Sosok Misterius dan Kejadian di Rumah Sakit
Ryan tidak menyangka sosok misterius itu kembali menampakkan diri, kali ini di saat yang sangat tidak tepat—ketika ia sedang bersama Putri.
"Apa yang harus kulakukan?" pikirnya.
Sosok itu tidak menyerang, melainkan berlari seakan ingin mengajak Ryan ke suatu tempat.
"Apa dia ingin aku mengikutinya lagi?"
Ryan menoleh ke arah Putri.
"Putri, kamu pulang duluan. Aku ada urusan sebentar," ujarnya cepat.
"Hah? Urusan apa?" tanya Putri, bingung.
Namun, Ryan sudah lebih dulu berlari mengejar sosok misterius itu.
"Tunggu!" teriaknya.
Putri yang penasaran dengan tingkah Ryan pun memutuskan untuk membuntutinya.
Ryan terus mengejar sosok misterius itu hingga masuk ke gang-gang sempit. Saat berbelok, ia hampir saja menabrak seorang pria tua yang sedang memindahkan barang.
"Awas, Om!" serunya.
Pria tua itu hanya terdiam, terkejut melihat Ryan yang tiba-tiba muncul. Ryan melompat melewati tumpukan barang dengan cekatan.
"Maaf, Paman!" katanya sambil terus berlari.
"Dasar bocah tengil!" omel pria tua itu.
Ryan hanya tersenyum sekilas, lalu kembali fokus mengejar sosok misterius tersebut.
"Sial, dia membawaku ke tempat itu lagi."
Sementara itu, Putri yang terus mengikuti Ryan mulai merasa ada yang aneh.
"Apa yang sebenarnya Ryan lakukan? Kenapa dia tiba-tiba lari dengan alasan ada urusan?"
Tak lama, mereka tiba di hutan tempat pertemuan sebelumnya.
"Sudah kuduga dia akan membawaku ke sini lagi," pikir Ryan.
Ia berdiri tegak, menatap sosok misterius di depannya.
"Apa sekarang kau benar-benar ingin membunuhku?" tanyanya tajam.
Sosok misterius itu menatapnya tanpa ekspresi.
"Cepat cari tahu jati dirimu," ujarnya.
"Kalau kau tahu sesuatu tentang diriku, beritahu aku sekarang!" tuntut Ryan.
"Aku tidak bisa memberitahumu."
"Kalau begitu, bagaimana aku bisa menemukan jati diriku? Aku saja tidak memahami diriku sendiri!"
Dari kejauhan, Putri yang bersembunyi di balik pohon merasa semakin bingung.
"Dengan siapa dia berbicara? Aku tidak melihat siapa pun di sana selain aku dan Ryan."
Ryan semakin frustrasi.
"Aku akan benar-benar membunuhmu jika kau hanya bermain-main!" teriaknya.
"Ooo... Kau sudah banyak bicara juga, ya?" ejekan Ryan.
Mendengar ejekan itu, membuatnya semakin emosi. Sosok misterius itu pun maju menyerangnya.
"Sini! Majulah!" tantang Ryan.
Namun, sebelum pertarungan dimulai, tubuh Ryan tiba-tiba melemah dan ia jatuh pingsan.
"Ryan!" Putri yang melihat kejadian itu langsung berlari menghampirinya.
"Ryan, sadarlah!"
Putri mengguncang tubuh Ryan, tetapi ia tetap tidak sadarkan diri. Panik, Putri segera menghubungi ambulans dan ayahnya.
Di Rumah Sakit
Seorang dokter keluar dari ruang perawatan.
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Putri dengan cemas.
"Dia baik-baik saja. Hanya mengalami stres berat dan butuh istirahat. Sebentar lagi dia akan siuman," jelas dokter itu.
Putri mengangguk lega, meski masih khawatir.
"Terima kasih, Dok," ucap ayah Putri.
Dokter itu pun pergi.
Putri lalu masuk ke ruangan Ryan dan duduk di samping tempat tidurnya. Ia menggenggam tangan Ryan dengan lembut.
"Jika kamu ada masalah... Tolong beritahu aku juga. Aku ingin membantumu."
Ryan terjebak dalam kegelapan.
"Dimana aku?"
Tiba-tiba, ia mendengar suara lirih seseorang meminta tolong.
"Tolong... Tolong aku, Nak..."
Ryan mencari sumber suara itu, menoleh ke sana kemari.
"Siapa di sana?" serunya.
Dari bayangan gelap, sosok misterius itu muncul. Kali ini, ia tidak sendiri. Di belakangnya, Ryan melihat kakaknya, Galang, dan ibunya dalam keadaan terikat.
"Ibu! Kakak!" teriak Ryan, terkejut.
"Cepat cari tahu jati dirimu, atau mereka akan kubunuh," ujar sosok misterius itu.
"Tidak! Lepaskan mereka! Mereka tidak ada hubungannya dengan ini!"
Sosok itu tidak mengindahkan permintaan Ryan. Dalam sekejap, ia menusuk keduanya.
"Ibu!!! Kakak!!!"
Ryan melihat mereka mati di depan matanya. Dunianya seakan runtuh.
"TIDAK!!!"
Ryan terbangun dari pingsannya dengan napas memburu.
"Tidak!!!"
Teriakannya mengejutkan Putri yang tertidur di sampingnya.
"Ryan!"
Ryan langsung mencabut infusnya dan berlari keluar ruangan.
"Tunggu, Ryan!"
Putri mengejarnya, tetapi Ryan terus berlari, panik mencari jalan keluar dari rumah sakit.
"Aku harus memastikan mereka baik-baik saja!" pikirnya.
Setibanya di depan lift, Ryan menekan tombol dengan tidak sabar. Namun, lift belum juga terbuka.
Putri berhasil mengejarnya dan, tanpa berpikir panjang, ia langsung memeluk Ryan dari belakang.
"Kumohon... Jangan tiba-tiba meninggalkanku lagi," bisiknya.
Pelukan dan suara lembut Putri membuat Ryan sedikit tenang.
Ia menunduk, merasa bersalah.
"Maaf..."
Ting!
Pintu lift terbuka.
Orang-orang di dalam lift terkejut melihat mereka berpelukan.
"Astaga, dunia sudah mau kiamat," gumam seorang pria tua.
"Anak zaman sekarang memang begitu, ya?" celetuk yang lain.
"Romantis banget! Jadi pengen juga!" seru seorang pemuda jomblo.
"Woi! Nggak tahu malu banget, pelukan di tempat umum!" sindir seseorang.
Ryan dan Putri langsung tersadar, wajah mereka memerah. Ryan buru-buru menarik tangan Putri dan berlari menjauhi lift.
Di Luar Rumah Sakit
Suasana di antara mereka jadi canggung.
"Aduh, bagaimana ini? Canggung banget!" pikir Ryan.
Ia pun mempercepat langkahnya.
Putri merasa heran dengan tingkah Ryan.
"Ryan, mau ke mana?" tanyanya.
"Pulang, kan?" jawab Ryan cepat.
"Parkiran mobil ada di sana," kata Putri sambil menunjuk arah yang berlawanan.
"Hee..." Ryan mendadak malu.
"Sial, ini memalukan banget!"
Putri tertawa kecil.
"Hahaha... Maaf, maaf. Ayo kemari."
"Ah, baiklah..."
Akhirnya, mereka pun pulang bersama, mengendarai mobil milik ayah Putri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Filanina
emang dia bisa mengimbangi kecepatan larinya?
2025-02-22
1
Gagigugego
disini juga gue gak paham
2025-02-18
1
Gagigugego
disini sepertinya ada kesalahan
2025-02-18
1