Hal yang paling Vina sukai adalah hujan, walaupun umurnya sudah 19 tahun, namun ia masih suka hujan - hujanan dan menari di bawah derasnya hujan. Sejak kecil Vina tinggal bersama ibu, ayah serta kedua kakak angkat nya. Ia sangat menyayangi mereka, walaupun kandang - kadang ibu Mariam marah karena kenakalannya, begitu juga kakak - kakaknya mereka sangat menyayangi Vina dan sebaliknya, ketika ibu sedang ngomel dan marah - marah dialah yang suka membela Vina walaupun sikapnya itu sangat lebay.
Kakak pertama Vina bernama Nita, Kakak kedua Vina bernama Roy. Mereka berkuliah di universitas yang sama dan sama - sama mengambil jurusan seni, tapi itu dulu ketika mereka masih sama - sama tinggal di Amerika. Dan sekarang pun Vina masih membuntuti kemana Roy pergi. Mereka selalu bersama dan dia selalu menjaga Vina dimana pun, apalagi ketika ada orang yang mengganggu Vina dia akan menghajarnya walaupun hanya karena hal sepele. Walaupun ia kadang berlebihan namun sikapnya itu sangat menunjukan kalau dia sangat menyayangi adik angkat nya itu. Namun ada perasaan aneh dari Vina untuknya, perasaan yang tidak benar dalam hubungan kakak adik, bukan hanya sekedar rasa sayang, namun namanya rasa cinta juga hadir untuknya ketika mereka sama - sama masih kecil dan hingga mereka dewasa. Rasa yang tidak pernah Vina rasakan sebelumnya kepada orang lain. Tetapi Vina sadar, mereka sudah seperti adik dan kakak sendiri, jadi Vina memutuskan untuk tidak menceritakan kepada siapapun dan sedikit demi sedikit mengurangi rasa sayang yang Vina rasakan untuknya. Semakin Vina mencoba melupakan tapi rasa cinta itu semakin kuat yang Vina rasakan dan ia pun tak rela jika Roy di miliki oleh orang lain termasuk Dina yang ia anggap sebagai saingan nya.
Untuk mencurahkan perasaannya kepadanya, setiap hari Vina selalu menulis tentangnya di buku diari. Buku itu selalu Vina bawa kemanapun ia pergi. Tapi siang ini Vina tak melihat buku itu di dalam kamarnya padahal tadi pagi sebelum ia pergi buku diary itu masih ada di atas meja kamar tidurnya. Yang ia takutkan hanyalah jika diary itu jatuh di rumah dan ibu menemukannya, Vina takut ibu akan sedih dan kecewa karena anak perempuannya yang merupakan anak angkatnya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri menyukai anaknya laki-laki yang merupakan anak kandungnya.
Vina segera turun kelantai bawah dimana Ibu nya sedang sibuk di dapur memasak makan siang. Keluarga Widjaya tidak memiliki asisten rumah tangga, semuanya Ibu Mariam yang melakukan rutinitas ibu rumah tangga.
Di dapur rumah, ketika ibu akan tenggelam di balik rutinitas menanak nasi dan sibuk meracik sayur mayur. Lengking jerit teko berisi air mendidih akan meningkahi bunyi pisau yang beradu dengan talenan. Lalu bunyi kucuran air akan membuat semerbak aroma kopi, menguar menjalar masuk ke kamar tidur yang ada di lantai atas. Selama belasan tahun menjadi anaknya, begitulah yang dikerjakan ibu saban hari. Selain sibuk mengurus restoran keluarga, ibu juga paling bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan suami dan ke tiga anak - anak nya.
Dapur tak ubahnya kantor pertama ibu untuk menghabiskan waktu, selain setiap sudut rumah yang selalu ia sapu dan bersihkan. Debu bagi ibu adalah musuh utama. Tak boleh ada setitik debu pun menempel di furnitur rumah. Vas kembang akan senantiasa mengkilap dengan bunga yang akan diganti saban hari. Saat Vina berjalan mendekat jantung Vina berdetak kencang Vina takut hal yang tidak Vina inginkan takut terjadi, kerena sikap ibu sedikit berbeda.
"Apa ibu tidak lelah?” tanya Vina ketika sudah berada di dekat ibu angkat nya itu.
“Tidak. Ibu tidak pernah lelah,” sahut ibu sembari memotong ujung tangkai bunga mawar.
“Seharusnya ibu banyak rehat. Biar Vina bantu membereskan rumah,” Vina menyahut lagi sembari memandang berkeliling, mengamati keadaan rumah. Semua sudah rapi, bersih, dan tertata. Sedangkan aku baru saja kembali dari kampus Roy dan Dina.
"Sudah ibu kerjakan semuanya. Kamu mandilah, sebentar lagi kita makan siang.”
Sesaat kemudian Vina sudah mandi, sudah berdandan dan tentunya sudah memakai pakaian. Vina pun segera kelantai bawah tuk makan siang karena sepertinya Roy pun sudah kembali sejak tadi dari kuliahnya. Saat makan, tidak ada yang berbicara semua makan dengan tenang. setelah makan siang Roy langsung kekamar nya. Lalu ibu memannggil Vina ke kamarnya. Perasaan vina mulai tak karuan. Awalnya ibu hanya diam saja sambil menatap Vina lalu tidak lama kemudian dia berkata bahwa dia meminta maaf karena membuatnya tidak bisa memiliki kak Roy dan meminta Vina untuk melupakan kak Roy karena ia tidak ingin sesuatu yang buruk akan terjadi kepada hubungan keluarga kecil yang hangat ini. Ibu juga meminta Vina untuk tidak memberitahu tentang perasaannya kepada kak Roy, ia sangat menyayangi Vina dan kak Roy, jadi ia tidak ingin kehilangan salah satu dari kami.
Sambil mengelus rambut putri nya itu, "Sudahlah sayang laki - laki di luar sana banyak, apa lagi Putri ibu ini kan sangat cantik semoga dapat yang jauh lebih baik dari Roy. Jika Roy pernah menyakitimu, kamu harus menulis di pasir agar angin menghapusnya dan kamu memaafkannya. Namun, ketika orang melakukan hal baik pada kita, kita harus mengukirnya di batu agar angin tidak menghapusnya dan perlakuannya selalu kita ingat.”
Beberapa hari kemudian karena terlanjur malu dengan Ibu Mariam, Vina memutuskan untuk kembali ke Amerika. Vina menerima itu semua karena ingin membalas budi keluarga Widjaya yang sudah merawatnya sedari kecil. Hingga suatu hari, Vina memutuskan untuk kembali ke Amerika dan tinggal bersama kakak pertamanya, Nita.
"Ayah, Ibu, Vina izin pamit yah, Vina mau kembali ke Amerika," ucap Vina dengan sedih.
"Kamu yakin Nak, kamu bisa hidup sendiri di luar sana?" tanya Widjaya khawatir.
"Iya Yah, Vina bisa kok jaga diri, lagian Vina kan udah besar." ucap Vina meyakinkan.
"Terima kasih yah Yah, Ibu udah ngerawat Vina dengan baik, Vina harus pergi." ucapnya lagi sambil menyalimi Ayah dan Ibunya. Vina berjalan meninggalkan mereka. Ia berhenti dan berbalik, mengingat kenangannya di rumah Widjaya sedari ia masih berusia lima tahun. Ia menyunggingkan senyumnya kepada Widjaya dan berlalu pergi.
Setelah kepergian Vina, Widjaya menjadi sedih. Gadis mungil yang ia jumpai dulu dan memberikan kebahagiaan kepadanya kini telah pergi meninggalkannya. Vina terus berjalan meninggalkan rumah Widjaya. Di tengah terik matahari yang menusuk tulang, Vina tetap kuat dan terus berjalan tanpa tujuan. Jikalau dulu pemuda atau pemudi harus berjuang melawan penjajah maka sekarang Vina sebagai seorang pemudi harus berjuang sendiri untuk menghadapi kerasnya kehidupan. Ia harus berjuang dan Ia semakin jauh berjalan dan semakin diterpa sinar matahari. Wajahnya menjadi pucat dan keringat bercucuran di dahinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Anita Jenius
Semangat kak
2024-04-13
0
Naryati
semangat.
2023-12-23
0