Stevani tiba di tempat pertarungan, berdiri di hadapan Demi God dengan pedangnya yang bersinar di bawah cahaya redup. Di sampingnya, Ryan menghela napas dalam-dalam, mengumpulkan seluruh kekuatannya.
"Ryan, apa kau siap?" tanya Stevani, matanya tajam menatap musuh di depan mereka.
Ryan mengangguk. "Ya." Aura energi perlahan mengelilingi tubuhnya.
Stevani mencabut pedang dari punggungnya. Begitu bilah itu keluar dari sarungnya, angin mulai berputar liar di sekitar mereka, membelah udara dengan tajam.
"Ayo kita lakukan."
Demi God hanya tersenyum di balik jubahnya yang menutupi wajahnya. "Menarik," katanya dengan nada santai, seolah-olah pertarungan ini hanyalah hiburan baginya.
Tanpa membuang waktu, Stevani dan Ryan berlari ke arah yang berbeda, mencoba mengepungnya dari dua sisi. Stevani melompat tinggi, mengayunkan pedangnya dengan cepat.
"Strike Light!"
Kilatan cahaya melesat menuju Demi God. Namun, dengan satu gerakan santai, ia menangkis serangan itu seolah tidak berarti.
Dari sisi lain, Ryan sudah bersiap melancarkan serangannya. Melihat Demi God teralihkan oleh Stevani, ia mengangkat tangannya, menciptakan bola energi besar di telapak tangannya.
"Ball!"
Demi God melirik ke arahnya, masih dengan senyum misterius.
"Kuat sekali," gumamnya, terdengar lebih seperti pujian daripada ancaman.
Namun, saat bola energi itu menghantam, Demi God hanya mengangkat satu tangan dan menahannya dengan mudah. Mata Ryan melebar.
"Apa...?"
Dalam sekejap, Demi God membalikkan keadaan. Ia bergerak cepat, hendak menyerang balik Ryan.
Namun sebelum serangannya mengenai sasaran, Stevani muncul kembali dan melancarkan tebasan dari belakang.
"Black Rose!"
Pedangnya bersinar hitam dengan percikan listrik di sekelilingnya. Demi God segera mundur untuk menghindari serangan itu. Tebasan Stevani menghantam tanah, menciptakan ledakan besar yang menimbulkan kabut debu.
Dari dalam kabut, terdengar suara tawa.
"Hahahahaha... Buat aku lebih menikmatinya, nak!"
Begitu asap menghilang, Ryan mengingat kembali peringatan Stevani sebelumnya.
"Hati-hati dengannya. Jangan gegabah."
"Gerakannya sangat cepat. Dia bisa memanipulasimu dan membunuhmu kapan saja."
Kembali ke pertempuran, Ryan menggertakkan giginya. "Kalau begitu... Stevani, bantu aku!"
Stevani menoleh. "Bantu apa?"
Ryan mengumpulkan energi di sekujur tubuhnya, auranya semakin besar hingga membuat udara bergetar. Melihat itu, Stevani sedikit terkejut.
"Siapa sebenarnya dia...?" gumamnya dalam hati.
Ryan menunduk, siap melesat. "Ayo!"
Sekejap kemudian, ia meluncur seperti kilat, menghancurkan tanah di bawahnya. Demi God tertawa puas dan menyambut serangannya dengan penuh semangat.
"Hahaha! Buat aku bersenang-senang, nak!"
Aura ungu dan putih saling bertabrakan, menciptakan ledakan yang mengguncang seluruh area. Kecepatan mereka begitu tinggi hingga Stevani hanya bisa berdiri terpaku, tidak bisa mengikuti pergerakan mereka.
"Dia bahkan mampu mengimbangi Demi God...?!"
Di tengah serangan, Demi God berbicara pada Ryan.
"Aku berubah pikiran tentang dirimu, nak. Kupikir kau hanya bocah ingusan... tapi kau memiliki kekuatan yang luar biasa."
Ryan tidak merespons, hanya menatapnya tajam.
"Dan satu hal yang aku tahu tentangmu..."
Demi God menyeringai. "Aku mengenali kekuatan yang kau gunakan."
Ryan mendadak murka.
"Berisik!"
Ia melancarkan serangan penuh amarah, menciptakan ledakan besar yang membuat keduanya terpisah jauh. Ryan terengah-engah, sementara Stevani segera berlari ke arahnya.
"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya khawatir.
Ryan mengangguk pelan. "Ya."
Dari kejauhan, Bryan berseru lantang. "Ryan, berjuanglah! Hajar pecundang itu!"
Namun, tiba-tiba hawa membunuh muncul dari Demi God. Bryan yang awalnya penuh semangat langsung pucat dan bersembunyi di balik pohon.
"Uh... yeah... Terima kasih, Bryan," gumam Ryan pasrah.
Ryan mengepalkan tangannya. "Aku belum mengetahui semua kemampuannya... dan dia bahkan belum serius."
Ryan teringat peringatan Lili saat latihan.
"Jangan sembarangan menggunakan kekuatan itu. Gunakan hanya saat benar-benar genting."
Kembali ke pertarungan, Stevani mendekat. "Ryan, aku ada strategi."
"Apa itu?"
Stevani membisikkan rencana di telinga Ryan. Setelah mendengarnya, Ryan tersenyum. "Aku mengerti."
Mereka berdua bersiap.
Demi God menyipitkan mata. "Aku tidak tahu apa yang kalian rencanakan, tapi semoga saja itu menghiburku."
Mereka maju bersamaan, menyerang Demi God dari dua sisi. Stevani melancarkan serangan.
"Triple Slash!"
Tiga kilatan bilah pedang melesat, tapi semua serangan dihentikan dengan mudah. Ryan melompat, mencoba menyerang, namun juga ditangkis.
Pertarungan sengit pun terjadi. Mereka terus menyerang, tetapi Demi God dengan gesit menghindar dan menangkis semuanya.
Akhirnya, Demi God mulai bosan. Ia berteriak, melepaskan gelombang energi besar yang melempar mereka ke belakang. Stevani langsung tak sadarkan diri, sementara Ryan berusaha bangkit meski tubuhnya nyaris tak bisa bergerak.
Demi God berjalan menuju Stevani, mengangkat tangan dengan energi ungu yang berkilauan di telapak tangannya.
Ryan berusaha bangkit. "Hei... hentikan..."
Demi God mengayunkan tangannya, siap menghabisi Stevani.
"Selamat tinggal, sayang."
Namun, tepat sebelum serangan mengenai Stevani, Bryan muncul dan menahan tangan Demi God.
Demi God tersenyum dingin. Dengan satu gerakan, ia menembus dada Bryan tepat di jantungnya.
"BRYAN!!!"
Bryan menoleh ke Ryan, tersenyum untuk terakhir kalinya sebelum tubuhnya jatuh ke tanah.
Ryan terdiam, tangannya gemetar. "Ini bohong, bukan...? Ini tidak nyata... bukan?"
Saat itu, angin mulai berputar liar di sekelilingnya.
Di singgasana Ricardo, sang raja terbelalak. "Aura ini...! Kuat sekali!"
Di seluruh kerajaan, semua orang berhenti bertarung, merasakan energi mengerikan yang tiba-tiba muncul.
Di dalam goa terpencil, seorang kakek tua menyeringai. "Akhirnya... Itu benar-benar terjadi..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments