikirnya.
setelah pipa baja itu menjadi dua bagian Steven langsung melemparkannya ke arah dua gangster yang tersisa.
"syus" suara pipa itu melesat kencang menggores pipi kedua gangster tersebut dan menancap dalam pada sebuah dinding.Darah segar mengalir dari pipi mereka.
Steven tidak berniat membunuh mereka sehingga lemparan nya meleset dan hanya menggores pipi mereka. Jika Steven ingin membunuhnya sudah jelas lemparan itu akan langsung menembus kepalanya dengan tepat.
Gangster itu mulai berekspresi setelah mereka melihat darah mengalir di pipinya. Sebelumnya mereka melihat Steven mematahkan pipa lalu melemparnya ke arah mereka.
kedua gangster itu memalingkan wajah mereka melihat ke arah pipa besi itu. Dilihatnya pipa besi itu menancap sangat dalam pada sebuah tembok. Mereka tidak bisa membayangkan bila pipa itu tertancap di kepala mereka tentu mereka akan tewas seketika.
Memikirkan hal itu segera mereka di rasuki rasa ketakutan yang luar biasa kaki mereka bergetar hebat. dengan segera mereka menjatuhkan pipa besi di tangannya dan melarikan diri. Mereka tidak lagi memikirkan bayaran yang besar karena nyawa jauh lebih penting. Sementara gangster yang patah kakinya sudah tak sadarkan diri karena tidak mampu menahan rasa sakitnya.
Toni segera merasakan firasat yang buruk tubuhnya terasa dingin.
"kalian mau kemana" teriak Toni memanggil kedua gangster itu. Akan tetapi gangster itu terus berlari dengan cepat tanpa memperdulikannya.
Steven mulai berjalan perlahan lahan menuju ke arah Toni.
"hei apa yang mau kamu lakukan" teriak Toni yang gemetar melihat Steven mulai mendekati nya dia berfikir bahwa Steven akan membunuhnya.
Melihat Steven yang semakin dekat dengannya Toni berkata "aku dari keluarga Kusuma jika kamu membunuhku keluarga Kusuma tidak akan melepaskan mu".
Steven terus berjalan dengan ekspresi yang membuat Toni semakin ketakutan.
"aku mohon jangan membunuhku" ucap Toni memohon kepada Steven inilah cara terakhirnya agar dia masih bisa hidup pikirnya.
"Tenang saja aku tidak akan membunuhmu" jawab Steven sambil tersenyum.
Mendengar Steven tidak akan membunuhnya Toni merasa sedikit lega. Jika dia bisa selamat masih banyak cara untuk membalas kan dendam kepada Steven.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments