KTMC.

Pagi mulai menyapa. Cahaya matahari perlahan masuk memenuhi sudut-sudut kamar. Tebalnya gorden berwarna kuning keemasan nyatanya tak bisa menghalangi cahaya itu masuk ke dalam ruangan. Perlahan segala kebisingan dan apa yang sedang terjadi di sekeliling tempat tidur ini mulai bisa dirasakan. Nampaknya bukan hanya cahaya matahari saja yang membangunkan tidurnya, tapi juga obrolan orang - orang yang entah datang dari mana. Obrolan mereka benar - benar sangat mengganggu.

Pagi itu matahari bersinar sangat cerah, burung - burung berkicau seakan ia tahu kalau hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan. Di dalam kamar Dina sedang duduk menghadap ke cermin.

"Menurutku aku terlihat begitu cantik di depan cermin dengan jepit rambut berwarna putih yang terpasang rapi di rambut ku, ini sangat sempurna." ucap Dina dalam hati memuji diri sendiri. Dina pun segera bergegas berdiri dari kursi rias dan ketika Dina baru saja beranjak untuk mengambil tasnya di atas meja belajar tiba - tiba ada suara seseorang mengetuk pintu kamar Dina.

"Dina mau sampai kapan kamu dandan di dalam kamar, cepat kamu turun kamu sudah di tunggu Ayah dan Kakak mu." ucap Ibu Zeila lembut.

"Iya Bu tunggu bentar! Dina dah selesai." jawab Dina singkat.

Kehidupan Dina memang bisa di bilang sangat sangat sempurna. Dina memiliki ibu yang lembut, mempunyai seorang kakak perempuan yang cantik dan selalu memberi contoh yang baik untu adiknya, memiliki seorang Ayah yang selalu bisa Dina banggakan. Mereka semua akur bukan berarti tidak pernah bertengkar. Kadang mereka bertengkar karena selalu di banding - bandingkan dengan sang kakak yang notabene nya cantik dan pintar, walau pun begitu mereka tetap saling menyayangi satu sama lain, Ibu dan ayah nya yang selalu menuntut menginginkan Dina menjadi anak yang pintar.

Dina juga memiliki seorang teman sebangku yang sekarang sudah resmi menjadi pacarnya sejak satu Minggu yang lalu. Dia sangat baik dan selalu mau mendengarkan semua ocehan Dina.

"Pagi Yah, Bu, Kak, maaf ya Dina lambat turunnya." ucap Dina sembari menarik kursi dan langsung mengambil selembar roti.

"Yah, antar Dina kekampus ya!" ucap Dina sedikit manja pada sang Ayah.

"Jangan manja deh, kamu kan bisa pergi sendiri naik mobil atau bawa motor butut mu itu. Kaka sama Ayah mau ada meeting penting pagi ini bareng klien dari Amerika jadi harus cepat berangkat nya." ucap Maria sedikit jutek.

"Kakak aja tuh yang berangkat kerja bawa mobil sendiri. Pokoknya Ayah harus anterin Dina ke kampus. Titik!" ucap Dina sambil memasang wajah cemberut.

"Ya sudah, Maria kamu mengalah dikit untuk Dina!" ucap Ayah singkat.

Pagi ini Dina di antar sang Ayah kekampus.

"Benar - benar pagi yang menyenangkan." ucap Dina dalam hati.

Entah mengapa pagi ini Dina ingin bermanja - manja dengan keluarganya. Hari ini Dina sangat merasa bahagia. Apakah kebahagiaan Dina sebab yang semalam?

Dina berjalan melewati pintu gerbang kampus sambil senyum - senyum sendiri di dalam hati. Dina sangat merasa bahagia. Kebahagiaannya tak bisa di ukir kan dengan kata - kata.

"Tuhan benar - benar baik padaku. Terimakasih Tuhan karena kau telah memberikan kehidupan sempurna untuk aku." ucap Dina dalam hati sembari terus melangkah menuju kelas.

Saat hampir tiba di samping lapangan basket, dari belakang terdengar suara yang sangat khas di telinga Dina.

