Jurus Yang Aneh

“Bos, mereka tidak bisa membayar hutang. Jadi aku membawa jaminan berharga,” ucap pria tinggi kurus sambil menurunkan Ellie hingga dia terjatuh.

Bosnya yang berbadan gemuk, memakai jas putih nan rapi, cerutu yang selalu terselip di bibirnya, dan kepala yang botak melihat tajam ke arah Ellie. Tetapi Ellie tidak takut. Dia malah menatap tajam balik bos tersebut.

“Hei anak gadis, tidak baik menatap tajam ke seseorang yang memberi pinjaman kepada orang tuamu. Aku ini Bossman,” ucap Bossman.

Ellie tidak menjawab. Dia tetap menatap tajam ke arah Bossman.

“Bocah, sopan sedikit sama Bossman,” kata pria tinggi kurus.

“Sudah biarkan, Salino.Dia tidak akan membahayakan kita,” sahut Bossman.

“Kenapa orang-orang miskin selalu merepotkan?” Salino lalu membuang ludah.

Sekarang Ellie menatap tajam ke arah Salino.

“Hei bocah, jangan menatapku seperti itu. Kau tahu tatapanmu itu menjijikkan.”

“Dan kelakuanmu juga sama menjijikkannya,” balas Ellie.

Salino naik pitam. Dia mengangkat Ellie dan hendak memukulnya.

“Salino!” panggil Bossman, “Hentikan. Memukul anak-anak adalah perbuatan hina.”

Salino lalu menurunkan Ellie.

“Jadi, akan kita apa kan anak ini, Bos?” tanya Salino.

“Kau kurung dia di ruangan. Kita tunggu orang tuanya datang.”

Salino hanya tersenyum menyeringai.

***

Berna terus berjalan dengan tangan mengepal dan wajah penuh amarah. Sementara Zaru mengikutinya dari belakang sambil terus membujuk Berna agar tidak ikut campur.

“Berna, kau tidak akan menang melawan mereka,” kata Zaru.

“Kalau tidak dicoba, ya tidak akan tahu.”

“Kita ini hanya anak kecil. Kalau melawan orang dewasa, itu lawan yang tidak akan imbang.”

“Bagaimana pun hasilnya, aku akan tetap menyelamatkan Ellie.”

“Kenapa kamu begitu peduli dengan Ellie?”

Pertanyaan Zaru membuat Berna berhenti berjalan. Dia lalu berbalik dan menatap Zaru.

“Karena dia orang pertama yang menganggapku ada dan memujiku,” jawab Berna sambil berbalik

dan kembali berjalan.

“Ta..tapi,” Zaru kembali mengikuti Berna dari belakang.

“Katakan padaku berapa hutang orang tuamu.”

“Sekitar seratus ribu.”

“Banyak sekali.”

“Baru dibayar dua puluh ribu.”

Tiba-tiba Berna berhenti lalu berkata, “Aku ingin bertanya satu kali lagi. Di mana tempat para

penagih hutang itu?”

“A...aku tidak tahu persisnya. Tapi aku pernah dengar percakapa ayah dan ibuku. Si pemberi hutang itu tinggal di selatan desa Robutani. Ayahku sering menyebutnya Bossman kalau sedang membicarakan hutang dengan ibuku,” jawab Zaru.

“Itu informasi yang berharga. Sekarang, aku ingin ke sana. Jika kau tidak mau ikut, kau pulang saja.”

Zaru ragu. Di satu sisi dia takut. Tapi di sisi lain, dia juga harus menyelamatkan adiknya.

“Tidak. Aku akan ikut. Sebagai seorang abang, aku harus menyelamatkan adikku,” tegas Zaru.

“Kalau begitu ayo kita ke sana.”

Mereka berjalan kaki selama tiga puluh menit. Berna sempat bertanya kepada warga sekitar. Tetapi kebanyakan warga malah tidak mau menjawab. Mendengar nama Bossman saja, mereka langsung ketakutan. Akhirnya dengan terpaksa, Berna mengancam salah satu warga untuk memberi tahu di mana Bossman. Sampailah Berna dan Zaru di sebuah rumah mewah dengan gerbang besi berduri.

“Besar sekali,” ucap Zaru.

