Di ruang tamu sederhana, di tempat tinggal Tiara. Suasana tampak canggung.
"Benar dengan Pak Dito, ayah dari nak Tiara?" tanya Pak Seno dengan sopan mengawali pembicaraan. Di kesempatan kali ini dia sudah mempersiapkan diri bagaimana cara mendapatkan hati keluarga Tiara. Beliau tahu betul jika uang tidak mau akan mengatasi masalah ini dengan mudah. Sungguh dia tidak ingin Alex masuk ke dalam penjara.
"Benar saya Dito dan ini istri saya namanya Susi, tadi istri saya sempat cerita mengenai kedatangan Ibu Rani ke sini siang tadi," sahut pria berpeci hitam itu tak kalah sopan dari Pak Seno.
"Iya siang tadi istri saya sempat ke sini, nama saya Seno Abraham, istri saya Rani, dan Putra saya Dirga xavier Abraham." Pak Seno menunjuk satu persatu anggota keluarganya. "Dan yang aling ujung adalah Tommy," imbuhnya.
"Salam kenal," jawab Pak Dito seraya menatap satu persatu orang yang ditunjuk oleh Pak Seno.
"Baik Pak saya tidak akan berbahasa-basi lebih lama lagi. Jadi kedatangan kami ke sini dengan tujuan yang baik yaitu berniat melamar anak bapak yang bernama Tiara Andita, untuk menjadi istri dari anak kami yaitu Dirga, apa bapak menerima lamaran dari kami?" tutur Pak Seno dengan tatapan yang sangat meyakinkan.
Pak Dito tidak segera menjawab. Ia belum mendengar apapun perihal lamaran ini dari Tiara. Dan selama ini yang ia tahu, Tiara tidak pernah dekat dengan pria manapun termasuk pria bernama Dirga yang duduk di hadapannya.
"Jujur saja saya terkejut dengan tujuan bapak Seno dan Ibu Rani datang ke sini, untuk jawabannya bapak bisa dengar di sendiri dari Tiara emmm-- Tiara apa kamu bersedia menerima lamaran dari anak Pak Seno?" tanya Pak Dito seraya menoleh ke arah Tiara yang sejak tadi lebih sering diam dan menunduk.
"Bapak Seno, dan Ibu Rani saya ke belakang sebentar nanti saya beri jawaban," ujar Tiara yang memang belum mempersiapkan jawaban apapun. tak sedetik pun ia menoleh ke arah Dirga. jangankan menoleh dan menatap wajahnya berada di ruangan yang sama pun rasanya gerah.
Tiara beranjak dari duduknya dan bergerak meninggalkan ruang tamu ke arah dapur. Pak Seno dan Bu Susi yang mengira kalau Tiara ingin buang air kecil, tidak menaruh curiga sama sekali.
"Pak Dito saya mau ke belakang mau ke kamar mandi," izin Dirga.
"Iya Nak Dirga silakan," ujar Bu Susi. "Kamu ke belakang nanti di dekat dapur di situ ada kamar mandi," katanya seraya memberi arahan.
"Terima kasih, Bu." Dirga beranjak dari duduk dan mengikuti Tiara yang berjalan menuju ke arah dapur.
"Apa kamu mau coba kabur!" tuduh Dirga seraya meraih tangan Tiara.
"Kalau iya kenapa?" jawab Tiara dengan pelan. Jujur ia takut bertemunya dengan Dirga! Pria itu adalah pelaku dan dirinya adalah korban.
"Kamu tidak akan bisa kabur dariku, aku akan mengejarmu walau ke ujung dunia, ke neraka sekalipun aku akan mengejarmu!" Dirga meraih kedua tangan Tiara dan ia kembali berhasrat. dia kembali berhasrat dan ingin bercinta dengan Tiara tapi tatapan mata Tiara yang ketakutan membuat Dirga merasa muak.
"Memangnya aku takut? Aku tidak takut sama sekali, kalau kamu masih tidak bisa sopan padaku aku akan melaporkanmu ke polisi dan memasukkan mu penjara. Bukan hanya kamu yang hancur, orang tuamu, perusahaanmu, dan semua karyawanmu akan menjauhimu," ancam Tiara. Entah dari mana kekuatan untuk menjawab ancaman Dirga, yang jelas ia ingin melawan Dirga. Pria seperti itu tidak boleh semena-mena.
"Silakan saja laporkan aku ke polisi, tapi bukan hanya aku yang hancur. Aku pastikan akan menghancurkanmu dan kedua orang tuamu, aku juga tidak takut!" balas Dirga dengan ekspresi santai, meski hatinya tidak begitu.
"Baik aku akan lapor sekarang!" Tiara meraih ponsel dari saku celananya.
"Tunggu!" cegah Dirga.
"Apa?"
"Jangan laporkan aku ke polisi aku mohon aku yang salah aku yang sudah memaksamu dan merenggut keperawananmu aku salah jangan laporkan aku ke polisi," lirih Dirga memohon. Keadaan perusahaan sedang tidak stabil. Kalau sampai dirinya dipanggil polisi bisa berdampak buruk. Perusahaan dan investor akan membatalkan kerja sama sebelah pihak.
"Baik aku tidak akan melaporkanmu ke polisi, tapi kalau bisa aku tidak ingin melihatmu lagi di dunia ini Pak Dirga!" balas Tiara.
Dirga membuang nafas kesal. Bagaimana tidak, dia seolah diusir. Dan Tiara adalah satu-satunya manusia yang berani mengusirnya. Lebih parahnya, dia satu-satunya wanita yang bisa membuat Dirga bergairah. Bisa membuat Dirga menjadi seorang lelaki seutuhnya.
"Niatku datang ke sini adalah meminta maaf dan melamarmu sebagai pertanggungjawaban dari perbuatan tercela yang aku lakukan Tiara. Maukah kamu menjadi istriku." Dirga sekuat tenaga menahan emosinya. Dia tidak boleh marah. Dia harus membawa Tiara ke dalam rumah sebagai istri, baru merasa aman.
"Aku rasa Pak Dirga bisa memahami apa ucapanku tadi, aku tidak ingin melihat Pak Dirga lagi. Dan tolong lepaskan aku!" Tiara berusaha mengurai kedua tangannya yang berada dalam genggaman Dirga.
"Tiara dengarkan Aku, tolong terima lamaranku menikahlah denganku dan aku akan menuruti semua keinginanmu. Tolong." Dirga hampir bersujud di hadapan Tiara. yang merasa terancam kalau benar-benar Tiara melaporkannya ke polisi dan dia masuk ke penjara, Dirga tidak bisa membayangkan itu.
"Tidak," jawab perempuan itu dengan tegas.
"Tolong, aku. Aku akui aku salah, tapi ini bukan hanya untuk aku tapi untuk mamaku juga. Mama memaksaku agar aku menikahi mu. Bertanggung jawab. Anggap saja ini sebagai pertanggungjawabanku yang sudah menodaimu," bisik Dirga tetap memohon. Dia pintar sekali bersandiwara mungkin pantas mendapatkan piala awards.
Tiara diam sejenak lalu berpikir.
"Baik aku akan menerima lamaranmu, Pak Dirga! Tapi sebelum terjadi pernikahan, aku akan mengajukan beberapa syarat dan kalau syarat itu tidak terpenuhi aku akan membatalkan pernikahan dan tentu saja melaporkan Pak Dirga ke polisi." Tiara yang sebenarnya trauma berdekatan dengan Dirga berusaha menguasai keadaan setidaknya ia tidak di sini sendirian. Ada kedua orang tuan yang berada di ruang tamu. Kalau Dirga macam-macam ia bisa berteriak minta tolong.
"Tentu saja Tiara, aku akan menyanggupi apapun syarat darimu bukan hanya aku. Papa dan Mamaku pasti juga akan menyanggupi semua syarat yang kamu ajukan. Kalau begitu, ayo kita keluar sekarang. Katakan pada Papa dan Mamaku kalau kamu menerima lamaranku," ajak Dirga. iya sendiri tidak menyadari kalau sikap angkuhnya hilang tiba-tiba.
"Pak Dirga lepaskan tanganku!" pinta Tiara seraya melangkah ke belakang.
"Iya Tiara, aku akan melepaskan tanganmu." Dirga mengurai genggaman tangannya.
"Pak Dirga jalan dulu ke ruang tamu," titahnya tanpa ekspresi.
"Iya Tiara aku akan menurut padamu, aku akan jalan ke ruang tamu dan kamu juga akan segera menyusulnya kan? Katakan kalau kamu menerima lamaran dari keluargaku," ucap Dirga memohon.
Tiara tidak menjawab lagi. Ia hanya mengedipkan mata sebagai isyarat.
To be Continue....
Yang sudah baca sampai sini ditunggu komentarnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Bu Kus
Tiara kamu jangan takut buat Dirga nyesel jadi lha wanita tangguh Tiara biar gak di hina dan di tindas lawan Dirga sampe Dirga gak bisa berbuat seenaknya
2024-09-01
0