"Hai ... Pagi - pagi kok udah senyum - senyum sendiri, pasti kamu lagi mikirin aku yah?" ledek seorang cowok keren menatap Dina dengan tatapan lembutnya yang sontak menghentikan langkah kaki Dina.

"Idih PD banget sih, siapa juga yang lagi mikirin kamu? Kayak nggak ada kerjaan lain aja." ucap Dina sambil pura - pura marah dan memalingkan muka.

"Besok malam ada acara pameran yang akan diadakan oleh keluarga ku, kita pergi nonton yuk?"

"Iya nanti aku usahakan ya biar bisa nemani kamu."

"Ya udah sana masuk kelas nanti kamu terlambat lagi!"

"Ya udah aku masuk duluan ya." ucap Dina sambil berjalan meninggalkan Roy. Dina langsung buru - buru masuk kelas dan duduk di kursi paling depan. Dina baru saja duduk dan ia baru ingat kalau ia punya PR teori musik yang belum di kerjakan.

"Gawat Bu Shinta bisa - bisa mengeluarkan taring nya nih Kalau dia tahu kalau aku belum menyelesaikan tugas nya."

Setelah meletakkan tas di meja dan mengeluarkan buku teori musik, Dina langsung buru - buru kemeja sahabatnya, yang sudah ia kenal selama beberapa tahun. Cakra yang memang terkenal kepandaian di bidang teori musik.

"Cak, ajarkan aku soal teori musik no 4 dan 5 dong. Aku sama sekali nggak ngerti soal itu." ucap Dina sedikit manja dan pelan karena masih terengah - engah.

"Kamu kebiasaan banget sih, waktu sudah mepet baru minta di ajari. Makanya jangan bermalas - malasan, dari kemarin kamu kemana aja baru hari ini minta di ajari sama aku atau paling ujung - ujung nya kamu mau nyontek punya ku bukan minta di ajari." ucap Cakra sedikit kasar dan mengintimidasi.

"Kamu jahat banget sih, aku kan cuman minta ajarin nggak minta di contekkin, gak usah teriak - teriak gitu napa." ucap Dina sambil menendang meja Cakra kemudian berlalu menuju mejanya dengan wajah cemberut.

"Dasar manusia aneh, di bilangin yang benar malah marah - marah." ucap Cakra kesal.

"Kamu ngapain sih Din, masih pagi - pagi kek gini dah cari masalah ma Vannya. Minta ajarin ke lain kan bisa." ucap Lena sesampai nya di kursi Dina.

"Len, aku kan ..."

Belum sempat memberikan pembelaan Bu Shinta sudah masuk kedalam kelas.

"Pagi semua." sapa Bu Shinta sembari membuka buku absen.

"Sambil di absen tolong kumpulkan buku tugas kalian kedepan, minggu kemarin ada tugas dari ibu kan?"

"Adriela." panggil Bu Shinta.

"Aduh Len, gimana ini? Noh sudah absen pertama yang maju."

Tibalah saat nya nama Dina Mariana di panggil. Dengan langkah pasti dan tangan gemetar Dina pun mengantar bukunya kedepan.

"Dina, jam istirahat nanti temui ibu di kantor!"

🌟🌟🌟

"Dina apa maksud kamu, ngumpulin tugas yang belum selesai di kerjakan ke Ibu? Kamu lagi ngeremehin ibu atau menganggap enteng tugas dari ibu. Sudah ibu perhatian untuk semester ini nilai teori musik mu sangat buruk dari nilai teori musik teman - teman mu. Kamu berlajar atau tidak sih?" omel Bu Shinta dengan nada kesal.

"Bukan begitu maksud saya Bu. Saya benar - benar nggak tau pelajaran teori musik." ucap Dina lirih.

"Alasan aja kamu. Kalau tahu begitu kenapa kamu diam saja tidak berusaha minta di ajarkan sama teman - teman mu. Pokoknya Ibu tidak mau tahu kamu harus belajar teori musik sama ibu. Apa kamu nggak iri melihat teman - teman kamu semua nya bisa menjawab teori musik dan memiliki nilai teori musik di atas nilai rata - rata." ucap ibu Shinta marah - marah.

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

5 like mendarat buatmu thor.
semangat terus ya kak

2024-04-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!