Blind date.
Beberapa pesan masuk ke WhatsApp milik Dirga, tetapi pria itu mengacuhkannya. Hanya satu yang ia tunggu telefon dari Tommy. Hanya satu kabar yang di tunggu, kapan menemukan gadis itu.
Lelaki calon pewaris Abraham grup tersebut, engah duduk di balkon kamar. Pandangannya kosong rasanya ia ingin cepat-cepat bertemu dengan gadis yang ia temui di stasiun kereta siang tadi.
Bahkan tidak peduli dengan acara kencan butanya, sore ini. Lima menit lagi, Dirga harus segera berangkat atau akan terlambat di pertemuan dengan Diska Maharin.
Sudah banyak wanita yang berjumpa dengannya lewat kencan buta. Namun Dirga tidak pernah menaruh hati atau pun merasa tertarik dengan wanita-wanita itu. Hanya Rosalin yang ada di dalam hati dan pikirannya. Sang pemilik hati, yang tak akan pernah terganti.
Itu tak berjalan mulus! Nyatanya kaya raya, tampan, pintar, adalah satu paket lengkap sempurna untuk mendapatkan Rosalin. Tapi bagaimana dengan penyakitnya? Dan restu dari sang mama yang tidak setuju jika Dirga menikahi gadis itu.
Rasa cinta membuat Dirga kekeh ingin mendapatkan Rosalin. Meski rintangan terbesarnya adalah dirinya sendiri. Dia menderita penyakit seksual Aversion Disorder yang sudah lama terindikasi. Yang menjadi satu-satunya penghambat terbesar untuk mendapatkan Rosalin.
Ponsel milik Dirga berdering, ada panggilan telepon dari Tommy. Ia segera menerima panggilan itu karena memang sudah menunggunya sejak tadi.
“Halo Tommy. Apa kamu sudah menemukan identitas gadis itu?” tanya Dirga tidak sabar.
“Maaf sebelumnya Tuan Dirga, saya menelepon bukan untuk memberikan informasi mengenai gadis di kereta siang tadi, tapi barusan Nyonya Rani menelepon saya .Beliau meminta saya untuk mengantarkan sekaligus memastikan Anda datang ke kencan buta, bersama dengan Nona Diska Maharin sore ini,” jelas Tommy dari seberang telefon.
“Jadi Mama memintamu untuk mengantarku?” Dirga menggelengkan kepala pelan. Sang mama kadang berlebihan.
“Memastikan Anda menghadiri kencan buta sore ini Tuan,” terang sang sekretaris.
“Kamu tidak perlu mengantarku, aku akan datang ke acara kencan buta sore ini. Kamu cari saja gadis di kereta siang tadi!” titah Dirga. Ia tidak berniat untuk menghentikan pencarian sebelum menemukan gadis itu.
“Tapi Tuan Nyonya Rani bisa marah kalau Anda tidak menghadiri kecan buta itu!” protes Tommy mengingatkan.
“Siapa bilang aku tidak akan menghadiri kencan buta sore ini, aku akan datang tanpa ditemani kamu. Tommy, aku pastikan akan menemui Diska sore ini. Sebentar lagi aku akan berangkat! Kau cari saja gadis itu. Dan jangan khawatirkan aku!” Dirga menegaskan.
“Tapi Tuan Anda harus berjanji untuk menemui Nona Diska!” Tommy tidak mudah percaya begitu saja. Ya, sudah berulang kali Dirga mangkir dari daging, dan dia yang menjadi sasaran kemarahan Nyonya Rani.
“Iya aku akan menemuinya, sekarang aku lagi mau berangkat. Kamu cari dulu gadis itu!”
“Baiklah Tuan aku akan mencari dimana gadis itu. Oke, saya harap saya tidak akan kena marah dari Nyonya Rani karena anda tidak menghadiri kencan buta sore ini!” suara Tommy terdengar parau.
“Ya aku pastikan, kamu tidak akan pernah kena marah dari mamaku!”
“Ya, Terima kasih Tuan!”
Panggilan telefon berakhir.
Dirga menaruh ponselnya sembarang. Kemudian ia memilih kemeja warna abu tua. Lantas ia berdiri di depan cermin, mengamati penampilannya seraya mengaitkan kancing kemeja.
Jika diamati dari luar, terlihat sempurna sekali pantulan tubuhnya di cermin. Dia tinggi dan memiliki tubuh yang porposional. Beberapa otot terbentuk di tempat yang semestinya. Lengannya tampak kekar dengan dada bidang. Juga perutnya yang sixpack. Bukan hanya itu kulitnya putih, wajah tampan, rambut hitam cepak, dan mata tajam bagaikan elang. Alis yang tebal membuat tatapan matanya tak terelakkan.
Mudah sekali bagi para gadis tenggelam hanya dengan pandangan mata. Tapi tidak mudah bagi mereka menulis dan mematri namanya dalam kalbu pria itu.
Telah mengaplikasikan parfum aroma citrus Dirga melangkah keluar dari apartemennya ya perdebatan dengan sang mama mengenai Perjodohan selalu membuatnya keluar dari rumah dan apartemen pribadi menjadi tujuannya yang paling nyaman.
Pintu lift terbuka.
Dirga melangkah masuk. Alat transportasi dalam gedung itu mengantarnya hingga ke basemen. Masih Ada Waktu 20 menit sebelum waktu yang dijanjikan.
Pria itu berjalan menuju ke kendaraan roda empat warna hitam miliknya. Dirga menyalakan mesin mobil, lantas melajukannya keluar dari area parkir.
Ponselnya berdering, pria berkemeja abu tersebut, berharap Tommy yang menghubunginya. Namun Ternyata bukan, panggilan itu bukan dari sekretarisnya, melainkan dari sang mama.
Dirga menggeser icon warna hijau di ponselnya. Menerima panggilan telepon dari sang mama.
“Halo,” sapanya setelah mengaktifkan mode loudspeaker.
“Halo Dirga, kamu di mana?” tanya sang mama.
“Aku sedang dalam perjalanan menuju ke Resto Ma,” sahut Dirga.
“Benarkah, di mana Tommy?” Nyonya Rani tidak mudah percaya begitu saja.
“Ini Tommy sedang mengemudi,” sahut Dirga berbohong.
“Mana coba Mama lihat terima panggilan video dari mama,” titah suara dari seberang tidak bisa mempercayai putranya begitu saja. Sudah sering Dirga kabur, dari rencana blind date yang sudah ia rencanakan jauh-jauh hari.
“Mama! Bisakah mama percaya sedikit saja pada Dirga. Dirga sedang dalam perjalanan dan sebentar lagi Dirga akan sampai di resto,” tegasnya.
“Oke oke mama percaya,” balasnya bisa mendengar nada kesal dari suara putranya.
“Baik ma mama bisa mengakhiri panggilan telepon,” pinta Dirga.
“Tunggu mama belum selesai bicara, pastikan kamu ramah dengan Diska, ya. Diska itu baik dan cantik dia juga pintar pokoknya dia tipe kamu banget. Oh ya buka pesan dari mama, mama sudah mengirim foto Diska. Biar kamu lebih percaya kalau dia itu benar-benar wanita yang pantas menjadi pendamping kamu,” desak Nyonya Rani terus melancarkan aksinya.
“Aku tidak perlu melihat fotonya Ma, lagi pula sebentar lagi kita akan bertemu,” sahut Dirga. Ia tidak penasaran sama sekali.
“Ah Oke deh, yang ramah ya. Jangan pergi sebelum kalian mengobrol selama 1 jam ya ya ya,” bujuk sang mama memaksa. Pasalnya sudah sering Dirga hanya mengobrol selama 5 menit saja di kencan butanya.
“Maaf Ma kalau itu aku tidak janji. Aku hanya berjanji ingin menemui wanita itu. Aku tidak berjanji ingin mengobrol bersamanya selama satu jam.” Dirga mencoba terus fokus mengemudi. Sejenak ia menepis bayangan gadis berambut panjang yang bersentuhan dengannya di kereta.
“Ya sudah ya Ma.”
Panggilan telepon terakhir.
Dirga menghentikan Mobilnya di area parkir Resto. Lantas ia masuk ke dalam private from yang sudah di reservasi terlebih dahulu oleh sang mama.
Tepat 5 menit setelah ia masuk, seorang pelayan membuka pintu bersama seorang gadis. Kemungkinan besar gadis itu adalah Diska Maharin.
Bersamaan dengan hal itu ponselnya berbunyi. Dirga menyempatkan untuk membuka pesan terlebih dahulu. Sebuah pesan dari Tommy, sekretarisnya.
[ Tuan saya sudah tahu siapa gadis itu ]
Pesan dari Tommy berhasil membuat Dirga tidak bisa konsentrasi dengan gadis bernama Diska Maharin yang saat ini sudah duduk di hadapannya.
To be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Bilqies
aku mampir thor
2024-05-09
1