KTMC. SISWA BARU

Keesokan harinya.

Larasati sedang mengantar putranya, Cakra kesekolah. Cakra diturunkan di gerbang sekolah dan segera bergabung dengan teman-temannya. Dina mengenali Cakra ketika ia lewat dan ia mengikutinya ke rak sepeda di mana dia berteriak.

“Kamu yang memakai kemeja kotak-kotak. Apakah kamu baik-baik saja?" ucap Dina. Ia memberitahukan namanya dan memintanya untuk menemukannya jika ada masalah.

Teman-teman Dina tidak percaya bahwa Dina memberikan namanya kepada orang asing. Dina dan temannya, Roy melihat kembali ke arah Cakra saat ia melintas di hadapannya.

Saat mereka berjalan ke kelas, Dina menjadi tegang ketika dia mendapat pengingat di teleponnya untuk menghafal lima puluh kata bahasa Inggris. Dia mengabaikan interupsi tersebut. Di dalam kelas, para siswa - siswi menghibur diri sambil menunggu Bu Evelin. Dina masuk dan setelah semua orang duduk, Cakra masuk dan memperkenalkan dirinya, "Saya Cakra Adhiyaksa." Ketika ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, Cakra menjelaskan bahwa ia pindah karena orang tuanya dipindah tugaskan.

"Jadi, dia siswa baru disini?" ucap Dina dalam hati sembari senyum - senyum sendiri.

Roy menunjuk ke kursi kosong di yang ada di pojok belakang tetapi Dina lebih cepat gerakan nya dan mendorong Roy untuk segera mengosongkan kursinya lalu menyuruh nya untuk duduk di sana.  Mengharapkan Cakra dapat mengenalinya ketika dia lewat tapi dia bahkan tidak melihatnya. Setelah Cakra duduk, Dina melakukan kontak mata tapi dia segera membuang muka karena pelajaran akan dimulai.

Bu Evelin masuk dan sambil bercanda dengan seluruh kelas, siswi di sebelah Cakra memperkenalkan dirinya, “Magdalena, biasa di sapa Lena.” 

Lena membantu Cakra untuk mendapatkan loker.

"Kamu tidak harus melakukan itu."

Lena mengangkat bahu bahwa dia hanya berusaha membantu dan menjadi ketua kelas yang baik.

"Itu tidak masalah."

Bel istirahat telah berbunyi.

Di lapangan bola.

Dina dan Roy sedang ngobrol sembari bercanda.

"Aku ingin masak."

Roy saat itu sedang minum tiba - tiba terbatuk-batuk mendengar kan penuturan sahabatnya itu.

"Apa? Kamu mau memasak? Sejak kapan kamu bisa memasak?"

"Kan ada kamu yang bisa masak. Ya, kamulah yang masak."

"Yuk, kita pergi belanja bahan makanan!" ajak Dina sembari menarik tangan Roy mengajak pergi ke toko serba ada yang ada di sekitar lingkungan sekolah nya.

❤️❤️❤️

Setibanya disana...

Roy menyerahkan keranjang kepada Dina agar Dina gampang membawa barang belanjaan nya. Sesaat kemudian mereka pun telah selesai berbelanja dan memutuskan untuk segera kembali kesekolah karena jam selanjutnya adalah pelajaran matematika.

Di dalam kelas

Guru matematika sedang mengulas beberapa konsep dasar untuk materi matematika, "Yang tidak mengerti di persilahkan untuk bertanya." ucap sang guru sembari menulis beberapa soal di papan tulis.

"Aku pikir kamu akan pandai dalam hal ini." ucap Roy.

Tapi bukannya fokus pada pelajaran Dina malah mengeluh bahwa ia lapar tapi Roy meyakinkannya bahwa setelah pelajaran selesai mereka akan langsung ke kantin mencari makan. Roy memperhatikan jawaban soal Dina dan memperingatkan Roy, "Jika kamu terus melakukan ini, kamu akan menjadi yang pertama."

"Siapa yang sudah menyelesaikan soal-soal yang ada di papan tulis?" tanya Bu guru sembari mengacungkan sebatang kapur tulis.

"Dina maju kedepan?" Namun Dina hanya diam membisu seribu bahasa.

Cakra berjalan ke meja guru dan mengambil kapur tulis sebelum pindah ke papan tulis di mana dia dengan mudah memecahkan masalah. 

"Dina ... kamu itu seorang wanita tak sepantasnya bergaya seperti layaknya laki - laki. Ibu tidak tau lagi harus bagaimana menasehati mu. Kerjaan mu di sekolah, bolos, tidur di kelas dan membuat onar. Kamu akan menjadi siswa sempurna jika kamu rajin belajar. Belajarlah lebih banyak dari Cakra, sudah ganteng, pintar dan tidak banyak gaya."

Dina marah ketika gurunya menyatakan bahwa ia akan menjadi siswa yang sempurna jika saja dia rajin belajar. Semua orang keluar untuk istirahat sejenak tapi Dina tetap di kursinya, menggaruk lengannya, sebelum berdiri tapi Roy melarang nya dan menyuruhnya tuk duduk kembali.

Roy tahu jika suasana hati Dina sedang buruk. Ia pun segera kekantin tuk membelikan Dina sesuatu. Roy tahu bagaimana ia harus membujuk Dina jika sedang kesal dengan seseorang. Roy tiba dengan makanan ringan di tangannya. Roy meletakkan makanan ringan itu di atas meja. Ruangan itu sunyi hanya ada beberapa siswa dan mereka berdua.

🌟🌟🌟

Dina sudah berada di rumahnya. Ibu nya sedang menelepon Ibu Larasati, tetangga yang baru pindah seminggu yang lalu dan tinggal tak jauh dari rumah nya. Dina langsung menuju kamarnya. Dina menjatuhkan diri ke sofa dan menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia masih kesal atas komentar gurunya atas dirinya. Dina mendengar akhir panggilan telepon ibunya, ia pun segera keluar dan mendatangi Ibunya dan bertanya apa Ibunya menelepon Ibu Larasati. 

"Ada urusan apa Ibu menelepon tetangga baru kita?"

"Ibu mau kamu bergabung dengan les matematika. Kebetulan tetangga baru kita itu membuka les privat matematika. Dan Ibu juga sudah mendaftar kan kamu tuk ikut les tata boga, tata busana sekalian biar kamu bisa belajar dandan." ucap ibu nya.

"Dina nggak mau. Dina sudah besar dan Dina nggak mau, Ibu mengatur segala apa yang berhubungan dengan Dina." ucap Dina menolak

"Pokoknya Ibu nggak mau tau, kamu harus menuruti apa kemauan ibu. Kamu tau kan kalau disekolah sebelumnya Cakra selalu juara pertama di kelas. Dan jika ada kegiatan di luar sekolah yang berhubungan dengan akademi dan non akademik Cakra selalu berada di posis pertama." ucap sang Ibu mengingatkan putrinya bahwa Cakra adalah siswa terbaik sementara ia sendiri berada di peringkat ke-90. Dina kembali masuk ke kamarnya lalu menutup pintu kamarnya untuk menghindari omelan ibunya.

🌟🌟🌟

Saat perjalanan pulang sekolah tadi, Roy hampir tertabrak mobil saat dia bersepeda pulang, ia memikirkan Dina saat cemberut dan tersenyum. Roy berjalan ke apartemen atapnya dan ketika dia mencium aroma masakan ibunya, ia berlari ke dalam dengan penuh semangat tetapi yang ia temukan hanyalah sebuah catatan dan makanan yang disiapkan ibunya. Catatan itu berisi kata - kata penyemangat yang penuh kasih dan penjelasan bahwa ibunya harus kembali ke Amerika untuk melanjutkan bisnis keluarga nya disana.

Ibu Zeila sudah berada di restoran ketika Roy mengirim pesan kepada Ibunya untuk berhati - hati saat mengurus restoran milik keluarganya itu. Ibu membalas pesan bahwa ia menyesal tidak bisa bersamanya selama beraktivitas.

"Sudah dulu ya sayang. Sampai jumpa Minggu depan." ucap Ibu Zeila mengakhiri pembicaraan dengan anak bungsu nya itu. Ibu Zeila pun kembali mengawasi para karyawan nya dan Roy mencoba melepaskan label nama dari beberapa hidangan yang sudah disiapkan oleh Ibunya tetapi ia tidak berhasil. Roy pergi tidur dan melakukan yang terbaik untuk tidur dengan lampu menyala.

🌟🌟🌟

Terpopuler

Comments

Naryati

Naryati

lanjutkan.

2023-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!