Bian dan Nayla kini telah sampai di lift menuju Appart mereka,
Seharian penuh mereka habiskan untuk berduaan di luar rumah.
Dari pagi hingga petang mereka bergembira bersama,
Hanya dengan hal sederhana tersebut membuat Nayla nampak sangat bahagia, ini sungguh bagaikan mimpi. Nayla merasa dirinya kembali seperti saat mereka baru menikah dahulu.
Iya, dulu. Seperti pengantin baru pada umumnya— tahun pertama pernikahan mereka dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang. Bahkan saat itu ibu mertuanya sangat menyayanginya seperti anak sendiri, bu Siti berubah saat Nayla mengalami keguguran.
Saat itu Nayla belum mengetahui bila kandungannya lemah, Nayla yang terbilang memiliki pendidikan yang tinggi dengan gelar s1nya sempat bekerja di bidang perkantoran. Namun karena pekerjaan Nayla yang lumayan menumpuk hingga membuat Nayla kelelahan, ia mengalami pendarahan dan akhirnya keguguran.
Perasaan kasih sayang yang dimiliki oleh bu Siti terganti menjadi rasa kesal dan benci pada Nayla. Untungnya Bian tidak berfikir sampai sana, ia merasa memanglah mereka belum di beri kesempatan untuk memiliki anak.
Karena kejadian itu Nayla memutuskan untuk resign dari kantornya. Belum sebulan mereka berdua kehilangan anaknya, ayah Bian juga ikut berpulang karena penyakit yang ia derita. Bian yang sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya akhirnya mengajak Nayla untuk tinggal bersama di rumah ibunya.
Namun siapa sangka, hanya tiga bulan bu Siti berbuat baik pada Nayla dan membangga-banggakannya sisanya ia mulai semena-mena dan menganggap Nayla seperti seorang pembantu di rumah.
Bila mengingat masa 2 tahun dirumah mertuanya, Nayla merasa ingin melarikan diri segera mungkin.
“Sayang, Anggur semalam masih ada nggak?” tanya Bian pada Nayla.
“Kan sudah kita habiskan Mas, bukannya tadi Mas bilang mau melihat-lihat bagian minuman. Aku fikir Mas membeli satu.”
“Tadi Mas mau beli, tapi keduluan Rachel. Yaudahlah, tanpa itu juga bisa.” Bian melirik Nayla dengan tatapan nakal.
Nayla yang sedang memencet kode pintu langsung menatap Bian, “Bisa apa.”
“Ya bisa itulah sayang, ayo ahh.” Bian menarik tangan Nayla dan membuka pintu, ia tak sabar karena ingin melahap Nayla saat itu juga.
Bian menaruh semua barang belanjaan mereka di lantai depan pintu lalu merapatkan tubuhnya pada Nayla hingga membuat tubuh Nayla tertempel di tembok.
“Malam ini, Mas yang akan memuaskanmu.” Bian mendekati wajahnya pada Nayla dan ingin menciumnya.
“Dari mana saja kalian?” ucap seseorang dengan suara lantang.
Belum sempat Bian mendaratkan bibirnya pada Nayla, ia langsung terkejut mendengar suara dari dalam Appartnya.
“Ibu.” ucap Bian dan Nayla dengan mata yang bulat.
...----------------...
“Hei, Lau. Tumben merokok sendirian. Mana para lelakimu.”
“Jaga ucapanmu Aldo.” Jelas laura.
“Ada masalah apa lagi, bukankah kau sudah bertemu dengan Arnold. Susah payah aku mendapatkan alamatnya untukmu.”
“Aku sudah tidak bisa mendekatinya lagi, dia sudah tau segalanya.”
“Bagaimana bisa? Apa salah satu dari lelaki yang kau mainkan mengadu padanya.”
“Aku juga tadinya fikir seperti itu, tapi ternyata dia melihatnya sendiri saat aku bermain dengan Raka.” Jelas Laura.
“Lauraa.. Laura.. bukankan sudah ku peringatkan berkali-kali. Berhentilah bermain-main, Arnold bukan lelaki yang bisa kau bodohi. Walaupun ku akui, kau memang hebat menyembunyikannya sampai bertahun-tahun. Lagi pula, aku jadi penasaran. Mengapa kau seperti itu di belakangnya. Memangnya apa kurangnya Arnold.”
“Dia memang tidak kurang, ini semua karena aku adalah wanita yang selalu haus dengan belaian. Kau tau sendiri Arnold tidak pernah mempunyai waktu lebih padaku semenjak ia terkenal dengan keahliannya di bidang kecantikan. Awalnya aku hanya bermain sedikit namun ternyata justru semakin merembet dan membuatku ketagihan.”
