Beberapa hari kemudian.
"Aku dah 10 hari pacaran sama Dina, tapi sejauh ini tidak ada kemajuan." tanya Roy kepada temannya.
"Kamu terlalu diam, cewek itu pemalu. Iya kan? Inisiatif dong." ucap Rendy memberikan solusi. Roy mengerti apa maksud sahabatnya itu.
Roy pun berdiri dan pergi mencari Dina. Sayup - sayup Roy mendengar suara Dina dari bawah pohon yang ada di dekat lapangan basket. Roy pun segera datang kearah asal suara. Benar saja yang di cari sedang berada di sana duduk bersama teman - teman nya. Melihat Roy datang, mereka pun memilih pergi.
Dina berdiri di samping Roy.
"Aku rasa hubungan kita harus maju selangkah."
"Maksudmu?"
"Nanti sore kita pergi jalan - jalan dan sekalian aku mau ajak kamu dinner. Nanti aku jemput di rumah." setelah berucap seperti itu Roy kemudian berlalu pergi.
🌟🌟🌟
Di suatu sore yang cerah, dua sejoli sedang duduk di taman kota. Mereka asyik mengamati anak-anak kecil yang berlarian juga anak muda seperti mereka yang sedang berpacaran. Taman bunga membentang di depan mereka, menambah suasana menjadi kian romantis.
"Dina.” panggil Roy, manja imut dengan suara khas.
“Iya?” Dina menoleh, senyumnya merekah. Entah kenapa jika berada di dekat Roy dan mendengar suaranya, Dina tidak bisa berhenti tersenyum dan jantungnya selalu berdegup kencang. Ia telah jatuh cinta setiap hari dengan orang yang sama yaitu Roy Widjaya.
“Bagaimana jika nanti malam kita dinner?” Roy menatap manik hitam Dina lekat, bibirnya tersenyum, pupilnya menampakkan keseriusan. Dina hampir tak bernapas karena ditatap seperti itu. Gadis itu mengangguk senang. “Boleh.”
Akhirnya setelah sepuluh hari resmi berpacaran, Roy mengajaknya dinner juga. Dina juga ingin seperti pasangan lain. Dinner berdua di tempat romantis, cuma ada lilin dan keromantisan. Ia ingin sekali merasakan dinner semacam itu. Meskipun mereka baru seminggu berpacaran, Dina sudah yakin kalau seorang Roy adalah cinta sejatinya, tempatnya melabuhkan hati, dan seorang ayah bagi anak-anaknya. Roy meraih tangannya, menggenggamnya, membuat debaran di jantung Dina semakin menjadi.
“Kalau candlelight dinner sudah terlalu mainstream, bagaimana kalau nanti malam kita firework dinner?”
"Firework dinner?” matanya melebar tak percaya. Makan di malam berbintang dengan ditemani kembang api yang menyala-nyala.
"Berdua?"
Dina hampir pingsan mendengarnya. "Adakah yang lebih romantis dari ini?" Kekasihnya benar - benar penuh kejutan. Roy mengangguk mantap dengan senyum manisnya. Jantung Dina sampai hampir copot karena Roy mempererat genggamannya.
“Kalau begitu aku akan menjemputmu pukul 7. Dandan yang cantik, ya!”
“Siap! Pasti!” Dina sangat senang. Malam ini akan menjadi malam paling membahagiakan seumur hidupnya. Pasti.
🌟🌟🌟
Dina ke luar kamar untuk menemui Roy yang sudah berada di ruang tamu. Dandanan gadis itu tidak terlalu mewah, malah menunjukkan siapa Dina sebenarnya. Dress hitam selutut tanpa lengan juga highheels hitam membuatnya tampak lebih misterius dari biasanya. Malam ini Dina nampak cantik nan anggun sangat jauh beda dengan hari - hari biasanya. Roy tak berkedip menatap wajah kekasihnya itu.
"You are so beautiful.” puji Roy tak henti - hentinya melihat penampilan Dina yang menurutnya sangat cantik karena didandani seperti apa pun, Dina tetap saja cantik walau hati - hari biasanya Dina berdandan layaknya seperti laki - laki pada umumnya. Koas dan celana panjang. Apalagi Roy suka melihat rambut Dina yang digerai dan poni tebal yang menutupi dahinya.
“Aku sudah siap. Ayo kita pergi!" Dina segera menggamit lengan Roy. Senyum tak lekang dari wajahnya. Ia benar - benar bahagia. Roy membukakan pintu mobil layaknya Dina seorang tuan putri. Dina benar - benar menghargai sikap pria itu terhadapnya.
"Eits, sebelum kita pergi, kamu harus memakai penutup mata.”
“Untuk apa?” tanya Dina tak mengerti.
“Sudah, tutup saja matamu.” Roy memakaikan penutup mata warna merah dan Dina menurutinya sambil terkikik.
“Jangan bilang kalau kita akan dinner di belakang rumahmu,” candanya.
“Tempat dinner kita seribu kali lebih baik dari belakang rumahku.”
“Mengerti.” Dina sudah tak sabar. Semoga saja dinner ini benar - benar luar biasa. Firework dinner. Ia tak menyangka akan mendapatkan dinner semacam itu.
Setelah tiga puluh menit perjalanan yang mendebarkan dan penuh rasa penasaran, Dina ke luar dari mobil dan dituntun Roy ke tempat yang sudah dijanjikannya.
"Apakah Sudah sampai?” tanya Dina tak sabar. Roy membuka penutup mata gadis itu. Bersamaan dengan itu, kembang api berbagai macam warna bermekaran di langit. Dina merekahkan senyum, takjub. Pupilnya tak lekang dari kilatan cahaya yang menerangi langit malam ini.
