Pulang

Setelah jam pelajaran selesai, akhirnya kini semua mahasiswa untuk pulang. Saat semua sudah pulang, tanpa sengaja Anggi menabrak seseorang. Ia sempat terkejut, dan ingin lari, namun tangan nya di tahan, dan di tarik oleh seseorang dengan tatapan tajam dan smirk nya.

"Maaf pak, saya permisi, saya harus segera pulang pak".

"Untuk apa kamu terburu buru".

"Saya ingin berbicara sesuatu denganmu".

"Maaf pak, berbicara apa ya pak?". Tanya Anggi sedikit takut takut.

"Tapi, tidak bicara di sini, apa kamu bisa?".

"Mmm maaf pak sebelumnya, bapak sebenarnya ingin berbicara apa ya pak?".

"Kenapa? Apa kamu takut dengan saya?".

"Bb..bukan begitu maksud saya pak".

"Lalu, bagaimana maksudmu?".

"Saya, saya benar benar harus kembali pak".

"Jadi, apa bapak bisa, membiarkan saya pulang pak?". Tanya Anggi sedikit takut, akan di tolak permintaan nya.

"Baiklah,, saya akan tunggu, sampai kamu bisa".

"Tapi, sebelumnya, kalau kita sedang berdua, apakah kamu bisa, tidak memanggil saya pak? Saya risih, jika kamu memanggil saya dengan panggilan pak".

"Maksud bapak bagaimana ya?". Tanya Anggi bingung.

"Jangan, panggil saya pak lagi, ketika tidak jam pelajaran saya".

"Tapi pak, kalau di sekolah sering tidak ada jadwal bapak bukan, apa saya tidak apa apa, memanggil bapak pak, ketika tidak jam pelajaran?". Tanya Anggi pada Jeon, yangg membuat Jeon menahan sesuatu.

"Maksud bapak bagaimana sih, saya tidak mengerti pak, apa yang di maksud bapak".

"Anggi, Maksud saya, ketika tidak jam pelajaran saya, atau saat di kampus, jangan panggil saya dengan sebutan pak. Apa kamu mengerti?".

"Lalu, saya harus manggil apa ya pak?".

"Terserah".

"Loh pak, kok terserah saya?". Tanya Anggi yang bingung, dan menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, terserah kamu aja".

"Ish, si bapak aneh banget". Gerutunya, yang masih bisa di dengar oleh Jeon.

"Bagaimana kalau mas aja". Bisik Jeon di telinga Anggi, dengan senyum yang penuh arti.

"Mm..mm..mas?, apakah sopan pak?". Tanya Anggi meyakinkan, dan hanya mendapat anggukan dari sang empu.

"Ya". jawab Jeon singkat.

"Orang kok seneng banget ribet".

"Tidak perlu menggerutu seperti itu, saya masih dengar". Jawab Jeon yg berbalik, akan meninggalkan Anggi.

"Aaa..ch iya pp eh mas". Jawab Anggi dengan senyum paksa nya.

Setelah Anggi pergi meninggalkan Anggi, kini Jeon masuk kedalam mobil, tanpa ada yg mengetahui, seseorang tengah tersenyum dengan liciknya, lalu meninggalkan parkiran.

Disisi lain Anggi sendiri baru saja sampai di gerbang kampus, tak sengaja menabrak seseorang, dan hal tersebut sukses membuat Anggi benar benar terkejut. Anggi yg berusaha menahan rasa terkejutnya, akhirnya mencoba tenang dan perlahan meninggalkan pria tersebut.

Pasalnya, Anggi fikir pria tersebut sudah pergi, nyatanya belum pergi, dan saat Anggi berjalan dengan tergesa, tanpa ia sadari, ada sebuah mobil yg hampir menabraknya. Anggi bersyukur karna tak sampai tertabrak oleh mobil tersebut, saat ia ingin memastikan pria tadi, ia sedikit terkejut karena pria itu sudah tak ada lagi.

Akhirnya tanpa berlama lama lagi, Anggi melanjutkan perjalanan untuk pulang, dan saat dia sampai di depan toko dekat kost nya, tak sengaja ia melihat Mei dan Boun. Tanpa pikir panjang, Anggi pun mendekati Mei dan Boun, lalu mengajaknya untuk ke kost miliknya. Karena memanglah, tujuan mereka ingin ke tempat Anggi, sebab Mei dan Boun ingin pergi nongkrong ke cafe tempat Anggi bekerja.

Kini mereka bertiga berada di tempat tinggal Anggi, Mei dan Boun yang sudah menunggu di dalam, sedang mengambil minuman nya sendiri, karena Anggi sedang mandi. Setelah Anggi selesai mandi, kini Anggi selesai bersiap, dan mereka juga bergegas untuk berangkat ke cafe di mana Anggi bekerja.

Namun, saat tiba di depan kost Anggi, ia melihat mobil yg sama seperti seminggu ini, yg membuat Anggi tak habis fikir, mobil siapa sebenarnya, dan mengapa ada disini, itulah yang ada di fikiran Anggi. Anggi yang sedang asik melamun pun, hingga tak menyadari, bahwa kedua sahabatnya itu, sedari tadi mengajaknya bicara.

"Tuh, si Anggi kenapa lagi coba?". Ucap Mei yang sambil menyenggol lengan Boun.

"Aku juga nggak tau Mei, dia tuh bener bener aneh ya belakangan ini."

"Aku heran, kenapa dia nggak mau cerita sama kita". Jawab Boun pelan, cenderung berbisik, sedangkan yang di bicarakan, tidak kunjung sadar, akhirnya Boun memanggil Anggi sedikit di kejutkan.

"Nggi". Panggil Boun.

"Anggi". Panggil Boun lagi.

"Anggi". Kini giliran Mei memanggil Anggi.

"Anggi". Panggil Mei sedikit berteriak, namun masih sama tak ada jawaban.

"Ya ampun nih anak". Gerutu Mei sambil menepuk jidatnya sendiri.

"Udah sih biarin aja dulu dia ngelamun". Ucap Boun sambil sedikit menarik tangan Mei.

"Masalahnya Boun, ini udah jam dia harus berangkat kerja, kamu tau sendiri kan?". Omel Mei.

"Anggi, ya ampun kamu dari tadi di panggil, ngapain aja sih bengong kaya gitu". Panggil Mei, sangking kesalnya ia menarik tangan Anggi, sedangkan sang empunya terkejut.

"Maaf maaf Mei".

"Kamu gitu terus, ngelamun mulu tau nggak? Kamu ini kenapa sih sebenernya?". Ucap Mei sedikit merendahkan suaranya.

"Aku nggak apa apa Mei, ya udah kita berangkat ya". Jawab Anggi sambil berlalu meninggalkan kedua sahabatnya itu.

"Lihat, aneh kan, huh". Keluh Mei.

"Ya udah, mending kita susulin Anggi terus kita berangkat". Ucap Boun menyusul Anggi yang sudah meninggalkan terlebih dahulu.

Kini mereka berada tepat di dekat mobil Boun, yang berada di depan toko sebelah kost Anggi, Boun sengaja tidak memindahkan mobilnya tadi, karena ia pikir sama saja, toh nggak jauh dari kost Anggi.

"Kamu di depan apa mau di belakang Nggi?". Tanya Mei kepada Anggi.

"Eum aku di belakang aja lah Mei". Jawab Anggi, pasal nya Anggi emang biasa didepan, karena nggak bisa naik mobil kalau nggak lihat jalan katanya.

"Yakin nih?". Tanya Mei meyakinkan.

"Iya Mei yakin kok". Jawab Anggi.

"Beneran Kamu nggak apa apa Nggi?". Kini Boun yg bertanya.

"Iya Boun Mei, aku nggak apa apa, kalian tenang aja ya". Jawab Anggi meyakinkan kedua sahabatnya.

"Ok kalau gitu Nggi, kamu cepetan masuk ya". Ucap Mei sambil masuk ke mobil.

" Udah, kalian cepetan masuk". Ucap Boun yang di angguki oleh Anggi dan Mei, lalu mereka segera masuk ke mobil.

Setelah mereka semua masuk, dan Boun sendiri memastikan kedua sahabatnya sudah duduk dengan tenang, dan memakai sabuk pengaman. Boun pun bertanya kepada sahabatnya sudah siap berangkat atau tidak, setelah mendapat jawaban siap, akhirnya Boun melajukan mobilnya dan berangkat menuju ke cafe.

Sedang di sebrang jalan, ada seseorang yang sedang mengamati mereka, dan menatap benci salah satu dari mereka. Setelah ia menutup panggilan telfon, ia bergegas pergi dari tempat tersebut. Sambil menatap mobil tadi yg sudah jauh dari pandangan nya, "tunggu aku", dengan senyum smirknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!