KTMC 8. BINGKISAN MISTERIUS

“Jaga dirimu baik-baik di sana. Lanjutkan apa yang kamu impikan. Raih citamu, aku ada di dalam hatimu, dan akan selalu tersimpan disana.”

“Jaga diri juga disini, walau aku tak ada, kamu harus rajin. Aku support kamu dari sana. Aku juga tersimpan di dalam hatimu.”

“Ini, simpan baik - baik, jika kamu rindu aku, kamu cukup memutar video ini, aku ada disana.” Roy menyerahkan kaset video yang semalam kepada Dina.

“Terimakasih, kamu juga harus menyimpan ini, putar saja kuncinya.” ucap Dina sambil menyerahkan pula sebuah kotak berwarna pink muda. Roy menerimanya dengan senang hati.

Roy berjalan keluar dengan langkah pasti. Pasti Roy tidak akan melupakannya. Pasti Roy akan terus bermimpi dan meraih cita meski tak ada dia di sampingnya. Pasti Roy akan bertemu dengannya lagi suatu saat nanti, ketika Dina dan Roy sudah menjadi apa yang Mereka inginkan.

"Kamu, Roy, akan selalu ada dan tersimpan di dalam hati ini."

"Kamu, Dina, akan selalu ada dan tersimpan di dalam hati ini."

Persahabatan diawali dengan sebuah pertemuan, dan harus diakhiri dengan sebuah perpisahan. Inilah yang dirasakan oleh Roy dan Dina, sejak pertemuan mereka di sekolah tempat mereka mencari ilmu. Keakraban mereka bisa diibaratkan seperti pepatah, “Dimana ada gula di situ ada semut" Dimana ada Dina di situ ada Roy, dan begitupun sebaliknya.

Kekurangan Dina, adalah kekurangan Roy juga. Saling menerima, saling mengerti, saling melengkapi dan setia kawan adalah prinsip dari persahabatan Dina dan Roy. Mereka kelihatan sangat kompak. Ke manapun mereka pergi, mereka selalu saja bersama. Semua aktifitas pun mereka lakukan bersama. Sangking akrabnya, mereka sampai lupa dan tidak peduli degan teman-teman lainya di sekolah mereka. Suka - duka, canda dan tawa mereka lalui bersama. Mereka merasa dunia ini seakan milik mereka berdua.

Waktu terus bergulir. Cepat atau lambat perpisahan akan mereka alami. Awalnya Dina dan Roy sepakat untuk ketika tamat SMA nanti, mereka akan melanjutkan di universitas yang sama. Tapi kenyataan berkata lain, Roy harus berpisah dengan Dina. Orangtua Roy sudah mempersiapkan Roy untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah yang berbeda dengan Dina. Dina sangat sedih, ketika mendengar kabar dari orangtuanya. Hati kecilnya berkata, “kenapa kebersamaan kami harus berakir disini? Aku tidak mau berpisah dengan Roy” ucap Dina, air matanya pun semakin mengalir deras.

"Akankah kebersamaan kami berakir disini? Ya tuhan… aku tak sanggup menjalani hidup ini sendiri. Sekarang aku pasrah untuk menerima kenyataan ini. Jika memang tuhan berkehendak maka kami tidak akan dipisahkan tapi jika tidak maka walaupun berat, aku harus bisa menerima kenyataan ini. Demi masa depan, kami berdua harus berpisah. Tetapi aku yakin suatu saat nanti kami akan berjumpa kembali. Walaupun raga kami terpisah tapi hati kami akan selalu bersama di dalam doa."

🌟🌟🌟

...3 tahun kemudian...

Tiga tahun telah berlalu, Dina dan Cakra belum juga jadian. Dina berusaha mengambil hati Cakra dan kebiasaan - kebiasaan yang selama ini ia lekukan bersama Roy, mulai dari bermain game, makan, jalan - jalan, semua cara sudah Dina lakukan tapi Cakra tetap tak menyukai nya. Apapun yang di lakukan Dina semua salah di mata Cakra. Malahan menurut Cakra, semua yang di lakukan Dina itu sangatlah kenak - kanakan. Mereka dekat hanya sebatas sahabat, saling melindungi satu sama lain dan saling membantu jika di antara mereka ada kesulitan. Cakra siap melindungi Dina, seperti sewaktu Dina bersama Roy sahabatnya yang rela berkorban apa saja demi kebahagiaan Dina. Seperti hal nya kepergian Roy tiga tahun yang lalu. Semua semata - mata demi kebahagiaan Dina, Roy pun rela mengorbankan perasaan dan berusaha mengubur dalam - dalam perasaan lebih untuk sahabat nya itu, dengan cara pergi jauh dari kehidupan Dina.

🌟🌟🌟

Hari ini merupakan hari yang menyenangkan bagi Roy dan Dina. Keduanya sudah hampir 3 tahun tidak pernah bertemu secara langsung. Roy dan Dina dulu merupakan teman satu kelas. Sayangnya keduanya harus berpisah saat keduanya duduk di kelas satu.

Malam itu Dina duduk di pinggir kolam renang rumahnya, Ia bernyanyi sambil melihat bulan dan bintang bersinar dengan terangnya. Lagu yang Ia nyanyi kan berjudul “Friends” lagu yang di populerkan oleh Megan Trainor. Biasanya lagu ini mereka dengarkan bersama, Tapi kini Dina tak bisa lagi mendengar lagu itu dengan Roy karena dia telah pergi menyusul orang tua nya keluar negeri. Sudah 3 tahun lamanya mulai mereka kelas 10 sampai mereka kelas 10 semester dua, ia akan kembali atau tidak akan kembali. Entahlah, Dina pun tak tau.

Walau pun sahabat nya telah pergi selama tiga tahun, namun Dina belum bisa melupakan Roy seutuhnya.

"Mengapa aku tidak mengejarnya? Mengapa? Meskipun aku tau dia akan pergi, aku tetap ingin mengejarnya! Kini hidupku sunyi sepi, tak ada yang menemaniku dan tidak ada tempat untuk berbagi cerita, hanya kamu lah yang dapat mengerti perasaanku dan segala apapun yang ku inginkan, pasti kamu dapat memberikan apa yang aku inginkan. Sekarang harapan ku musnah begitu saja, semenjak kepergian mu! Aku berdoa agar Kita dapat bertemu di lain waktu, kapan pun itu, tahun depan? Bulan depan? Minggu depan? Atau esok lusa? Aku tak tau. Sampai saat ini ku hanya terbayang - bayang wajahnya yang polos dan senyumnya yang menawan." sesal Dina dalam hati.

Tiba - tiba Dina mendapatkan bingkisan dari Ibu nya yang entah dari siapa pengirimnya. Ibu Zeila pun berjalan ke arah kolam renang dimana Dina sedang duduk termenung.

"Din, ada paket untuk mu." ucap sang ibu sembari meletakkan paket berbungkus bunga - bunga berwarna merah di samping Dina.

"Dari siapa Bu?"

"Entahlah tidak ada nama pengirimnya." Ibu nya kemudian melangkah pergi meninggalkan Dina seorang diri.

Dina segera membuka kotak itu. Disana ada sepucuk surat.

"Surat?" gumam Dina saat melihat sebuah lembaran kertas yang dilipat serapi mungkin.

"Yang ngirim surat dan heels ini siapa ya? Dia tahu warna kesukaanku."

Dina bergegas mengambil surat itu, di depan surat itu belum ada nama pengirimnya! Dina pun membuka lipatan surat itu dengan sangat pelan. Dan dia pun membaca dengan perlahan isi surat itu. Semua tulisannya menggunakan bahasa Inggris. Iapun belum paham betul dengan arti tulisan - tulisan itu. Kemudian Dina terkejut saat di tengah - tengah isi surat tersebut terdapat tulisan menggunakan bahasa Indonesia!

"Semoga kamu menyukainya."

Tiba - tiba terdengar suara Ibu Zeila dari dalam rumah, menyuruh Dina untuk segera masuk dan tidur.

Dina melirik jam tangannya yang ada di pergelangan tangan kirinya.

"Pantas saja Ibu menyuruhku tidur! Sekarang saja sudah jam 11, bagaimana Mama tidak marah?” ucap Dina dalam hati sembari berdiri dan melangkahkan masuk kedalam rumah dengan wajah ceria walau ia tak tahu siapa pengirim paket itu.

🌟🌟🌟

Semenjak berpisah Roy dan Dina hanya bertukar kabar lewat sosial media. Seringkali Dina berharap bahwa suatu hari nanti Roy akan kembali datang dan kembali bersekolah dengannya. Pagi itu hp milik ibu Zeila berdering. Saat itu ibu Zeila sedang memasak sarapan pagi di dapur. Sementara hp milik ibu Zeila itu sedang dicas.

“Din, tolong ambilkan hp ibu!” pinta ibunya Dina.

Dina segera bergegas melaksanakan perintah ibunya. Setelah itu ibu Zeila menjawab panggilan telepon tersebut. Tetapi ibunya hanya sebentar lalu menyerahkan hpnya kepada Dina, “Panggilan ini ternyata buat kamu, Din.”

Dina merasa penasaran dengan siapa yang ingin berbicara dengannya. Soalnya sewaktu mengangkat telepon tadi. Dina melihat bahwa yang melakukan panggilan adalah nomor baru yang belum tersimpan di daftar kontak milik ibunya.

“Halo, siapa ini?” tanya Dina.

“Din, ini aku Roy. Bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Roy balik.

“Aku baik. Kuharap kamu juga dalam keadaan baik.”

“Alhamdulillah, aku di sini. Sangat baik.”

“Eh, ada kabar apa? Kok tumben telepon jam segini.”

“Begini, Din. Aku punya kabar baik. Bulan depan Ayahku akan dipindah tugaskan lagi ke Indonesia.”

“Hah, seriusan? Berarti bisa dikatakan kamu dan keluargamu pulang kampung, dong?”

“Belum bisa dikatakan begitu. Karena Ibu dan adik ku masih akan tinggal disana dalam jangka waktu lama.”

“Wah, kabar ini benar-benar baik. Rencananya kapan kamu pulang?”

"Kalau tidak ada halangan akhir bulan ini aku dan Ayah ku akan pindah ke Indonesia.”

Setelah perbincangan singkat ini, Dina merasa tidak sabar untuk menanti datangnya akhir bulan. Di sisi lain Dina sangat gembira dalam waktu dekat ini dirinya akan bertemu lagi dengan sahabat lamanya.

Ketika Roy sudah datang, Dina berencana akan mengajak Roy main ke taman untuk melihat bintang - bintang seperti waktu itu dan akan menyaksikan matahari terbenam bersama. Dina menanti Roy kembali. Membayangkan hal tersebut, Dina senyum-senyum sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!