Hari demi hari serta waktu berganti waktu demikian telah berlalu dengan sangat cepat, tahun berganti tahun bayi itu yang dulu masih sangat kecil kini juga sudah tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang sehat. setiap hari setelah pulang sekolah anak laki-laki itu langsung melakukan banyak latihan keras di bawah bimbingan kakek tua. Anak laki-laki itu sangat mudah memahami dan juga meresapi apa yang di ajarkan oleh kakek tua itu. Bakat alami nya sudah mulai terlihat sehingga kakek tua yakin suatu hari nanti anak ini akan menjadi seorang petarung hebat bahkan mungkin bisa sampai melampauinya.
Waktu tidak terasa sembilan belas tahun juga sudah berlalu begitu cepat anak lelaki itu kini juga sudah menjadi pria dewasa dengan tubuh tinggi tegap berotot dan juga tampan. anak laki laki itu telah mempunyai nama yaitu Steven wibawa. Nama itu di berikan oleh kakek tua dan tidak lupa kakek tua memberikan marga wibawa di belakangnya.
"pak tua sialan aku tidak mau tinggal bersama terus aku sudah lelah tiap hari di siksa olehmu" ucap Steven kepada kakek tua itu sambil berlari menggendong ranselnya. Steven memanggilnya dengan sebutan pak tua.
"swus" suara tongkat kayu membelah udara dengan Kilauan cahaya dan desisan angin yang langsung mengarah ke arah belakang tubuh Steven Dengan kecepatan tinggi. Jelas sekali Dengan jurus ini bila mengenai seseorang kemungkinan akan langsung tewas di tempat Dengan banyak bagian tubuh yang hancur. Dengan sigap dan cepat Steven memblokirnya dengan ke dua tangan "drak" menghasilkan bunyi cukup keras sehingga tongkat itu berubah arah dan menghantam sebuah batu berukuran besar yang mengakibatkan sebuah ledakan "boom" dengan banyak batu hancur beterbangan.
"sialan pak tua hampir saja, untung aku berhasil menangkisnya jika tidak mungkin akan ada banyak tulangku yang patah" guman Steven. Untung saja Steven sudah menjadi petarung yang kuat andai saja jika yang manjadi target tongkat itu adalah seorang petarung di bawah tingkat master tentu saja mana mampu untuk memblokir nya dan sudah pasti tubuhnya akan hancur.
Benar saja jika Steven tidak memblokirnya dan tongkat itu mengenai sudah jelas Steven akan mengalami cidera yang patah dan akan lama berbaring di ranjang.
"sialan keras sekali serangan pak tua ini apa dia hendak membunuh muridnya" Steven merasakan tangannya yang bergetar sangat hebat setelah memblokir serangan tersebut.
"baiklah kalo begitu sebaiknya aku harus pergi dengan cepat sebelum ada serangan berikutnya" Steven segera berlari dengan sangat cepat sambil menggendong sebuah tas ransel besar yang berisi pakaian. Sangking cepatnya Steven berlari bahkan hampir tidak dapat di lihat oleh mata.
sebelumnya semalam Steven telah bercerita ke pada kakek bahwa ia sangat untuk ingin pergi ke kota untuk masuk ke perguruan tinggi menuntut ilmu layaknya orang seumuran nya. Sebenarnya itu Hanya alasannya Steven saja agar dia bisa pergi dan melihat dunia. Setelah selama ini belasan tahun Steven tinggal di sebuah desa terpencil yang bahkan Sangat susah untuk melihat gadis gadis cantik. Selama ini Steven merasa bosan setelah pulang sekolah hanya berlatih dan berlatih bahkan ia tidak bisa menghitung dalam sehari berapa kali bokongnya terus terusan di pukul tongkat oleh pak tua karena main main saat latihan atau kadang dia melakukan sedikit kesalahan.
Di pintu rumah gubuk tua itu kakek tua melihat ke arah Steven yang sedang berlari" semua nya sudah ku ajarkan kepadamu selanjutnya tergantung dirimu untuk bisa berkembang atau tidaknya dan sampai saat nya nanti kamu kamu tau tentang asal usulmu dari mana kamu berasal dan siapa keluarga mu" ujar kakek tua melihat ke arah Steven dengan sedikit kesedihan di matanya melihat Steven yang semakin menjauh.
Ada sedikit rasa kehilangan dari kakek tua setelah sekian lama dia hdup berdua bersama Steven "aku harap kau bisa menjaga dirimu baik-baik" ujar kakek tua itu sembari masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.
Steven yang terus berlari entah sudah berapa lama hingga dia telah sampai di sebuah pinggiran kota di mana terdapat sebuah pelang nama di depannya bertuliskan selamat datang di kota amster.
Kota amster merupakan salah satu kota terbesar dan termegah yang terletak di negara B dengan di huni banyak kalangan bisnis, serta juga merupakan surganya para gadis gadis cantik, dan juga tentunya di setiap kota juga terdapat mafia bawah tanah.
Steven mulai berjalan memasuki kota amster betapa kagumnya dia melihat banyak gedung gedung tinggi dan megah berjajar ada di mana mana, serta di sepanjang jalan ada begitu banyak wanita cantik yang sembari tadi lalu lalang.
Steven merasa sedikit menyesal mengapa dia tidak lebih awal kabur dari kakek tua itu. Tidak heran Steven bertingkah seperti itu karena selama ini dia di besarkan di sebuah desa terpencil yang terletak di kaki gunung sehingga Steven tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.
Tak beberapa lama kemudian Steven sudah mulai menyusuri jalanan dia melihat sebuah mobil berwarna hitam yang secara tiba-tiba berhenti mendadak tidak jauh dari tempatnya.
"chitt" suara rem mobil itu yang seketika berhenti mendadak juga meninggalkan bekas gesekan ban yang cukup panjang di jalan raya.
Keluarlah seseorang dari pintu di ikuti dua orang lainnya dari pintu depan belakang. Orang pertama yang keluar langsung berlutut seraya memuntahkan seteguk darah segar.
"tuan Jack apa yang terjadi kepada anda" tanya anak buahnya sambil merasa takut melihat bosnya memuntahkan seteguk darah segar.
"uwek" kembali lagi di muntahkan seteguk darah segar.
"gawat bila terus seperti ini tuan Jack bisa tewas" ujar salah seorang dari kedua anak buah tersebut.
"bagaimana jika kita segera membawanya ke pergi ke rumah sakit" ujar lainnya.
"aku rasa sebelum tuan jack sampai ke rumah sakit tuan Jack pasti sudah tewas".
"sial apa yang harus kita lakukan".
"aaaaaa" teriak Jack meraung kesakitan seraya memegangi dadanya yang di rasanya akan meledak. Dia merasakan sakit yang luar biasa serta keringat dingin bercucuran di dahi sampai akhirnya dia terbaring dan tak sadarkan diri.
Kedua orang itu semakin ketakutan melihat tuannya yang sekarat hingga tidak sadarkan diri.
"siapa saja tolong selamatkan tuan Jack" teriak salah seorang nya.
Keributan itu membuat banyak orang semakin berdatangan mengelilingi mereka. Melihat orang yang terbaring sekarat ini adalah sosok yang tidak asing. Betapa terkejutnya semua orang bahwa orang yang sedang terluka itu adalah Jack. Jack cukup terkenal di kota amster di mana Jak merupakan salah satu dari tiga kelompok mafia bawah tanah kota amster.
Jack di kenal manusia berdarah dingin Dengan tubuh besar berotot serta ada bekas sayatan di pipinya yang membuatnya semakin garang menakutkan. Jack beranggotakan ratusan anak buahnya yang selalu setia mengikuti. Sangat sedikit orang yang berani berurusan dengan para mafia.
Bantu author untuk semangat menulis dengan memberikan like terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Hary
murid G sopan...!!!
2024-04-22
1
Fatkhur Kevin
jalan awal
2024-03-30
1
🧭 Wong Deso
masih perlu waktu
2024-01-30
0