“Selamat datang di firework dinner!” seru Roy sambil merentangkan tangannya. Senyumnya merekah, kembang api seolah menghujani pria itu.
Dina tak dapat berkata apa - apa. Ia tak tahu di mana mereka sekarang. Kepalanya menelusuri setiap beluk tempat itu.
"Tamankah?" Diba dapat melihat taman bunga tulip membentang di sekitar mereka. Kembang api menyinari bunga-bunga tersebut. Dina takjub medapati bunga tulip aneka macam warna di sana. Merah, merah muda, kuning, ungu, dan putih. Bau harum khas bunga tulip memenuhi indera penciumannya. Dina berbalik, mencari tahu apa yang bisa membuatnya berada di tengah taman bunga ini. Ternyata ada jalan setapak yang di pinggirnya terdapat lilin-lilin kecil bercahaya, begitu romantis.
Yang paling membuat Dina bertambah takjub adalah di tengah taman bunga ini ditumbuhi rumput, membentuk hati dengan diameter sekitar 3 meter yang di pinggirnya juga diberi lilin, seolah tempat ini adalah tempat spesial untuk semua pasangan. Di hadapannya, meja juga dua kursi, makanan siap saji, dan lilin yang diletakkan di tengah meja tersebut. Benar-benar romantis. Apalagi Dina sekarang menikmati malam ini dengan orang yang dicintainya. Kembang api terus bersinar, warna - warninya membuat Dina merasa kalau ini adalah kembang terindah yang pernah dilihatnya.
"Bagaimana mungkin?” tanya Dina takjub.
“Ini di mana? Indah sekali.”
“Yang pasti bukan di belakang rumahku.” Roy menuntun Dina ke kursi lalu menarik kursi tersebut.
“Silakan duduk, Tuan Putri!”
“Terima kasih.” Roy tak bisa berhenti tersenyum. Ia membuka penutup makanannya.
“Ini apa? Steak?” tanya Dina. Kembang api tak berhenti menyinari mereka. Entah berapa uang yang Roy habiskan untuk malam romantis ini.
“Beef steak. Aku membuatnya sendiri untuk malam ini. Juga jus wortel kesukaanmu.”
"Ibu mu yang membuatnya kan?"
"Benaran ini aku yang buat. Aku belajar dari ibu ku."
Kemudian Roy memberikan sebuah kado untuk kekasihnya itu.
"Ini apa?"
"Bukalah!"
Dina takjub melihat isi kado tersebut. Seperangkat alat make up limited edition.
"Kamu tak perlu repot - repot memberikan aku ini. Aku ada kok di rumah kalau cuman peralatan make up kayak ini." ucap Dina mengembalikan kotak itu pada Roy.
"Sudah ambil saja. Aku sudah menyiapkan ini jauh - jauh hari."
Sungguh bahagia. Dina benar - benar bahagia. Dina tak akan pernah melupakan malam ini. Ia juga tak berhenti bersyukur karena Tuhan telah mempertemukannya dengan seseorang bernama Roy Widjaya. Roy yang membuatnya bisa terus tersenyum bahagia. Kembang api. Taman bunga tulip yang di tengahnya ada rerumputan berbentuk hati. Lilin - lilin kecil. Harum khas bunga tulip. Angin malam. Makanan buatan Roy. Warna - warni di langit hitam berbintang. Tidak ada orang lain. Hanya mereka berdua. Dina tak akan melupakan kenangan indah ini.
"Bagaimana kalau bulan depan kita fireflies dinner?” tanya Roy begitu mereka selesai makan.
“Kenapa harus bulan depan? Tidak minggu depan saja?”
“Supaya tidak membosankan. Apa kamu tidak bosan kalau setiap malam minggu kita dinner?”
Dina menggeleng kuat. “Tidak. Asalkan itu bersama aku tidak akan bosan. Tetapi ... fireflies dinner? Kunang - kunang? Wow...” Dina kembali takjub.
“Bagaimana kalau bulan depannya lagi lampion dinner? Kita adakan dinner sebulan sekali!” seru Dina girang.
“Kalau bulan ini kamu yang memberiku kejutan, berarti bulan besok aku yang akan memberi kejutan! Lihat saja! Tak akan kalah dengan kejutan mu!” Dina sangat percaya diri ketika mengatakannya.
“Baiklah.”
Dina menatap kekasihnya. Ia benar - benar bahagia malam ini.
“Terima kasih. Aku tak akan pernah menyesal telah memilihmu.” Roy menyentuh jemari Dina, menggenggamnya.
“Aku juga. Saat aku melamarmu, aku akan memberikan dinner terbaik yang tidak kamu duga. Dan aku akan melamar mu di taman seperti saat ini yang kita tempati. Aku janji."
Dina terkejut, takjub. “Ku tunggu saat itu. Aku ... sangat mencintai.”
“Aku juga sangat mencintaimu.”
Kembang api masih bermekaran di langit, menemani dua insan yang sedang jatuh cinta. Angin berhembus semakin dingin, membuat dua insan itu memutuskan untuk pulang. Melewati jalan setapak di tengah taman bunga tulip sambil bergandengan tangan. Senyum merekah dari bibir keduanya. Malam yang indah, dengan kembang api yang masih bermekaran. Firework dinner, bukankah itu dinner yang romantis?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Naryati
bolehkan aku membungkus satu laki laki seperti Roy?
2023-12-28
0
Putri Tidur
kirimkan aku satu lelaki kek gini Thor🤣🤣🤣
2023-12-28
0