“Baiklah, Grandpa dan Grandma memang bisa sadar kembali kapan saja. Begitu juga dengan putrimu yang bisa pergi kapan saja karena sikap tidak peduli mu selama ini. Apakah kau masih bisa merasa bahagia jika putrimu yang tersisa sudah tidak ada lagi di dunia ini seperti putrimu yang satunya,” imbuh Zhia yang nada bicaranya kini perlahan mulai turun.
Lucia tercekat, dia tidak bisa membalas perkataan dari Mamahnya sedikitpun. Hatinya terasa sakit seolah ribuan pedang menancap di dalam hatinya saat mendengar perkataan Mamahnya.
Kini Lucia benar-benar tersadar akan sikapnya yang selalu mengutamakan keadaan Noland dan Julia di atas segalanya, bahkan putrinya sendiri yang baru saja mengalami kecelakaan dan sampai hilang ingatan.
Sementara Rayden dan Levi memilih diam, keduanya sudah pasti takut terkena imbas dari kemarahan Zhia jika ikut campur. Bahkan satu kalimat saja keluar dari mulut mereka, maka sudah pasti akan berdampak buruk dan omelan panjang lebar dari Zhia. Lebih baik memilih diam setidaknya sampai pada waktu yang tepat mereka bisa ikut campur
“Lucia… Mamah tidak pernah melarang mu untuk merawat Grandpa dan Grandma sendirian seperti ini. Namun, seharusnya kau tidak pernah melupakan putrimu sendiri yang juga sangat membutuhkan perhatianmu, kasih sayangmu dan cinta darimu sebagai ibunya,” ujar Zhia mencoba menyadarkan putrinya itu.
“Coba sekarang kau bayangkan, Lucia! Bagaimana jika Shea tidak selamat dalam kecelakaan itu? Bagaimana jika saat itu, Shea menghembuskan napas terakhirnya di pelukanmu. Apa kau bisa membayangkan penyesalan seperti apa yang akan kau rasakan seumur hidupmu, jika hal itu terjadi.” Zhia kembali mencecar putrinya sendiri dengan kemungkinan buruk yang tidak pernah Lucia bayangkan selama ini.
“Apa sekarang kau ingat? Waktu seperti apa yang kau habiskan bersama putrimu selama ini?”
Degh …
Pertanyaan Zhia kali ini bagaikan pukulan telak bagi Lucia. Ya, Lucia tidak tahu apapun tentang putrinya bahkan dia selalu melupakan bahwa dia pernah melahirkan putri yang begitu cantik dan hebat. Lucia hanya selalu teringat dengan kecelakaan yang menimpa Kakek Roman, Noland dan Julia pada hari dan melupakan fakta pada hari yang sama putrinya yang selalu dia nantikan juga terlahir di hari yang sama.
Tapi yang Lucia ingat tentang putrinya hanya rasa sakit saat melahirkan dan hampir kehilangan yang luar biasa sakit dan menghancurkan kehidupan bahagianya.
Hari dimana dia kehilangan salah satu putrinya, kehilangan Kakek Roman dan hampir kehilangan Noland dan Julia pada waktu yang bersamaan. Kejadian 13 Tahun lalu yang penuh luka dan menghancurkan semua kebahagiaannya.
Flashback On….
Setelah pernikahan Luca dan Ashlyn, Levi dan Lucia memang memutuskan untuk kembali ke Negara K. Sebab banyak pekerjaan yang harus Levi selesaikan di perusahaan mengingat selama mereka mengurus permasalahan Luca di Negara H, Levi sama sekali tidak memperhatikan urusan perusahan. Levi harus menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum waktunya Lucia melahirkan.
Awalnya semua memang berjalan seperti biasa, Lucia yang selalu bersikap manja dan Levi yang akan dengan senang hati memanjakannya. Keduanya sama-sama tidak sabar menanti kehadiran buah hati mereka.
Rayden, Zhia, Noland, Julia bahkan Triple R dan yang lainnya juga sering menginap di kediaman Zaen Der karena tidak ingin melewatkan kelahiran bayi kembar Lucia dan Levi.
Namun, semua kebahagian itu berakhir ketika hari kelahiran dua bayi kembar itu tiba. Di tengah gelapnya malam dan derasnya hujan badai. Lalu bersamaan dengan kepergian Rayden, Zhia, Kakek Roman, Noland, Julia dan Triple R yang tengah menghadiri sebuah pesta salah rekan bisnis mereka yang memang berada di Negara K.
Levi dan Lucia hanya tinggal berdua di Mansion kediaman Zaen Der, hanya ditemani pelayan dan pengawal saja. Lucia yang tengah asyik menonton film kesukaannya dengan bersandar di dada sang suami, tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya.
Tak lama kemudian, air mengaliri begitu saja membasahi bagian bawahnya. Ya, air ketuban Lucia pecah begitu saja bersamaan dengan rasa sakit luar biasa yang menerpa perutnya.
“Argh…” Lucia merintih dan meringis kesakitan sambil mencengkeram lengan Levi kuat, ketika rasa sakit itu datang mendera perutnya.
“Sayang, apa yang terjadi padamu?” tanya Levi dengan panik, sebelum dia menyadari air ketuban Lucia yang sudah pecah.
“Argh… Bee, air ketubanku sudah pecah! Sepertinya aku akan melahirkan sekarang. Cepat kita harus pergi ke rumah sakit. Argh…”
Lucia memberi arahan pada suaminya disela rintihan rasa sakit yang terus terasa pada bagian perutnya. Levi yang panik pun segera menggendong Lucia masuk ke dalam mobil. Tidak lupa Levi menyuruh salah satu pelayan di sana untuk mengambil perlengkapan bersalin yang sudah mereka siapkan jauh hari.
Tanpa buang waktu, Levi dan Lucia melesat menuju ke rumah sakit dengan seorang supir yang mengemudi malam itu. Tidak peduli derasnya hujan malam itu, Levi tetap menyuruh sang supir untuk segera pergi ke rumah sakit dengan aman.
Sementara Levi sendiri terus berusaha menenangkan Lucia agar bisa bertahan sampai mereka tiba di rumah sakit. Tidak lupa, Levi juga menghubungi yang lainnya dan memberitahukan bahwa Lucia akan segera melahirkan dan mereka sedang dalam perjalanan rumah sakit.
“Halo, Levi! Ada apa?” tanya Rayden begitu menerima panggilan telepon dari menantunya itu.
“Pah, sepertinya Lucia akan segera melahirkan saat ini juga. Air ketubannya sudah pecah dan saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju ke rumah sakit,” jawab Levi disela kepanikannya menenangkan istrinya yang terus merintih kesakitan.
“Apa!” teriak Rayden karena terlalu terkejut.
“Papah dan yang lainnya akan segera menyusul ke rumah sakit sekarang juga.” Sambung Rayden yang kemudian langsung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
“Ada apa, Ray?” tanya Papah Noland yang terlihat ikut khawatir ketika mendengar Rayden menyebutkan kata rumah sakit. Yang lainnya pun menatap Rayden, menunggu jawaban atas pertanyaan Noland yang mewakili mereka semua.
“Lucia sepertinya akan segera melahirkan, Pah! Saat ini mereka sedang perjalanan menuju ke rumah sakit,” jawab Rayden.
“Astaga, ternyata cicitku sudah mau lahir. Kalau begitu kalian pergi saja duluan, Papah dan Mamah yang akan berpamitan pada Tuan Carlos mewakili kalian. Cepatlah kalian pergi, kami akan segera menyusul kalian ke rumah sakit,” ujar Julia yang tidak enak kalau harus meninggalkan pesta itu begitu saja.
“Iya, kalian pergi saja duluan! Kami akan segera menyusul,” imbuh Noland yang disetujui oleh Kakek Roman yang sepertinya akan ikut mobil Noland dan Julia seperti saat mereka berangkat.
“Baiklah! Ray, Zhia dan anak-anak akan ke rumah sakit lebih dulu. Kalian berhati-hatilah dalam perjalanan, karena hujan badai masih berlangsung di luar,” pesan Rayden pada ketiganya dan setelah itu mereka berlalu pergi.
^^^Bersambung, ....^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
putrie jogya
sampai sini gw masih bing Ada kakek roman , trs nolan dan julia itu siapa?? dr awal cm di sebut nolan & julia g ada keterangan siapa 2 org itu
2024-09-17
0
Yaser Levi
terlalu lebay..masa orang mau melahirkan aja..panik kek anaknya sakaratul maut...itu berita bahagia knp panik ke dikejar malaikat mau..hadeuh
2024-04-19
0
Susi Bule
akhirnya kenangan yang menyakitkan itu di ingatkan lagi oleh zhia karena emosi yang sudah lama di pendam terhadap anak dan menantu nya V-Luc
2024-03-18
0