Jung yang awal nya menangis karena rasa penyesalan nya pada Anggi, terkejut karena tiba tiba saja dia mendengar suara tembakan dari lantai bawah, saat hendak melihat apa yang terjadi di belakang nya sudah ada seseorang dengan senjata di tangan nya.
Jung pun terkejut bukan main, dia berfikir bagaimana ada penyusup masuk ke dalam rumah nya, sedangkan di bawah sudah ada penjaga dan pengawal.
Ketika seseorang tersebut membuka topengnya, hal itu membuat Jung semakin terkejut, bagaimana tidak, dia melihat seseorang yang selama ini sudah tidak pernah dia temui sejak dia di usir oleh orang tuanya.
"Jadi kamu orang biadab yang membuat Anggi menderita seperti ini". Ucap seseorang tersebut dengan mengarahkan pistol di kepala Jung.
Jung yang mendengar penuturan dari seseorang tersebut hanya mampu terdiam, karena dia sadar betul bahwa ini semua memang salah nya, yang terjadi pada Anggi adalah kesalahan yang dia lakukan.
"Asal kamu tau, Anggi selama ini harus mengonsumsi obat agar dia bisa melupakan traumanya, dan kamu tau apa akibatnya? Anggi harus banyak banyak memiliki kegiatan juga, dan itu menyiksa dirinya". Seorang tersebut menjeda ucapan nya dan mendekat pada Jung.
"Dan kamu tau apa lagi yang harus Anggi lalui, dia harus mengulang kelas nya dari awal dia kuliah, dan dengan resiko mengkonsumsi obat tersebut, membuat daya ingat Anggi semakin lemah dan tubuh nya juga, sehari saja ia telat minum obat itu, dia akan merasakan sakit luar biasa asal kamu tau itu". Lepas sudah emosi yang sejak tadi dia tahan.
"Selama ini, aku berusaha menjaga nya, dan tidak ingin menyentuhnya apalagi menyakiti nya, tapi dengan kurang ajar nya kamu menyakiti nya dan merusaknya". Habis sudah kesabaran seseorang itu.
Tanpa ba bi bu, dia pun langsung menghajar Jung tanpa ampun, sedangkan Jung sendiri hanya pasrah menerima setiap pukulan yang di berikan oleh orang yang berada di hadapan nya saat ini.
Bagi Jung apa yang ia terima saat ini sangat sangat tak sebanding dengan apa yang telah dia perbuat pada Anggi, bahkan jika dia harus kehilangan nyawa pun dia sudah sangat siap, baginya nyawa nya lah yang pantas untuk menebus semua kesalahan nya.
Sedangkan seseorang itu sendiri terus menghajar Jung tanpa ada niat untuk berhenti, hingga dia mendengar suara Jung yang sudah parau berusaha mengatakan sesuatu.
"Tt..tt..tolong, sam..paikan maafku, pp..pada Anggi, dan tt..tolong jaga dia ya Jeon ss..saudara kembarku, kau adalah kakak yang bisa di andalkan selama ini, jj..jadi aku yakin kamu mampu menjaga dan melindungi Anggi". Ucapnya dengan menahan sakit nya.
Ya seseorang yang sedang menghajar Jung tanpa ampun adalah Jeon, saudara kembar Jung sendiri lah yang melakukan nya, dan itu sebab nya Jung mengatakan hal tersebut agar Jeon menjaga Anggi.
Di tempat lain
Anggi sudah berlari meninggalkan rumah tersebut, Anggi mendengar suara tembakan.
Anggi mendengar suara tersebut pun menghentikan langkah nya, dia melihat ke arah rumah yang dia tinggalkan, dia yakin bahwa suara tembakan tersebut dari arah tersebut, Anggi terdiam melihat rumah itu dan fikiran nya semakin kacau melihat banyaknya orang bersenjata masuk kedalam rumah.
Anggi yang awalnya ingin tidak perduli pun makin bimbang, saat ia mendengar suara tembakan untuk kesekian kalinya, dan hal itu membuat anggi dengan terpaksa kembali ke rumah tersebut.
Saat dia sampai di depan gerbang, Anggi mendengar suara tembakan lagi dan lagi, hal tersebut membuat Anggi semakin merasa takut, cemas, bingung harus apa dan bagaimana, apa lagi melihat para pengawal yang sudah kalah.
Anggi pun semakin nekat untuk segera masuk ke dalam tanpa perduli apapun yang akan terjadi nanti nya, karena saat ini bagi nya adalah dia harus bisa memastikan apa yang terjadi dan bagaimana keadaan Jung sendiri.
Ketika dia tiba di depan kamar Jung, dia mendengar suara orang yang sedang di pukuli tanpa adanya pembelaan, pikiran Anggi semakin kacau mendengar hal tersebut.
Dan ketika dia berhasil masuk kedalam kamar Jung, dia harus melihat hal yang tak terduga, di mana dia melihat hal yang terduga, dia tak menyangka orang yang di hadapan nya adalah seorang yang kembar.
Melihat Jung yang sudah tidak berdaya di tangan musuh pun Anggi berusaha mendekat dan, mencoba membantu Jung yang sepertinya akan mati jika terus mendapat pukulan.
"Tanpa kamu minta pun, aku akan menjaga Anggi seperti yang aku lakukan dulu dasar bajingan". Ucap Jeon yang terus sambil menghajar saudara kembarnya itu.
"Lagi pula, bajingan yang brengsek sepertimu tidak pantas bersama Anggi, kamu mengerti".
"Jadi, lebih baik kamu enyah dari kehidupan Anggi, karena Anggi tidak butuh seorang bajingan sepertimu". Jeon sendiri semakin menggebu gebu saat mengatakan hal itu.