“Tak lebih besar dari rumah orang tua angkatku,” kata Berna sambil menempelkan telapak tangan kanannya di gerbang besi itu.

Seketika telapak tangan kanannya mengeluarkan cahaya dan gerbang besi itu pun berlubang.

“Trik sulapmu semakin hebat,” puji Zaru.

Berna lalu masuk dan terlihat hamparan taman yang ditumbuhi rumput yang bagus. Ketika sampai di depan pintu, tanpa bilang permisi Berna langsung menempelkan telapak tangan kanannya di pintu itu. Dan pintu besi itu tiba-tiba bengkok sehingga dia bisa melihat ke sebuah ruangan dengan pencahayaan yang redup.

“Aku ke sini mencari orang yang bernama Bossman!” kata Berna dengan nada yang tinggi dan tegas.

Orang-orang yang ada di ruangan itu seketika melihat ke arah Berna dan Zaru. Mereka para pria yang berbadan besar.

“Beraninya seorang anak kecil masuk ke sini,” ucap salah satu pria.

“Hei bocah, lebih baik kau pulang, minum susu lalu tidur siang,” sahut salah satu pria yang lain.

Seketika para pria itu tertawa terbahak-bahak.

“Aku tidak akan tidur siang sebelum menyelamatkan Ellie,” Berna lalu berlutut dan menempelkan kedua telapak tangannya di lantai. Seketika lantai tersebut berubah menjadi lembek dan mengikat semua pria itu lalu mengeras lagi.

Berna lalu merogoh kantung celananya dan memakai saung tangan putih dan memakainya di tangan kanannya. Dia mendekat ke salah satu pria yang badannya tidak bisa bergerak karena diikat oleh lantai yang mengeras tadi.

“Katakan padakudi mana Bossman?” tanya Berna sambil mengangkat tangan kanannya dan bersiap menjentikkan jari.

“Ba...bagaimanabisa?”

“Mau jawab, atau tidak?” Berna mengancam.

“Aku sudah bersumpah setia dengan Bossman,” jawab pria itu.

Berna lalu mundur dan dia mengayunkan tangan kanannya sambil menjentikkan jari. Seketika pria itu terbakar api seolah tangan Berna seperti pemantik. Pria itu meronta-ronta karena kepanasan dan akhirnya mati terpanggang.

“Berna, apa yang kau lakukan?” tanya Zaru.

“Aku hanya memberi pelajaran kepadanya,” jawab Berna.

Zaru sekarang ketakutan melihat Berna. Dai kini sadar bahwa yang dikuasai oleh Berna bukanlah trik sulap.

“Ada yang tidak mau jawab lagi?” tanya Berna kepada semua pria sambil mengangkat tangan kanannya dan bersiap menjentikkan jari.

“Di...dia ada di lantai tiga,” sahut salah seorang pria.

“Bagus, berarti dia ada di sini,” Berna langsung berlari menuju tangga.

“Berna, tunggu!” Zaru juga berlari mengikuti Berna.

Mereka berlari melewati lorong yang agak gelap lalu menaiki tangga lagi dan sampailah di lantai tiga di depan pintu ganda yang besar.

“Ini pasti tempat Bossman itu,” kata Berna.

“Aku malah tambah takut,” kaki Zaru sekarang mulai gemetar karena ketakutan.

“Tenang, aku akan melindungimu.”

Berna menempelkan telapak tangan kanannya di pintu ganda itu. Seketika pintu ganda

itu berubah menjadi debu. Bossman dan Salino yang sedang berada di dalam pun kaget dan melihat ke arah pintu ganda itu.

“Siapa itu?” tanya Bossman.

“Aku Berna. Ingin mencari orang yang bernama Bossman,” jawab Berna dengan tatapan yang tajam.

Salino yang melihat ke arah pintu tiba-tiba kaget karena dia melihat Zaru.

“Kau,” Salino menunjuk ke arah Zaru.

Zaru malah ketakutan dan bersembunyi di balik tembok. Sementara itu Berna masih berdiri dengan tatapan tang tajam.

“Kau kenal, Salino?” tanya Bossman.

“Anak di balik tembok itu kakaknya anak perempuan yang aku bawa,” jawab Salino.

“Dan anak lelaki dengan tatapan tajam ini siapa?”

