Pencarian.
Dirga sudah tidak fokus lagi setelah membaca pesan dari Tommy. Benarkah sekretarisnya itu sudah menemukan gadis yang dijumpainya di kereta?
“Boleh aku duduk di sini?” ucap Diska Maharin menyapa pria tampan di hadapannya.
“Ya silakan, itu memang tempat duduk untukmu!” ujar Dirga. Tubuhnya memang di sini, tapi hati dan pikirannya di tempat lain. Bagaimana bisa seperti ini. Kencan buta yang direncanakan sang mama selalu dirasa sia-sia, membuang waktu saja.
“Sudah lama menunggu?” tanya Diska perempuan itu menatap tajam pria di hadapannya. Dirga sungguh istimewa dia bukan pria tampan yang hanya terlihat tampan biasa. Tapi pria itu terlihat tampan dan berkarisma. Diska sampai menelan ludah mungkin ini kali pertama ia melihat pria tampan dengan aura kuat seperti Dirga Xavier Abraham. Bahkan nama panjang itu ia bisa mudah mengingat hanya dengan sekali mendengar.
Dan kini ya akui di perjumpaan pertama dengan Dirga wajahnya, mudah diingat karena memang sangat tampan lebih tampan daripada ia melihat di foto.
Dirga mengingat kembali kejadian siang tadi. Ya, dia hanya bersentuhan sekian detik. Apa perlu ia mencobanya dengan Diska? Apa perlu ia berjabat tangan dan mencium punggung tangan. Sepertinya— perlu dicoba. Bisa jadikan, sebenarnya dia sudah sembuh tanpa disadari.
“Perkenalkan namaku Dirga Xavier Abraham, orang-orang memanggilku Dirga.” Pria itu mengulurkan tangan dan menunggu lawan bicara menyambutnya.
“Panggil saja aku Diska, Diska Maharin.” Sang Perempuan menyambut uluran tangan Dirga cukup lama mereka berjabat tangan dan tanpa disangka Dirga mencium punggung tangannya.
Ini benar-benar sesuatu yang tanpa diduga Diska Maharin. Sebelum ia bertemu dengan Dirga secara langsung, iza sudah mendengar banyak gosip mengenai pria itu tentang pria yang dingin hanya Bertahan Satu Menit Saja ketika kencan buta dan jarang sekali mengajak bicara teman kerjanya tapi kali ini Dirga menjabat tangan lalu mencium punggung tangannya Bukankah ini suatu prestasi yang luar biasa.
Setelah mencium punggung tangan Diska. Dirga masih saja menggenggam tangan gadis itu, belum ingin melepaskannya. Lebih tepatnya ia menunggu tubuhnya bereaksi.
Tunggu kenapa seperti? Ini kenapa biasa saja woi? Jadi apa hanya Gadis itu yang membuat aku bergairah? Lihatlah! Aku tidak bereaksi apa pun. Dirga menghitung 10 detik di dalam hati. Dan ia sadar sampai 100 detik pun ia menghitung, tetap saja tubuhnya tidak akan bereaksi. Diska bukan Gadis itu bukan gadis yang ditemuinya siang tadi.
Selanjutnya menjadi sangat membosankan. Kalau dia sempat makan dan menelan hidangan yang disajikan. Itu karena dia lapar bukan karena dia suka berlama-lama mengobrol dan duduk dengan teman kencannya.
Dua puluh menit berlalu dan teramat membosankan bagi Dirga. Ia undur diri. “Diska senang bertemu denganmu. Tapi jangan pernah berharap lebih dengan pertemuan ini. Mama memang sering sekali menjodohkanku, tapi aku sendiri belum tertarik untuk menikah apalagi menjalani kehidupan pernikahan,” terang pria bermata elang tersebut.
“Tentu saja Tuan Dirga Xavier Abraham. Aku juga tidak berharap apa pun dengan pertemuan ini. Kalaupun aku hadir di sini, karena aku ingin membuktikan kata orang-orang kalau kamu begitu dingin, tapi sekarang aku sudah tidak penasaran lagi,” sahutnya. Sadar diri, Dirga bukan pria sembarangan yang bisa melabuhkan hatinya dengan mudah.
“Baguslah kalau begitu jadikan ini pertemuan pertama dan terakhir kita. Aku pergi sekarang,” pamit Dirga dan segera meninggalkan private room begitu saja.
***
Dirga Tengah duduk di belakang kemudi ia tidak tahu tempat tujuannya ya tidak ingin pulang ke rumah karena pasti sang Mama membahas gencahan butanya dia juga tidak ingin ke apartemen karena di sana tidak ada siapapun
Sialan gumam Dirga karena nomor Tommy tidak aktif juga setelah mengirim pesan tadi Dirga merasa dikerjai bisa-bisanya dia mengirim pesan seperti itu tanpa penjelasan apapun Benarkah sudah mendapat informasinya. Lantas kenapa tidak dikirim.
Dirga terus melajukan mobilnya tanpa tujuan entah bagaimana ia sudah tiba di Stasiun Kereta pria itu masih duduk di dalam mobil ia melamun sebenarnya ia merasa kesepian rasanya mencintai rosalin dan tidak berani mengutarakan membiarkan ia dekat dengan pria mana saja itu menyakitkan Dirga menggigit Bibir bawahnya untuk mengurangi rasa sesak yang kian mendera di dada.
Tiba-tiba tatapan Dirga setuju pada seorang gadis yang tengah berjalan cepat menuju tepi jalan raya pria itu segera ingat gadis itu Bukankah gadis yang bersentuhan dengannya siang tadi.
Lantas Dirga keluar dari mobil dan mengejarnya namun tidak ada siapa-siapa sepertinya dia salah melihat atau dia hanya berhalusinasi.
Jam menunjukkan pukul 09.00 malam yaitu memutuskan untuk pergi ke apartemen sekretarisnya bisa-bisanya Tomi memberikan batang tanpa penjelasan dia harus tahu jawab atas rasa penasarannya ini.
***
[ Buka pintunya Tom. Aku sudah tiba di apartemenmu ] tulis Dirga. Bisa-bisanya nomor sekretarisnya itu aktif tepat saat ia sampai di depan pintu.
Tommy membuka pintu apartemennya.
“Kamu dari mana saja! Kenapa Nomornya tidak aktif! Jadi siapa dia,” cerca Dirga seraya menerobos masuk.
“Maaf Tuan ponselku lowbat, jadi aku tidak bisa menelepon Anda,” jawab Tommy jujur.
“Sekarang di mana gadis itu, dan di mana rumahnya!” desak Dirga dengan ekspresi membara.
“Begini Tuan, saya belum tahu Siapa gadis itu dan di mana rumahnya. Tapi saya mengecek beberapa CCTV hampir setiap hari di jam 10.00 siang, Gadis itu keluar dari kereta. Jadi kemungkinan besar besok saya akan ke stasiun untuk menanyai gadis itu, siapa dia, dan di mana rumahnya,” terang Tommy. Ia merasa seperti di teror, Dirga seorang bos tapi kadang seperti hantu.
“Jadi Menurutmu aku harus menunggu sampai besok seperti itu? Aku tidak sabar, menunggu 1 jam saja tidak sabar. Apalagi aku menunggu sampai besok dan jawabannya belum pasti! Ini menyiksaku!” seru Dirga mau tidak mau harus pasrah.
“Maaf tuan. Tapi aku benar-benar tidak tahu cara lain untuk mencarinya. Lagi pula kita tidak tahu namanya. Lalu bagaimana kita mencarinya? Namanya saja kita tidak tahu?” bujuk Tommy yang memang tidak memiliki petunjuk apa pun.
Dirga membuang nafas kesal bukan marah pada Tommy, tapi pada dirinya sendiri. Benar yang dikatakan Tommy, namanya saja tidak tahu dengan cara apa ia bisa mencari Gadis itu. Satu-satunya cara adalah menunggunya di stasiun kereta.
“Tuan Dirga lebih baik Tuan istirahat terlebih dahulu, besok kita berdua akan mencarinya. Aku akan mencari dia di kereta. Dan aku berjanji akan menemukan Gadis itu untuk Tuan,” jelas Tommy pelan.
“Tommy! Kamu gila ya! Kamu menyuruhku istirahat! Aku tidak bisa!”
Tommy bisa melihat ekspresi kesal, marah, dan tidak berdaya di wajah Dirga. Ia coba mengalihkan dengan menanyakan tentang kencan butanya. “Bagaimana dengan Blind date nya Tuan?”
“Ya lumayan menyenangkan pertemuan tadi, menjadi pertemuan pertama kali dan terakhir kali dengannya. Kita sama-sama tidak tertarik satu sama lain,” jawab Dirga rasanya susah sekali mengalihkan perhatian permasalahan lain. Siapa gadis itu? Siapa gadis yang belum dia ketahui namanya itu? Di mana dia sekarang?
To be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments