“Sial sekali nasibku, diusia yang seharusnya aku bisa leha-leha justru masih sibuk dengan pekerjaan rumah. Ini semua gara-gara Nayla, dia pasti disana sedang bemalas-malasan dan tidur-tidurran.” ucap bu Siti yang tengah mengepel rumahnya.
Semenjak Bian dan Nayla kembali ke Appartnya, bu Siti melakukan pekerjaan yang biasa Nayla lakukan setiap harinya.
Walaupun sudah di berikan pembantu oleh anak-anaknya, namun tak ada satupun orang yang betah dengan sikap bu Siti yang selalu marah dan memberikan kerjaan yang tak ada habisnya.
Rumah bu Siti memang terbilang cukup besar dengan dua lantai dan 4 kamar tidur, belum lagi koleksi vas bu Siti yang terbilang banyak dan harus selalu di lap setiap harinya.
“Sudahlah, aku sangat lelah. Kakiku rasanya mau lepas.” ucap bu Siti yang langsung terbaring di atas sofa.
Tak lama, Mike dan Tiara datang dari rumah sakit. Mereka baru pulang untuk memberi imunisasi untuk Mikayla.
“Bu, kok tiduran disini?” tanya Mike.
“Ibu capek, baru aja ibu abis ngepel seluruh rumah. Kaki ibu rasanya mau copot.” keluh bu Siti.
Drrttt Drrrtttt… getaran ponsel berbunyi.
“Ibu nelfon, aku sama Mikayla ke atas duluan ya Mas.” ucap Tiara.
“Iyaa, sayang.”
Selepas Tiara naik ke lantai atas, Mike duduk di dekat ibunya dan memijit kaki ibunya.
“Makanya Bu, nggak usah cape-cape. Lagian rumah nggak perlu di pel setiap hari, rumah kita kan bukan dipinggir jalan raya yang mudah berdebu. Ngepel cukup 2 atau 3 kali seminggu saja. Ibu sendiri aja nggak sanggup, makanya orang-orang pada nggak betah kerja dirumah.”
“Ya nggak bisalah, kamu kan tau— ibu ini ada riwayat asma. Kalau asma ibu kambuh gimana, lagian ibu itu kelelahan karena sudah tua— sudah penyakitan. Nayla aja kemarin nggak pernah ngeluh kok setiap hari membersihkan rumah.”
“Kak Nayla itu bukan nggak mau ngeluh, tapi dia menghormati perintah Ibu. Buktinya, kak Nayla nggak tahan juga kan. Makanya kembali ke Appart.”
“Dengar ya Mike, Bian itu kembali ke Appartnya karea jarak rumah sama kantornya terlalu jauh. Bukan karena Nayla nggak tahan sama ibu.” ucap bu Siti mengelak.
“Sekarang aja, Ibu begitu. Kemarin-kemarin ibu mengeluh dengan kak Nayla yang katanya pemalas. Nyatanya kak Nayla yang mengurus rumah sendirian. Ibu harus banyak bersyukur punya menantu yang sabar kayak kak Nayla.”
“Iyaa, ibu akui ibu menyesal karena telah semena-mena padanya. Gara-gara perbuatan ibu, sekarang justru ibu harus tinggal dengan menantu yang tidak tahu apa-apa”
“Ibu, jaga omongan Ibu. Kak Nayla dan Tiara itu berbeda, mungkin Ibu bisa memberikan perintah padanya tapi Tiara tidak akan mungkin bisa, dia sedari kecil sudah hidup dengan diurus oleh pembantu— orang tuanya kaya raya, yaa Ibu tau sendiri lah— menikah saja kita tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Jadi ibu harus jaga sikap sama Tiara, uang yang sering kuberikan pada ibu saja adalah uang dari Tiara.”
“Sudahlah, ibu malas dengar ocehanmu.” bu Siti bangun dan pergi ke kamarnya.
[Mengapa kau menelfonku?] ucap Tiara sedikit berbisik
[Dimana kau sekarang?]
[Untuk apa kamu mencariku, hubungan kita telah lama usai.]
[Usai, aku tidak pernah meminta usai. Aku hanya ingin break sebentar karena terlalu stress dengan pekerjaanku.]
[Stress kamu bilang, justru aku yang lebih stress. Kamu menghilang entah kemana disaat aku tengah.]
Tiara tidak melanjutkan ucapannya.
[Tengah apa?]
[Dengarkan ya, aku sekarang telah menikah. Jadi— jangan pernah menghubungiku lagi!]
Tiara mematikan telfonya dengan amarah.
“Ibu kenapa, Sayang?” Tanya Mike yang baru saja masuk ke kamar.