“Aku tidak kenal.”

“Bagaimana bisa dia menghancurkan pintu? Dan bagaimana bisa dia bisa sampai ke lantai tiga? Di mana para anak buahku?” banyak pertanyaan yang terbesit di kepala Bossman.

“Anak buahmu aman. Tapi aku minta maaf karena aku membunuh satu anak buahmu,” sahut Berna.

“Apa?” Salino terkaget.

“Salino, sepertinya dia bukan anak sembarangan,” kata Bossman.

“Dia punya jurus yang aneh,” Salino terus menatap Berna.

“Kau bisa atasi?”

“Bukankah kata Bos memukul anak-anak adalah perbuatan yang hina?”

“Ya. Untuk anak-anak yang tidak berbahaya. Tetapi dia, anak yang berbahaya.”

“Untuk pertama dalam hidupku, aku ingin membunuh anak-anak,” Salino tersenyum menyeringai.

Di balik tembok, Zaru mengintip ke dalam.

“Berna, kau bisa bertarung?” tanya Zaru sambil berbisik.

“Tidak. Tapi aku menguasai hal lain yang mungkin bisa mengalahkan pria bertopi bundar itu,” jawab Berna,

“Besar juga nyalimu, bocah,” sahut Salino.

Salino lalu memejamkan matanya kemudian dia membuka matanya kembali. Seketika dia berlari lalu memutar badan dan melayangkan tendangan kaki kanan. Dengan cepat Berna menunduk dan menempelkan kedua telapak tangannya di lantai. Seketika lantai di depannya terangkat dan tembok baru muncul dari bawah lantai sehingga tendangan Salino mengenai tembok itu.

“Sial!” Salino lalu melompat ke belakang.

“Bagaimana bisa?” sahut Salino.

“Sudah aku bilang bocah itu memiliki jurus yang aneh.”

Tiba-tiba lantai di bawah kaki Salino terangkat dengan cepat. Tetapi dia berhasil melompat menghindar dan lantai itu membentur plafon dan membentuk seperti tiang persegi yang menempel dari lantai hingga plafon..

“Bahaya sekali tadi. Kalau aku tidak hati-hati,” ucap Salino dalam hati.

“Salino, kalau kau bisa membunuh anak itu, aku akan berikan apa pun yang kau mau,” sahut Bossman.

Salino hanya tersenyum. Kemudian Bossman berdiri dan berjalan ke belakang membuka pintu dan masuk ke ruangannya.

“Aku akan serius padamu, bocah!” teriak Salino.

“Aku tak peduli,” balas Berna.

Tak berapa lama, Berna berlari ke samping ruangan, melompat, mengayunkan tangan kanannya lalu menjentikkan jari dan muncullah percikan api di tangannya yang menyambar ke arah Salino. Tetapi Salino berhasil menghindar dan Berna pun berguling-guling di lantai lalu dia menempelkan tangan kiriknya ke lantai sehingga di depannya muncul tembok untuk mleindunginya.

“Hem, jadi kau mau mengajakku bermain petak umpat?”

Salino berlari dengan cepat ke arah samping tembok yang melindungi Berna. Tetapi ketika dia akan menyerang dengan kaki kanannya, Berna sudah tidak ada.

“Sial, pergi ke mana dia?” gumam Salino.

“Di belakangmu!” teriak Berna sambil berlari dan melayangkan pukulan tangan kanan.

Salino berbalik tapi dia tidak bisa menghindar sehingga serangan Berna tak bisa dia hindari. Berna tidak memukul melainkan meletakkan telapak tangan kanannya di dada Salino. Seketika dada Salino mengeluarkan api dan segera dia buka jasnya.

“Jurus apa yang kau gunakan?” tanya Salino setelah melepaskan jasnya yang sekarang sudah menjadi arang di lantai.

“Alkemis adalah ilmu dekonstruksi, kombinasi, dan rekonstruksi segalanya. Logam, daging, api,

tanah, bahkan jiwa,” jawab Berna dengan tatapan yang tajam.

“Ini akan menarik,” Salino tersenyum menyeringai.

Salino lalu melepaskan topi bundarnya sambil memejamkan mata. Berna juga bersiap. Pertarungan mereka yang sebenarnya baru akan dimulai.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!