Anggi yang masih terkejut pun tetap nekat berusaha membantu orang yang sudah lemah karena di hajar, namun saat Anggi hendak memisahkan mereka, tiba tiba Anggi mendengar suara seseorang berteriak memanggil namanya.
Ketika dia melihat ke arah suara tersebut, ternyata orang yang memanggil Anggi sedang mengarahkan pistol nya ke Anggi, dan Anggi yang terkejut pun tidak mempersiapkan diri.
Tanpa pikir panjang, wanita itu melepaskan pelatuk pistolnya, dan di waktu yang bersamaan Jung pun berdiri dan menghalangi peluru tersebut dengan tubuhnya.
Anggi yang mendengar suara tembakan langsung menutup mata, dia berfikir mungkin ini akhir dari hidupnya, tanpa dia sadari Jung berada tepat di hadapan nya menghadang peluru agar tidak mengenai Anggi.
Jeon melihat tindakan Jung seperti itu benar benar terkejut dan tidak menyangka, jika dia akan mengorbankan dirinya demi Anggi.
Sedangkan Anggi yang tak merasakan apapun sesaat setelah suara tembakan tersebut, ia berusaha membuka matanya, dan alangkah terkejut nya Anggi dan dia pun berteriak saat Anggi melihat bahwa Jung lah yang tertembak bukan dirinya.
"Jung". Teriak Anggi.
Mendengar suara teriakan Anggi, yang awalnya Jeon masih syok pun sadar dan melihat ke arah penembak, dia yang tak menyangka bahwa tembakan nya tidak tepat sasaran pun terkejut hingga menjatuhkan pistolnya.
Jeon yang sedang di kuasai oleh emosi nya dan masih berada di puncak emosi itu sendiri, langsung melepaskan pelatuk pistol miliknya dan mengenai wanita yang sengaja ingin menembak Anggi tadi.
Mendengar suara tembakan lagi, Anggi langsung menatap ke arah asal suara, dan melihat wanita tadi sudah tergeletak kesakitan, karena Jeon sengaja hanya menembak bagian lengan saja, sebab dia fikir dia mendapat mainan yang seru.
"Jung bangun..Jung sadar". Ucap Anggi berusaha menyadarkan Jung.
"Hiks Jung, kau tadi bilang kan, ingin aku memaafkanmu bukan hiks".
"Sekarang aku mohon bangun, ss..aat kau bangun, mm..maka aku hiks..akan mm..memaafkanmu Jung, please bangun Jung hiks".
"Ayo Nggi, kita bawa dia ke rumah sakit secepatnya". Jeon pun mengusulkan untuk segera membawanya ke rumah sakit, akibat tidak tega melihat Anggi yang menangis seperti itu.
"B..biarin a..ja.. a..aku pp..pergi, a..a..anggap a..a..aja i..i..ini h..h..kuman bb..bb..buat a..ku, a..a..tas d..d..osaku ss..ss..selama i..i..ini".
Ucapan Jung terbata bata, sambil menggenggam tangan Anggi, sedangkan Anggi yang mendengar menggeleng kuat sambil terus menangis.
"Enggak Jung hiks, kamu nggak boleh pergi Jung hiks, kamu harus menepati janji kamu dulu hiks, aku juga harus hiks kasih kamu hiks hukuman huwa hiks". Anggi benar benar tidak terima dengan ucapan Jung.
"Ss..ss..suda..ah ya, jj..jj..jangan nn..nangis.. ll..lagi ya Nggi, kk..kk..kamu hh..hh..harus b..b..bb..bahagia, pp..pp..please mm..mm..maafin aa..aku ya". Setelah mengucapkan kata itu Jung pun tak sadarkan diri.
Anggi yang melihat hal itu pun, menangis tidak terima, dia tidak ingin kehilangan Jung, bagaimana pun dia pernah mencintai pria tersebut, bahkan bisa di bilang hingga detik ini.
Anggi memohon agar Jung tidak sampai menutup matanya terus menerus, dia benar benar belum siap harus kehilangan seseorang yang berarti bagi nya, meskipun itu memberi banyak luka.
Jeon yang melihat kesedihan dari Anggi pun, tidak sanggup dia tau betul bagaimana perasaan Anggi saat ini, sebab dia pun pernah merasakan hal yang sama.
Tanpa pikir panjang, saat dia tau mobil ambulans tiba, dia meminta Anggi agar mampu membantunya membawa Jung, dan meminta anak buah nya agar membawa wanita yang sudah berusaha menyakiti Anggi tadi.
"Ayo Nggi, mobil ambulans sudah di depan, kita harus bawa Jung ke rumah sakit".
Anggi terus menangis melihat keadaan Jung seperti ini, dia hanya mampu menjawab ucapan Jeon sendiri dengan suara tangisan nya saja.
Kini Jung pun di bawa ke rumah sakit terdekat, Anggi setia mendampingi Jung dengan tangisan yang tidak berniat berhenti membasahi pipi Anggi.
Sedangkan Jeon membereskan terlebih dahulu kekacauan yang sudah terjadi tadi, dia sudah berpesan pada Anggi akan menyusul jika semua selesai.
Akankah Jung sadar, atau ia akan tetap pergi, lalu bagaimana dengan Jeon sendiri, apakah ia bisa meluluhkan hati Anggi, sedangkan hati Anggi hanya untuk saudara kembar nya?.
Buat para readers sabar ya menunggu kisah kelanjutan nya ya, mohon maaf jika ceritanya nggak nyambung dan banyak nya typo🙏
See you next time readers, jangan lupa like dan komen ya reader, supaya author makin semangat up nya dan bikin ceritanya, byee👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments