Suasana hati Ryan hancur saat melihat Putri berjalan pulang bersama seorang pria.
"Jadi dia sudah punya pacar..." pikirnya pahit.
Ia mencoba tertawa, tapi hanya membuat hatinya semakin perih.
"Wajar saja. Aku terlalu berharap... Seorang seperti aku, mana mungkin bisa bersanding dengan gadis secantik dan sempurna seperti dia?"
Ryan menghela napas dalam-dalam, berusaha menghapus harapannya. Saat ia beranjak pergi, suara nyaring dari kejauhan membuatnya menoleh.
"Ryan!!!"
Seorang bocah SD berlari menghampirinya dengan penuh semangat.
"Kau memanggilku?" tanya Ryan heran.
"Tolong jadikan aku muridmu!"
"Hah?" Ryan mengernyit. "Murid?"
"Iya! Ajari aku combo Barbarian yang kau gunakan waktu mengalahkan Top 1 PvP!"
Ryan terdiam, mengingat momen itu.
"Itu keren banget, Kak! Aku kagum sama Kakak! Jadi tolong ajari aku!"
"Tidak," jawab Ryan tegas.
Tapi bocah itu tiba-tiba memeluk kakinya erat-erat.
"Kumohon! Aku ingin belajar!" rengeknya sambil menangis.
"Oi, oi, hentikan!" Ryan panik.
Orang-orang di sekitar mulai menatapnya dengan curiga, mengira ia melakukan sesuatu yang jahat pada bocah itu.
Melihat itu, bocah SD itu malah makin keras menangis, memanfaatkan situasi.
"Baiklah! Aku akan mengajarimu! Jadi berhenti menangis!" kata Ryan akhirnya.
Mendengar itu, bocah itu langsung tersenyum lebar.
"Serius, Kak?"
"Iya, iya. Tapi berhenti panggil aku ‘Mastah’! Panggil Kakak saja."
"Baik, Kakak!"
Hari itu, mereka menghabiskan waktu di warnet.
---
Saat malam tiba, ponsel Ryan bergetar. Panggilan dari Galang.
"Halo?"
"Apa kau nggak lihat jam? Udah malam, pulang sekarang!"
"Iya, Kak. Aku pulang sekarang."
Setelah panggilan berakhir, Ryan berpamitan pada Agus.
"Aku pulang dulu. Kau juga sebaiknya pulang."
"Tenang, Kak! Rumahku di sebelah sini kok!"
"Pantas saja ibumu nggak mencarimu..." gumam Ryan.
Saat perjalanan pulang, Ryan merasa ada seseorang yang mengikutinya.
"Siapa? Apa dia membuntutiku?"
Ia mencoba mengabaikannya. Tapi saat mendekati rumahnya, ia melihat Putri sedang mengobrol dengan pria yang tadi bersamanya.
Ryan berusaha berjalan cepat melewati mereka tanpa menarik perhatian.
Namun, Putri menyadari keberadaannya.
"Ryan!" panggilnya.
Ryan pura-pura tidak mendengar dan terus berjalan.
Lelaki di sebelah Putri bertanya, "Ada apa, Putri?"
"Tidak apa-apa... Lupakan saja," jawab Putri kecewa.
Ryan mengabaikannya, tapi tiba-tiba—
"Aaaahhh!!!"
Teriakan Putri menggema di malam yang sunyi.
Ryan menoleh dan melihat pria tadi tergeletak di tanah, darah mengalir dari perutnya. Seorang pria berkerudung berdiri di dekatnya, bersiap menyerang Putri.
Tanpa pikir panjang, Ryan berlari secepat mungkin dan menendang pria itu hingga terpental.
"Putri! Kau tidak apa-apa?"
Tapi Putri tak menjawab. Ia hanya menangis dan memeluk pria yang terluka.
Hati Ryan semakin sakit.
Warga mulai berdatangan, dan ayah Putri segera menghampiri putrinya.
Ryan memilih pergi diam-diam dari tempat itu.
---
Keesokan harinya di sekolah.
Saat jam istirahat, Ryan tiba-tiba melihat sosok misterius itu berdiri di belakang gurunya.
"Dia lagi?"
Ryan mengedipkan mata, dan sosok itu menghilang.
Saat ia berjalan di halaman sekolah, ia kembali melihatnya di antara para siswa.
"Apa dia benar-benar ada di sini?"
Tiba-tiba, seorang senior menabraknya dari belakang.
"Hei, jangan berdiri di tengah jalan!" bentaknya.
Ryan hanya diam.
"Tunggu, kau dengar nggak sih!?"
Sebelum senior itu bisa marah lebih jauh, Galang tiba-tiba muncul.
"Ada masalah dengan adikku?"
Senior itu langsung mundur ketakutan dan pergi.
Ryan mengabaikan mereka dan berlari ke kamar mandi. Ia menatap wajahnya di cermin, mencoba menenangkan diri.
Namun, saat ia menatap pantulan di cermin...
Sosok misterius itu berdiri tepat di belakangnya.
Dengan cepat, Ryan berbalik. Tapi tidak ada siapa pun di sana.
"Tidak mungkin. Apa aku mulai berhalusinasi?"
---
Sepulang sekolah, Ryan masih memikirkan sosok misterius itu.
Tiba-tiba, dari seberang jalan, Putri memanggilnya.
"Ryan!"
Ryan menoleh, melihat Putri ingin menyeberang.
Tapi dari kejauhan, sebuah truk melaju kencang ke arahnya.
Sopir truk berusaha mengerem, tapi terlalu mendadak.
Dalam sekejap mata, Ryan sudah berada di seberang jalan, menggendong Putri.
Saat ia menurunkannya, sopir truk berlari mendekat.
"Kau baik-baik saja, Nak?"
Orang-orang di sekitar mulai berbisik-bisik, tak percaya dengan yang baru saja terjadi.
Ryan terkejut menyadari hal itu. Ia segera menarik tangan Putri dan berlari.
"Hei! Tunggu!" seru sopir truk.
Setelah mereka jauh dari tempat kejadian, Putri bertanya, "Kenapa kita lari?"
"Tidak apa-apa," jawab Ryan singkat.
Suasana menjadi canggung.
Putri menghela napas dan berkata, "Terima kasih soal kemarin..."
"Sama-sama," jawab Ryan.
"Lalu... bagaimana keadaan pacarmu?" tanyanya, berusaha terdengar biasa saja.
"Aku dapat kabar, dia sudah baikan."
Ryan hanya mengangguk.
"Dan... sebenarnya, dia bukan pacarku," lanjut Putri.
Ryan terkejut.
"Benarkah?" tanyanya, sedikit lebih bersemangat.
"Iya, dia hanya temanku," jawab Putri.
Ryan hampir tersenyum lebar.
"Jadi aku masih punya harapan?" pikirnya.
Tapi tiba-tiba, Ryan menghentikan langkahnya.
"Kenapa kau berhenti, Ryan?"
Ryan menegang.
Di depannya, sosok misterius itu muncul lagi—dan kali ini, ia berdiri sangat dekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Filanina
apa light novel begini? hanya deskripsi sedikit langsung dialog?
2025-02-21
1
Filanina
perasaan dari tadi itu bocah panggil kakak
2025-02-21
1
Max_Jun♪~(´ε` )
Jangan takut untuk bereksperimen, selalu mengagumkan apa yang sudah dicapai sejauh ini!
2023-12-23
1