Beberapa hari telah berlalu kakek tua yang sedang menggendong bayi itu merasakan adanya aura dari beberapa petarung di sekitar sungai yang berjarak beberapa kilo meter dari rumahnya.
Kakek tua itu menyadari pasti ada kehadiran mereka ada hubungannya dengan bayi ini, dengan segera kakek tua meletakkan bayi itu yang sedang tidur pulas itu ke atas sebuah ranjang.
Seperti kecepatan kilat kakek bergerak dan sudah sampai di pinggir sungai padahal jarak antara rumahnya dan sungai berjarak beberapa kilo meter. Kakek tua telah tiba di sana tanpa ada yang menyadarinya. Kakek melihat Leo dan yang lainnya sedang sibuk mencari sesuatu.
Setelah beberapa saat barulah kakek tua berkata "hei anak muda apakah gerangan yang sedang kalian cari" ucap Kakek tua sambil menarik narik janggutnya.
Sontak mereka terkejut dan segera menoleh ke sumber suara. "Sejak kapan di sana ada seorang kakek tua" ujar mereka di dalam hati.
Setelah beberapa saat "hei orang tua itu bukan urusanmu" ujar salah seorang dari mereka.
"apakah kalian mencari seorang bayi di sungai ini" ucap Kakek tua.
Mereka yang mendengar perkataan kakek tua itupun sontak mengarahkan pandangan ke kakek tua itu. "bagaimana orang tua ini bisa tau atau mungkin dia telah menemukannya" pikir mereka.
Leo yang mendengarnya langsung berkata "hai orang tua apakah beberapa hari lalu di sungai ini kamu ada melihat ada bayi yang hanyut di sungai ini".
"haha ternyata benar kalian mencari bayi" jawab kakek tua itu. Ternyata benar orang ini pasti ada hubungannya dengan bayi itu pikirnya.
"hei pak tua segera beri tahu kami di mana bayi itu atau kami akan memukulimu hingga mati" ujar salah seorang.
"cepat beritahu kami sudah mencarinya cukup lama" ujar yang lainnya.
"Haha" kakek tua tertawa semakin keras sudah lama sekali belum ada yang berani berkata seperti itu kepadanya pikirnya.
Mereka yang mendengar tawa kakek tua itu semakin keras merasa murka dengan segera seseorang dari mereka bergerak menuju mendekati kekek tua dengan tinju mengarah langsung ke arah kakek tua.
Belum sempat tinju itu mengenai kakek tua sebuah kilau cahaya begitu cepat melintas di iringi dengan percikan darah berwarna merah. Seketika itu tubuh orang yang hendak meninju kakek tua terbelah menjadi dua bagian kanan dan kiri dan jatuh ke sungai. Kakek tua tetap berdiri terlihat sangat santai dan mengelus elus janggutnya seakan akan dia tidak melakukan sesuatu padahal Kilauan cahaya itu bersumber dari gerakan super cepat tangannya.
warna merah darah menghiasi sungai itu. Leo dan yang lainnya terkejut melihat kejadian barusan bahkan sampai ada yang menggosok gosok matanya, kejadian itu begitu sangat cepat bahkan kejadian itu nyaris tidak dapat di lihat mata.
Leo tercengang melihat kejadian yang baru saja. Beberapa saat kemudian Leo tersadar dan berkata "hai pak tua apakah kamu seorang petarung" tanya Leo kepada kakek tua itu.
kakek tua hanya santai sambil mengelus janggutnya baginya mereka hanya seonggok sampah yang bahkan sangat tidak berhak mengetahui siapa dirinya.
Melihat Kakek tua hanya diam saja Leo segera memerintahkan yang lainnya untuk menyerangnya.
"kalian semua maju serang orang tua itu bersama sama dengan kekuatan penuh" teriak Leo memberikan perintah. Leo agak heran jika pak tua itu adalah seorang petarung tentu dia bisa merasakan auranya dan juga bisa memprediksi Sampai di tingkat apa kemampuannya.
Wajar saja Leo tidak dapat merasakan aura petarung kakek tua Karna perbedaan kekuatan di antara mereka terlampau Sangat jauh. Mudah saja bagi kakek tua untuk menyembunyikan kekuatan nya dan menyamar sebagai orang biasa, karena sebagai petarung di tingkat grand master itu adalah sesuatu yang mudah.
Segera belasan orang dari sisi Leo berlari maju sambil mencabut pedangnya dan langsung mengayunkan pedang itu ke arah kakek tua bersama sama.
Sebelum pedang itu sampai dan menebas kakek tua terlihat Kilauan dan kilatan cahaya berterbangan kemana mana ke segala arah dan di iringi oleh banyak tubuh yang beterbangan. Seketika sungai di banjari oleh banyak darah dan mayat yang berserakan dari para anggota leo. Kakek tua terlihat tampak tenang dengan tetap mengelus janggutnya yang sedikit terkena noda darah, seakan tidak terjadi sesuatu.
Di sisi lain Leo yang menyaksikan kejadian tersebut segera kakinya bergetar hebat nafasnya terengah engah selama dia menjadi seorang petarung belum pernah dia melihat kekuatan yang ada di depannya seperti sekarang. Bahkan selama dia di keluarga wibawa belum ada kekuatan yang seperti ini. Apa lagi Leo tidak dapat merasakan aura petarung darinya membuat Leo semakin bergetar.
"apakah anda pak tua petarung di tingkat master" tanya Leo dengan terbata bata berusaha untuk menenangkan diri.
Pak tua hanya tersenyum "hah master itu sudah ku capai di usiaku tiga puluh tahun bahkan tingkat master Akhir sudah kulewati di usia empat puluh tahun bahkan aku sekarang adalah seorang grand master" pikirnya dalam hati.
Melihat pak tua yang hanya tersenyum Leo semakin gemetar ketakutan mau lari pun tidak mungkin kakinya merasa lemas. Leo sadar bahwa ini adalah ajalnya.
Segera Leo mengumpulkan kekuatan semua kekuatan petarungnya dan bersiap menghadapi kakek tua itu.
Leo mencabut tombak dari belakang pundaknya memusatkan seluruh kekuatan di tangannya. Segera tombak baja itu di lemparkan ke arah kakek tua dengan kekuatan dan kecepatan tinggi.
"syuss" suara tombak melesat di iringi hembusan angin mengarah tepat ke arah dada kakek tua itu. Belum sempat tombak itu mengenai kakek tua sekitar satu meter dari tubuh kakek tua tombak baja itu hancur menjadi debu terhalang kekuatan aura seorang grand master yang tersembunyi.
Leo tercengang bagaimana mungkin tombak baja yang begitu keras itu hancur lebur bahkan mataku tidak sempat melihatnya bergerak. Leo seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Pada dasarnya kakek tua memang tidak bergerak sama sekali aura dari seorang petarung grand master lah yang menghancurkan tombak itu. Akan tetapi Leo sama sekali tidak dapat merasakan aura itu.
Seketika Kilauan cahaya mengarah ke arah Leo melintasi tubuhnya. Pandangan mata Leo terasa berat perlahan lahan melihat dunia seakan akan menjadi miring dan akhirnya jatuh ke air.
Terlihat di sana setelah Kilauan cahaya itu telah memenggal kepala Leo mengakibatkan kepala jatuh ke air di ikuti dengan tubuhnya yang juga ikut tumbang.
akhirnya Leo tewas dengan kepala yang terpenggal. Air sungai yang jernih di hiasi oleh banyak darah dan tubuh para mayat.
Segera dengan kekuatannya pak tua itu membersihkan kan para mayat dari sungai dengan cepat, sehingga sungai yang tadi tercemar oleh darah itu kembali bersih seperti semula. Seusai itu kakek tua segera kembali ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments