KTMC. RENCANA BALAS DENDAM

Malam ini terlihat sangat cantik, bintang - bintang bertaburan dengan kerlap - kerlipnya, dan bulan yang begitu menawan. Angin berhembus membuat rambut panjang Anna bergoyang. Anna selalu suka bintang - gemintang, apalagi ditemani secangkir tah. Ia tidak pernah melewati scene terbaiknya di malam hari.

Hampir setiap hari, Anna menumpahkan semua isi hatinya di rooftop apartemen. Baginya, tempat itu tenang dan mudah dijangkau, yang menjadi tempat favoritnya selama ini. Tidak lupa dengan buku diary dan pulpen favoritnya untuk menuliskan kejadian - kejadian yang ada di dalam hati dan pikirannya.

Akhir - akhir ini Anna terlihat seperti banyak sekali masalah yang dipikirkan, sehingga mungkin menjadi beban bagi dia yang masing terbilang kecil. Anna menengadahkan kepalanya ke langit. Tak terasa mata yang sedari tadi memanas menahan tangis, akhirnya buliran kristal bening itu mengalir di pipi lembutnya.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Anna belum juga beranjak dari tempat duduknya. Anna bangkit dari duduk nya lalu menyeringai menahan rasa nyeri. Menyeka airmata yang menetes dari kelopak matanya dengan punggung tangan nya. Matanya nanar menatap sekitar. Anna berduka. Kemalangan jiwa membius sekujur raganya. Suara hati tak mampu dilawannya. Suara jiwa tak mampu dihalaunya.

Ia masih belum bisa percaya kalau Roy adalah orang yang telah memporak porandakan rasanya. Mengobrak abrik kebahahiaannya.

Padahal, dulu dialah yang Anna anggap sebagai pelindungnya. Dialah yang sempat Anna anggap sebagai malaikatnya. Lalu, apa yang dilakukannya? Dia buat kehidupan Anna berantakan. Dia buat impian Anna menjadi tak beraturan. Tentu saja Anna menyimpan dendam. Dendam yang takkan pernah ada obatnya. Dendam yang mungkin saja akan Anna bawa mati.

Sekaranglah saatnya Anna balas dendam. Sekaranglah saatnya Anna melampiaskan rasa sakitnya.

Sampailah Anna pada titik jenuhku. Anna menemukan cara balas dendam yang paling indah. Balas dendam tak berdarah. Balas dendam yang tak akan merugikan siapapun. Anna ataupun dia. Anna sadar, rasa ini tak bisa dipaksakan. Namun, tahu kah dia perjuangannya? Tahukah dia apa yang Anna lakukan untuk mempertahankannya? Semuanya hanya Anna dan tuhan yang tahu. Itu lah Anna. Pantang mundur sebelum menang. Walau kemenangan itu hadirnya setelah kalah.

Terseok - seok pasti. Itulah perjuangan Anna. Akhirnya takdir menuntun Anna untuk melihat sebuah keindahan. Bahwa Roy tak pantas untuk Dina. Anna mundur walau rasanya perih. Mundur bukan berarti kalah.

"Akan kupersipakan jurus untuk melawanmu." ucap Anna membatin.

Hari ini kalah mudah - mudahan esok menang. Beberapa lembaran kebahagiaan bersamanya terpaksa Anna sobek dan Anna bakar. Agar kesakitan Anna hangus bersama hangusnya lembaran pesakitan. Anna intai impiannya menjadi orang menang di titik akhir. Dan Anna pastikan dia menyaksikan Anna muncul sebagai pemenangnya. Setelah sekian lama Anna menyiapkan dan merencanakan kemenangan ini, akhirnya Anna berhasil. Anna berhasil menjuarai pertarungan ini.

Kemenangan pertama adalah Anna mampu melewati masa-masa sulit. Kedua, Anna bisa membalas dendam terindah. Tentunya melalui sebuah kemenangan. Setelah Anna pastikan dendamnya terbalas, Anna kembali sadar bahwa tak selamanya mendung itu pertanda hujan. Sesekali mendung itu pembawa kesejukan.

"Aku harus membalas dendam." suara hatinya berdesis mengibar bendera kegeraman jiwanya yang kusut.

"Kamu memang harus membalas dendam. Harus membalas dendam." tiba - tiba sebuah suara muncul seketika di gendang telinganya. Bu Asih tetangga Anna menghampirinya dengan membawakan teh dan sepiring pisang goreng kesukaan Anna.

"Kamu tak boleh menyerah. Habisi mereka. Mereka telah membuatmu menderita." ucap Bu Asih lagi sembari meletakkan sepiring teh hangat dan sepiring pisang goreng kesukaan Anna yang ia sudah anggap seperti putri nya sendiri.

"Aku seorang perempuan. Mana bisa melawan mereka." ucap Anna.

"Tak ada kata yang tak bisa untuk menaklukan mereka, para jahanam yang sudah melukai hati dan perasaan mu. Tekadkan dalam jiwamu." ucap Bu Asih kemudian.

Anna melupakan segalanya. Meruntuhkan nilai - nilai kehidupan yang dianutnya. Mengabaikan etika kehidupan. Yang terbersit dalam dadanya yang penuh gemuruh, hanya diksi balas dendam dan balas dendam. Hanya diksi itu. Mendaki gunung. Melewati bukit. Menembus rimba. Melintasi lautan. Menerjang badai. Semuanya hanya untuk memuaskan nafsu malangnya. Arahan suara itu menghantarkannya untuk melawan dan melawan demi harga diri yang terkoyak - koyak.

🌟🌟🌟

Embun pagi yang basah. Hari siang masih belum tampak. Sebentar lagi akan terang benderang, seiring matahari menampakkan diri. Cuaca berkabut tipis, meski tak ada mendung lagi. Tadi malam hujan cukup deras, tampak ketika tanah masih basah dan lembab.

Anna berlari kecil seperti hari lalu untuk berolahraga. Saat tiba pada sebuah taman, Anna berhenti sejenak untuk beristirahat. Tetes embun masih menyisakan di dedaunan sekitar taman. Terlihat beberapa orang berlari kecil untuk berolahraga. Disana juga terlihat lalu lalang sedikit sepeda motor. Mereka sepertinya orang kerja kantoran atau orang warungan yang pergi ke pasar untuk berbelanja. Di sisi lain, masih ada orang yang terlelap tidur di kasurnya, menikmati mimpi indahnya. Entah jam berapa mereka akan bangun. Udara sekitar terasa dingin menyentuh kulit. Burung-burung terdengar riang bernyanyi. Kicauannya menemani aktifitas manusia di pagi itu. Segar sekali udara pagi ini. Sesekali Anna menghirup udara segar dengan sepenuh hati, memenuhi seluruh rongga dada. Lalu pulang, berlari kecil menuju apartemen. Kembali melanjutkan aktivitas.

Burung-burung berkicau. Langit mulai menampakkan warnanya. Cahaya matahari mengintip dari balik cakrawala, menembus dedaunan dan mengisi ruangan. Hawa sejuk masih menyelimuti tubuhku membuatku enggan beranjak.

🌟🌟🌟

Anna sudah berada di kampus.

Roy menunggu Dina di lantai bawah. Selang beberapa saat Dina datang di susul Anna di belakang Dina.

"Kok lama?" tanya Roy.

"Hi." sapa Anna.

"Ini teman SD ku dulu, Anna. Ini pacar ku Roy." Dina memperkenalkan Anna pada Roy. Ketika Anna mengulurkan tangan dendak bersalaman Roy tak menyambut uluran tangan Anna. Dina yang melihat itu memberikan kode kepada Roy, yaitu sebuah tinjuan.

"Hallo." ucap Roy.

"Teman Dina berarti teman ku juga." Dina tersenyum tapi tidak dengan Anna. Anna bahkan melirik Dina dengan lirikan yang sulit di artikan.

Jam pertama telah selesai.

Sebagian mahasiswa ada yang lebih memilih keluar dari ruangan ada juga yang tetap berada di dalam ruangan termasuk Anna yang saat ini masih sibuk dengan buku pelajarannya. Dina menghampiri Anna.

"Ngapain disini? Makan yuk!"

"Enggak deh, takut ganggu kalian."

"Enggak kok, ayo lah!"

Anna berdiri, "Oke deh yuk bareng."

"Yuk!"

Mereka pun bergi bersama - sama.

Di kantin Dina dan Anna memesan makanan seperti biasanya. Di saat makan sudah tersajikan di atas meja, Dina tiba - tiba meminta izin untuk pergi ke toilet sebentar.

"Ann, kamu makan aja duluan. Aku ke toilet dulu." ucap Dina kemudian berdiri dan berlalu pergi. Selepas Dina ke toilet Anna mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong baju yang ia kenakan, sebuah serbuk putih yang di taburkan di atas makanan Dina.

"Mampus." ucap Anna dalam hati sembari tersenyum.

Dina sudah duduk di kursinya dan mulai melahap makanan yang sudah ia pesan sebelum nya. Setelah masuk ke mulutnya beberapa suap tiba - tiba perut Dina mules tidak karuan. Dina pun terpaksa bolak balik ke toilet hingga akhirnya ia pun pingsan dan segera di bawa ke UKS.

Menurut hasil pemeriksaan dokter UKS, Dina mengalami dehidrasi parah yang disebabkan buang air besar secara berlebihan dan di anjurkan untuk tidak makan sembarangan, istirahat yang cukup, minum air putih yang cukup, mengonsumsi makanan untuk mengurangi dihedrasi.

🌟🌟🌟

Ada sesuatu yang terasa hampa

Saat langit langit semakin menua

Ada sesuatu yang terasa berbeda

Saat hujan-hujan tertahan diantara mega

Sendiri dan sepi, aku ingin berlari

Menelusuri mimpi yang tak kunjung menepi

Atau haruskah aku hanya berdiri di sini

Mengeja bait pelangi yang hampir mati

Di penghujung hari…

Ketika senja berlalu dan pergi

Ketika hati ini terhenti bernyanyi

Aku ingin kau kembali

Di sini, sekali lagi…!!!!

🌟🌟🌟

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!