“Lalu apa rencanamu sekarang, kau pasrah? Bagaimana hubunganmu dengan Raka. Dia adalah lelaki terakhir yang bersamamu, lebih baik kau bersamanya. Semenjak Arnold keluar dari rumah sakit, Raka lah yang menjadi unggul dirumah sakit ini. Bukankah itu akan membuatmu untung juga.”
“Kau memang benar, tapi tetap saja itu tidak mudah bagiku. Kau tau sendiri bukan— walaupun aku bermain dengan berbagai lelaki namun hatiku sepenuhnya hanya mencintai Arnold. Untuk saat ini aku akan menghindar dari Arnold, sampai waktunya amarahnya reda— aku akan kembali mendekatinnya dan berterus terang. Aku yakin Arnold pasti akan menerimaku kebali, lagi pula— aku adalah satu-satunya wanita yang ia miliki selama ini.”
Laura memanglah satu-satunya wanita yang Arnold miliki, mereka bertemu saat SMA dan mulai dekat.
Mereka bahkan satu universitas, saat itulah mereka mulai menjalin hubungan. Mereka mengambil jurusan yang sama dan bahkan pernah tinggal bersama juga.
Tapi saat Arnold di promosikan jadwalnya berubah dan semakin sibuk, saat itu Laura selalu kesepian karna jobnya dirumah sakit memang tidak terlalu banyak seperti Arnold.
Para lelaki yang melihat Laura yang kesepian itupun mulai menggodanya hingga hal itu menjadi kebiasaan bagi Laura.
...----------------...
“Sejak kapan ibu ada disini.” tanya Bian dengan mulut sedikit menganga.
Bian dan Nayla terkejut melihat bu Siti yang telah berdiri di tengah ruang tamu, dengan wajah yang mulai memerah Bian dan Nayla langsung mengambil barang belanjaannya dan segera memasuki bagian dapur.
“Kalian ini dari mana aja sih, dari siang ibu disini dihubungin nggak ada yang angkat sama sekali. Ibu sampai masak mie instan karena kelaparan menunggu kalian.”
“Ibu datang kok nggak ngabarin dulu sih. Harusnya malam sebelum ibu datang telfon aku, Kami seharian ini memang tidak dirumah, aku mengajak Nayla untuk jalan-jalan seharian karena hari ini aku libur.”
“Ibu malas hubungin kamu, sudah berkali-kali ibu ngomong duluan tiap mau kesini tapi kamu selalu melarang dengan alasan nggak jelas. Ibu cuma mau nagih janjimu yang selau bilang tiap libur akan mengunjungi ibu, tapi apa. Sudah berbulan-bulan kamu tidak pernah kerumah.”
“Bu, bukannya aku nggak mau kerumah. Hanya saja kerjaanku di kantor memang sedang banyak.”
“Hallah, alasan aja. Bilang aja kamu itu sudah nggak sayang sama ibu lagi kan, makanya nggak pernah pulang. Sibuk.. sibuk.. sibuk apanya, jelas-jelas tadi saja kamu malah jalan bersama Nayla seharian.”
Bian hanya diam, ia lelah meladeni ucapan ibunya yang semakin di beri penjelasan malah merembet kemana-mana.
Sementara Nayla tidak menggubris percakapan mereka dan memilih menyusun barang belanjaan hasil belanja mereka tadi dan langsung memasak makan malam.
“Bagaimana kabar Mikayla?” tanya Bian berbasa-basi untuk mengalihkan percakapan.
“Mikayla bersama orang tuanya sudah dua hari bermalam dirumah orang tua Tiara, makanya ibu kemari karena ibu merasa bosan sendirian di rumah.”
“Ibu lapar, Istrimu disini masak atau tidak sih? Jangan-jangan nggak pernah masak selama disini. Tadi ibu mencari lauk tidak mendapatkan apapun.”
“Tentu saja masak, Nayla selalu masak dirumah. Ibu tidak perlu khawatir, lauk selalu habis karena Nayla memasak hanya sedikit. Ibu kan tau kami hanya berdua dirumah.”
Nayla yang sudah tau sifat ibu mertuanya memang sedari tadi sibuk menyiapkan makan malam, ia sangat hapal sekali ibu mertuanya itu tidak pernah mau masak bila ada Nayla, padahal bahan-bahan di kulkas cukup lengkap bila ia ingin memasak lauk.
Nayla memanggil Bian dan juga mertuanya untuk makan malam bersama, Suasana yang lumayan hening karena memang Nayla tidak berbicara sepatah katapun semenjak bu Siti datang. Begitu juga Bian yang ikut membisu karena dia faham sekali Nayla masih kecewa pada ibunya.
“Ibu berencana menginap disini beberapa malam.” ucap bu Siti dengan entengnya hingga membuat Bian tersedak dan membulatkan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments