“Sial, kenapa dia menjadi begitu kuat! Padahal dia hanya bocah yang hanya tahu ketakutan selama ini,” umpat preman yang kesulitan menarik cambuknya dari tangan Shea.
“Yakh, … Kalian kenapa hanya diam! Cepat bantu aku,” bentak preman itu yang akhirnya meminta bantuan yang lainnya.
Namun, sebelum preman yang lainnya hendak menyerang dan menangkap Shea lagi. Dengan gerakan cepat dan kuat, Shea menarik cambuk itu hingga kini berada di tangannya.
Tidak hanya berhenti sampai di situ saja, Shea juga langsung menyerang para preman hanya dengan menggunakan sebuah cambuk. Akan tetapi, Shea merasa belum puas dengan senjata miliknya sampai dia melihat salah satu preman memiliki senjata api yang dia butuhkan.
Sambil menghajar para preman satu persatu, Shea akhirnya mendapatkan senjata yang bisa menjamin keselamatannya. Melihat kejadian barusan, bukan hanya pra preman saja yang terkejut tapi semua anak di dalam ruangan itu juga sangat terkejut melihat Shea yang mereka kenal sebagai Lucy memiliki kemampuan bela diri yang begitu hebat dalam sekejap pelariannya.
“Duduk di sana! Atau aku tidak akan segan meledakkan kepala kalian dengan senjata ini!” ancam Shea pada para preman yang berhasil di takluk olehnya.
“Ba-baiklah! Tapi tolong jauhkan senjata itu dari kami!” pinta salah satu preman yang terlihat ketakutan ketika Shea menodongkan senjatanya tepat di depan kepala.
Shea pun memeriksa isi peluru di dalam senjata tersebut untuk memastikan jumlahnya. Shea cukup terkejut melihat isinya yang masih full yang menandakan bahwa para preman itu sama sekali belum pernah menggunakan senjata api.
“Ck, … Ternyata hanya preman bodoh!” gerutu Shea.
Berbeda dengan Shea yang telah mempelajari semua jenis bela diri, senjata dan bahkan rakitan bom. Sejak kecil Shea memang lebih menyukai dunia mafia, dia mempelajari berbagai jenis bela diri dan bahkan memenangkan banyak perlombaan untuk menari perhatian kedua orang tuanya.
Meski hasilnya percaya, baik Mommy maupun Daddy hanya mengucapkan kata selamat seolah tidak memiliki kesan apapun. Hingga akhirnya Shea meminta Jack, orang kepercayaan Levi dalam klan secara langsung untuk mengajarinya menggunakan berbagai macam senjata yang ada di gudang markas utama klan.
“Okay, aku tidak akan melukai kalian lagi atau pun membunuh kalian! Asal kalian semua menjawab pertanyaanku dengan jujur! Mengerti?” ujar Shea yang malah memainkan pistol di tangannya dengan santai. Para preman itu pun mengangguk takut, antara takut pada Boss besar mereka atau mati di tangan bocah 13 tahun.
“Pertama, jelaskan kenapa kalian menyeret aku ke tempat menjijikan seperti ini?”
Pertanyaan pertama Shea mulai tanyakan, tapi para preman itu malah diam dan hanya saling melempar pandangan satu sama lain. Shea mendengus kesal atas sikap diam mereka, mencoba mengatur amarahnya akan tidak membunuh orang bodoh di depannya.
“Apa kalian sudah bosan hidup sekarang? Atau kalian masih belum mengerti dengan ucapanku sebelumnya, Hah?”
Sungguh sosok Shea yang sedang marah terlihat seperti Levi dan Lucia yang di satukan, hingga membuat orang yang berhadapan langsung dengannya merasa takut meski sebenarnya Shea terbilang masih gadis remaja.
“To-tolong jangan bunuh kami!” pinta para preman itu yang tak berani menatap langsung mata tajam Shea.
“Kami hanya menuruti apa yang Boss besar perintahkan saja untuk menyuruhmu meretas data mereka,” terang salah satu preman itu yang akhirnya mulai buka mulut.
“Mengapa hanya perusahaan dan klan itu, _… “
“Tidak! Aku ralat pertanyaannya. Siapa Boss kalian!”
Benar, tidak mungkin sekelompok anak buah yang bodoh ini bisa mengetahui alasan di balik perintah tersebut. Sehingga Shea lebih baik menanyakan siapa dalam di balik perintah tersebut agar dia juga bisa merencanakan langkah selanjutnya.
“Ka-kami tidak tahu siapa Boss besarnya sebenarnya, karena kami hanya menerima perintah dari orang kepercayaannya saja,” jawab salah satu preman itu.
“Siapa nama orang itu?” tanya Shea lagi.
“Tu-tuan Frank yang selalu memberikan perintah pada kami melalui sambungan telepon,” jelas preman itu lagi.
“Aish, … Percuma saja aku mengetahui namanya kalau aku tidak mengetahui orangnya,” gerutu Shea yang merutuki kebodohannya sendiri.
Sampai Shea menyadari tentang keberadaan anak-anak yang hampir sebaya dengannya yang kini menatap dirinya penasaran. Shea lagi-lagi tersadar bahwa mereka mengenalnya bukan sebagai Shea, melainkan gadis yang sangat mirip dengan dirinya.
“Apa ada yang bisa menjelaskan siapa aku di sini?” tanya Shea pada siapapun yang bersedia menjelaskan tentang identitasnya saat ini atau identitas gadis yang sangat mirip dengannya.
“Lucy, apakah kau lupa dengan dirimu sendiri? Apakah mereka memukul kepalamu begitu keras, hingga membuatmu sampai hilang ingatan seperti ini?” cecar salah seorang remaja laki-laki yang sepertinya lebih tua beberapa tahun dari Shea atau gadis yang di kenal bernama Lucy.
“Jadi namaku Lucy?” gumam Shea.
“Namanya hampir mirip dengan nama Mommy!” batin Shea yang merindukan Mommynya tanpa sadar.
“Emm, … Sepertinya begitu! Jadi, bisakah kalian memberitahu aku tentang diriku sendiri yang kalian kenal?”
Entah apa yang tengah Shea bicarakan, dia sendiri juga bingung harus mengenalkan dirinya sebagai Shea atau berpura-pura menjadi Lucy. Namun, jika ingin menggali lebih banyak informasi di tempat itu maka Shea harus menjadi Lucy untuk sementara waktu.
“Tunggu! Jika aku di bawa ke sini, apakah gadis itu sekarang bersama dengan Daddy dan Mommy? Atau malah dia tetap melarikan diri ke tempat lain? Apakah Daddy dan Mommy akan mencariku?” batin Shea yang tiba-tiba teringat dengan Lucy dan kedua orang tuanya.
“Lucy, kau baik-baik saja, bukan?” tanya remaja laki-laki itu yang menyadarkan Shea dari lamunannya.
“Ya, aku baik-baik saja! Tapi siapapun tolong jelaskan padaku tentang Lucy, _… Maksudnya jelaskan tentang diriku.”
Shea harus mengetahui lebih dahulu tentang gadis yang sangat mirip dengannya, sebelum dia menjalankan perannya sebagai Lucy. Sontak semua orang di dalam ruangan itu menatap Shea dengan tatapan curiga dan sebagian ada yang menatapnya sedih, tapi Shea tidak memperdulikan semua itu. Dia hanya membutuhkan tentang identitas Lucy saat ini.
“Lucy, apa kau juga tidak mengenal kami semua yang ada di sini?” tanya remaja laki-laki itu dan di balas dengan gelengan kepala dari Shea.
Tampak remaja laki-laki itu menghela napas cukup panjang, lalu berkata, “Namaku Noah, dan ini kedua adikku Neil dan Aubrey. Apa kau sama sekali tidak mengenal kami?”
Shea yang memang baru bertemu dengan mereka tentu saja langsung menggelengkan kepala sebagai jawabannya. Namun, Shea tidak ingin terlihat bodoh di tempat itu. Shea harus mengambil alih kekuasaan di sana agar memudahkan dia mencari informasi yang dia butuhkan.
“Jangan berputar-putar! Jelaskan saja tentang diriku yang kalian kenal selama ini!” ujar Shea penuh penekanan di setiap katanya.
^^^^^^Bersambung, ....^^^^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
ᎪᎡᏦᎪΝᎪ
kayaknya emang dulu kembarannya shea sengaja di culik sama orang yang menyukai Lucia deh, makanya dikasih nama Lucy
2024-11-10
0
LENY
SHEA PINTER OTAKNYA DSN BELA DIRI JG KEREN MANTAP SHEA
2024-10-09
1
Arsyad Al Ghifari 🥰
jadi Shea menuruni sifat Levi yang di sebut sebagai dewa kematian
2024-06-03
0