Sendal Merah

...Gaesss, 👋🏼...

...Maafin Othor ya, 😬...

...Dari kemarin Othor update malam mulu. 😓...

...Othor izin libur buat besok ya, Othor lagi sibuk banget dirumah. 😔😢...

...Untuk kedepannya Othor janji berusaha lebih maksimal lagi dan memberikan yang terbaik. 🫡💪🏼💪🏼💪🏼...

...Terima Kasih untuk pengertiannya. 🤗...

...🤗🤗HAPPY READING🤗🤗...

...----------------...

Hari telah menunjukkan pukul 11:00 malam,

Bian tengah mondar mandir dengan perasaan gelisa.

Hari sudah sangat larut,, kenapa Nayla belum pulang juga. Gumam Bian.

Bian merasa bersalah karena telah menampar Nayla tanpa sengaja, ia terbawa amarah hingga melewati batasnya.

Sedangkan bu Siti yang telah berada di kamarnya asyik merajut seperti biasa, senyuman puas sangat amat terlihat di wajahnya.

Aku sungguh tak menyangka Bian bisa menampar Nayla hanya karena diriku, batin bu Siti.

“Tapi biarlah, dengan kejadian tadi. Aku sekarang yakin kalau anakku ternyata lebih peduli padaku di bandingkan dengan istrinya sendiri.”

Tap,

Tap,

Tap,

Suara langkah kaki yang perlahan mendekat menuju pintu, tit.. tit.. tit.. tit..

Nayla memencet sandi pintunya, dan memasuki rumah.

“Nay,” Panggil Bian yang langsung menghampiri Nayla.

Nayla hanya menunduk, ia masih belum sanggup untuk menatap Bian.

“Nay, Mas nggak sengaja. Mas bersungguh-sungguh.”

“Aku mau istirahat, Mas.”

Nayla langsung masuk ke kamar tidurnya, tak bisa di bohonngi— walaupun Nayla merasa Bian memang tak bersungguh-sungguh dengan tamparannya. Namun Nayla masih merasa takut untuk berada di dekat Bian, jelas saja— ini adalah pertama kalinya Nayla mendapatkan kekerasan pada fisiknya.

Bian yang ikut masuk kedalam kamar, berusaha untuk kembali menjelaskan perlakuannya pada Nayla— Nayla yang mengetahui itu langsung berpura-pura untuk tidur hingga membuat Bian hanya bisa pasrah dan kembali keluar.

Bian kembali duduk di sofa ruang tamu, ia merasa sedikit frustasi dengan keadaannya sekarang.

Bian tak tau harus bagaimana memperbaiki hubungan antara Ibu dan juga Istrinya.

Rasanya ini sudah sangat fatal bagi Bian.

Mengapa Nayla seperti itu pada ibu, bahkan sampai mendorong ibu. Ini pertama kalinya aku melihat sifat Nayla yang seperti ini, apa mungkin karena selama ini ibu jahat padanya. Tapi kalau memang Nayla tidak seperti itu, apa iya ibu berbohonng dengan sangat fatal— tapi, untuk apa? Aaaghhhh sakit sekali kepalaku. Ocehan Bian dalam hati sungguh sangat berkecamuk dan membuat kepalanya seperti ingin pecah.

...----------------...

Pagi hari telah menyambut, nampak Nayla sedang membuat sarapan di dapur seperti biasa.

Bian yang terbangun dari tidurnya mendengar suara pisau yang sedang memotong-motong bahan di dapur, ia duduk dan mereganggkan tubuhnya. Tubuhnya sedikit sakit karena ketiduran di sofa semalaman.

Bian memandang dalam punggung Nayla yang sedang memasak itu, Bian kembali teringat kejadian kemarin saat dia menampar istrinya.

Bahkan saat aku telah tak sengaja menamparmu, kamu masih membuatkanku sarapan seperti biasa. Gumam Bian.

“Aduuhhhh, sakit sekali.” ucap bu Siti yang baru saja keluar. Ia melihat Nayla yang tengah sibuk memasak di dapur. “Bian, badan ibu sakit sekali. Apa hari ini kamu bisa membawa ibu ke dokter? Ini pasti karena ibu terjatuh kemarin.” bu Siti sengaja menyaringkan suaranya agar terdengar oleh Nayla.

“Benarkah? Kalau begitu nanti aku izin masuk tengah hari dan mengantarkan Ibu kerumah sakit. Aku mandi dulu ya Bu."

Selepas Bian pergi kekamarnya dan mandi, bu Siti duduk perlahan di sofa.

“Aduuhhhh, sakit sekali. Ini semua gara-gara kamu!” ucap bu Siti dengan lantang.

Nayla tak menggubris ucapan mertuanya dan mulai menyiapkan makanan di meja dalam keheningannya.

Nayla semalaman tidak tertidur untuk memikirkan cara menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada Bian, dan akhirnya Nayla menyadari sesuatu. Sekeras apapun ia menjelaskan kejadian itu, bila mertuanya masih berada dirumah mereka— semua itu akan sia-sia. Bian tidak akan mungkin mempercayainya selama ada ibunya disini. Ia akhirnya memutuskan untuk tetap diam dan berusaha tenang sampai ibu mertuanya pulang nanti.

...----------------...

Apa dia akan baik-baik saja? Gumam Arnold di meja kerjanya.

“Dok… Dok…” panggil seorang wanita hingga memecahkan lamunan Arnold.

“Ii, iiyaa. Sampai mana tadi?” tanya Arnold.

“Jadi kapan pastinya kita memulai operasinya?”

“Ehhmm bentar saya lihat jadwal dulu.” Arnold melihat buku kalendernya. “Rabu depan kosong, kit mulai Rabu depan ya.” Lanjutnya.

“Baik, Dok.”

Huufftttt. Arnold bernafas lega.

Dari pagi dia tidak fokus dengan pekerjaannya, ia selalu terbayang-bayang dengan wajah Nayla.

“Kenapa kita bertemu lagi, Nay. Kenapa keadaanmu justru jauh lebih parah dari sebelumnya.” ucap Arnold.

Tak terasa tangan Arnold mengepal, ia mengingat dengan jelas luka demi luka yang ada di tubuh Nayla. Belum lagi pipinnya yang merah karena ditampar. Arnold terlihat sangat marah bila mengingat hal itu.

Dasar manusia tidak punya hati! Gumam Arnold.

...----------------...

Nayla kini sedang bersih-bersih dirumah, seperti ibu rumah tangga pada umumnya. Nayla memulai hari dengan memasak, mencuci piring, dan kini ia sedang menyapu di rumah.

Nayla melihat dengan dalam sendal yang ada didekat pintu rumahnya,

#tadi malam.

“Hari sudah sangat larut, aku harus pulang sekarang.”*

“Apa kamu, yakin?”*

Nayla mengangguk pelan,*

“Kalau kamu mau, kamu boleh menginap disini malam ini.”*

“Terimakasih untuk semua bantuannya, bukan aku nggak mau. Sebenarnya, ku akui aku memang belum ingin pulang saat ini. Hanya saja, bila aku tidak pulang sekarang. Aku nggak tau apa yang bakalan di ucapin mertuaku lagi nantinya.” jelas Nayla. “Ku harap kita tidak bertemu lagi.” lanjutnya.*

Mata Arnold sedikit membulat mendengar ucapan Nayla,*

Dia tak ingin bertemu denganku lagi? Gumam Arnold.*

“Aku pulang,” Nayla berdiri dan berjalan keluar.*

“Tunggu,” Arnold menahan tanggan Nayla. Ia menunduk didepan Nayla sembari memegang sendal jepit berwarna merah. “Pakailah, jangan sampai kakimu terluka lagi!” pinta Arnold.*

Nayla kembali kejalan pulang sembari memakai sendal itu.*

#end*

Nayla mengambil sendal itu dan menaruhnya di rak sepatu dan sendal.

Kembali ia melihat beberapa plaster di kaki dan lututnya yang sudah di obati oleh Arnold.

Nayla menggenggam erat bajunya, ia merasa malu karena bertemu dengan Arnold dalam keadaan seperti itu. Nayla sangat berharap kedepannya dia tidak bertemu lagi dengan Arnold.

Sebenarnya Nayla sangat ingin berterima kasih pada Arnold, karna Arnold telah menolongnya tadi malam. Tapi rasa malunya jauh lebih besar saat ini, Nayla mengingat dengan jelas bagaimana berantakannya penampilannya semalam. Belum lagi ia langsung menangis begitu saja di hadapan Arnold dan bahkan langsung memeluknya di tempat umum.

Tidak, tidak, tidak, semalam aku sangat bodoh. Aku tidak boleh bertemu dengannya. Ku harap dia memahami maksud ucapanku. Gumam Nayla.

“Sedang apa kau berlama-lama di depan lemari sepatu. Ambil ini!” bu Siti melempar beberapa baju kotornya hingga mengenai tubuh Nayla. “Cuci baju itu! Stock bajuku sudah hampir habis.” Titah bu Siti.

Nayla memungut baju yang telah terjatuh dari tubuhnya dan membawanya masuk tanpa sepatah katapun.

Melihat tanggapan Nayla justru membuat bu Siti geram. Ia langsung menarik rambut Nayla.

“Aawww” Nayla kesakitan dan ikut memegang tangan bu Siti yang sedang menggenggam kasar rambutnya.

“Dasar mandul! Berani-beraninya kamu tak menjawab ucapanku hahhh. Apa semenjak anakku menamparmu kau menjadi bisu. Iyaa!” bu Siti semakin mencengkram erat rambut Nayla hingga Nayla kesakitan. “Sudah ku katakan berkali-kali jangan macam-macam padaku, jelas saja aku akan membuat hidupmu seperti di neraka. Perempuan bodoh!” ia mendorong kepala Nayla hingga Nayla terjatuh di lantai dan meninggalkannya begitu saja.

Terpopuler

Comments

Enok Wahyu.S GM Surabaya

Enok Wahyu.S GM Surabaya

pasang cctv aja Nayla scr diam2, jadi ada bukti kekerasan Bu Siti sama kamu..n dia g bisa mengelak

2024-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!