“Mas, dari kapan kamu disitu?” Tiara gugup
Apa Mike mendengarnya yaa. Batin Tiara.
“Baru ajaa.”
“Aahh, biasalah— Ibu nanyain keadaan Mikayla.”
Syukurlah, Tiara lega.
...----------------...
Nayla tengah duduk di taman dekat Appart, ia nampak diam sembari menengok banyaknya anak kecil yang tengah bermain di taman itu.
Ia sedikit tersenyum dengan tingkah lucu anak-anak itu.
“Nayla—” ucap gadis muda yang menghampirinya.
“Venny,”
“Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Venny memeluk Nayla.
“Iya Ven, kamu kok disni. Kamu tinggal didekat sini apa gimana?”
“Nggak, aku baru aja abis dari klinik tempat dokter langganan ku. Biasalah abis perawatan.”
“Pantas aja aku pangling,”
“Ahh, kamu bisa aja Nay. Lagi ngapain disini?”
“Cari hiburan aja Ven, Suamiku kerja— aku sepi sendirian di Appart.”
“Jadi, kamu tinggal disini?”
“Iya, sudah lama banget. Cuman aku baru-baru aja balik lagi— 2 tahun kemarin aku ditempat mertua, gimana kalau kita ke Appartku, kita minum dulu diatas.”
“Boleh deh, aku juga nggak ada kegiatan lagi.”
...----------------...
Rachel nampak kesulitan membawa beberapa berkas yang lumayan penuh ditangannya,
Ia nampak terburu-buru membawa berkas yang telah ia copy,
Bruukkkk….
Rachel terjatuh hingga membuat berkas-berkas itu berhamburan.
“Bagaimana ini..” ucap Rachel mengumpulkan berkas yang berserakan.
“Apa kau baik-baik saja,” Bian datang membantu Rachel yang kesulitan.
“Berkasnya, berkasnyaa berserakan. Bagaimana ini, pasti jadi tercampur semuanya.” Rachel menangis.
“Duduklah, akan ku bantu. Jangan menangis,”
Rachel menggigit tangannya dengan mata berkaca-kaca. Ia nampak malu karena telah membuat kesalahan di hari pertamanya kerja.
Bian yang mencoba membantunya, merapihkan berkas yang berserakan itu untuk Rachel.
“Ini, sudah tersusun sesuai urutannya.” ucap Bian memberikan berkas itu.
“Tt tterima kasih, Pp pak.”
“Tidak perlu sungkan, ini adalah hal yang wajar bagi pegawai baru. Dulu juga aku pernah melakukan kesalahan. Mulai sekarang jangan terburu-buru yaa.” Bian berlalu meninggalkan Rachel.
Dari semua orang yang ada di kantor, hanya dia yang membantuku. Ternyata dia adalah lelaki yang baik. Batin Rachel.
Rachel terpaku dengan perlakuan Bian terhadapnya.
...----------------...
“Bukankah mereka sangat lucu,” ucap Nayla yang berada di jendela Appart sembari melihat anak-anak yang bermain di taman.
“Tentu saja lucu,”
Mata Nayla nampak berkaca-kaca, dan menghembuskan nafas yang berat.
“Ada apa denganmu?” Venny memegang tangan Nayla.
Venny tampak tau dengan mimik wajah Nayla yang terlihat sangat murung, bahwa Nayla sedang memiliki masalah.
“Akan lebih terasa lega, bila kau membaginya denganku Nay.”
“Ven, Aku— Aku sulit untuk memiliki anak. Kandunganku lemah—” Air mata Nayla mengalir dipipi.
“Heii, tenanglah. Itu masih bisa di obati— lemah bukan berarti kamu tidak bisa memilikinya bukan.” Venny menenangkan Nayla.
“Aku sudah mencoba untuk berfikir seperti itu, tapi—”
“Tapii, semalam suamiku pulang dengan keadaan mabuk. Ia meracau tak karuan, ia berkata bahwa percuma untuk menyentuhku, Aku sungguh sakit mendengar itu Venn.” Lanjut Nayla
“Nayla, suamimu hanya butuh waktu untuk menerima keadaanmu. Lagi pula, ia mengatakan itu disaat tidak sadar. Ia pasti hanya mengeluarkan keluh kesahnya, dia tidak bersungguh-sungguh. Kalian masih muda, Kalian pasti bisa memilikinnya suatu saat nanti.”
“Semogaa, Ven—”
“Heii, setiap orang pasti mempunyai masalahnya masing-masing. Aku sudah memiliki anak tapi apa kau tahu, Suamiku justru selingkuh dengan wanita lain.”
“Maksudmu, Richard?”
“Yaa, Dia berselingkuh.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Ira Susana
next
2023-12-28
1