KTMC. KEJUTAN ULANG TAHUN.

Keesokan harinya.

Dina bergabung bersama Ayah dan Ibu nya di meja makan untuk sarapan. Melihat kedatangan Dina, Ibu Zeila pun langsung mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Dina membalas ucapannya dengan mengatakan bahwa kini ia sudah dewasa jadi tidak perlu mengucapkannya dengan berlebihan.

"Apakah hanya Dina yang mendapatkan ucapan selamat ulang tahun? Apakah kalian semua nggak ada yang ingat hari ini tanggal berapa?" ucap Ayah Maria.

"Memangnya hari ini tanggal berapa?" tanya Ibu Zeila.

Ibu Zeila membuka tasnya dan mengeluarkan kotak kecil dari dalam sana, lalu memberikannya kepada suaminya.

"Selamat ulang tahun suami ku tersayang. Bagaimana mungkin hari spesial bisa di lupakan begitu saja."

Dina sedang menatap mangkuk sup rumput laut.

"Apa Ibu memakai ikan didalam sup ini lagi?" Tanya Dina kepada Ibunya.

Ibu Zeila menjawab,"Ya. Ikan membuat rasanya menjadi semakin enak."

Namun Ayah Maria tidak setuju dengan pendapat itu, "Ikannya memelototiku. Aku tidak bisa makan ini. Kenapa tidak memakai daging sapi saja atau pakai ayam saja?" Mendengar Ayah Maria yang terus protes, Ibu Zeila pun lama-lama kesal dan menjadi marah. Ia mengambil mangkuk sup rumput laut milik Ayah Maria dan kemudian memberikannya pada Dina.

"Kamu terlalu banyak mengeluh! Dengar, satu-satunya alasan kamu bisa makan sup ini karena kamu berulangtahun bersamaan dengan Dina!!" Ayah Maria lagi-lagi menggerutu dan mengatakan bahwa ia hanya akan makan telur goreng saja di hari ulang tahunnya itu.

Ibu Zeila berteriak untuk memanggil putri pertama nya untuk sarapan, "Maria! Apa kamu nggak mau sarapan?!"

Maria ikut membalas teriakan Ibunya dari dalam kamar, "Aku tidak mau makan!!"  

Ayah Maria yang mendengar pun berteriak untuk bertanya pada Maria, "Apa kamu tidak lapar?"

Ya, putri pertama dari keluarga Adithama telah kembali dari luar negri sejak semalam.

Maria turun dari kamarnya dan duduk dikursi meja makan disebelah Dina. Ia kemudian memberikan hadiah untuk Dina, "Selamat ulang tahun Dina. Ini untukmu."

Ayah Maria yang melihat hadiah Dina pun bertanya pada anaknya, "Mana hadiah untuk Ayah?"

Maria menatap Ayahnya, "Iya, Ayah hadiah tuk Ayah sudah Maria siapkan."

Dina terlihat senang saat melihat sebuah kado diatas meja dari Kakak perempuan nya itu. Ia segera membuka kado itu dan ternyata isinya adalah sebuah kaos dengan merk Guess. Awalnya ia senang mendapatkan kado itu, namun kemudian ia mengerutkan keningnya ragu, "Tunggu .... Ini ... Apa ini palsu?"

Ia merasa demikian karna di ulangtahunnya yang ke 15, 16 dan ke 17, ia selalu mendapatkan barang palsu dari Kakaknya.

"Kali ini aku jamin semua barang yang aku belikan untukmu itu semuanya asli." ucap Maria meyakinkan.

"Lalu bagaimana dengan Ayah?"

Sang Ayah menatap hadiah pemberian dari Maria, "Ini lagi? Apa kamu akan terus memberikan kupon di hari ulang tahunku?"

Maria membalas menatap Ayahnya, "Kenapa? Apa Ayah tidak suka?"

Sang Ayah menjawab, "Tidak."

Maria kemudian mengatakan bahwa ia memberikan hadiah kupon itu karena ia tau bahwa sang Ayah akan menggunakannya.

Sang Ayah menatap kupon yang diberikan Maria padanya, "Minta maaf padaku, peluk aku, tenangi aku, lakukan apa yang aku pinta? Benarkah?"

Maria menganggukan kepala membenarkan, "Maria akan melakukan apapun yang tak memakai uang. Bukankah Maria ini anak yang baik sekali?" tanya Maria sambil menggeliti dagu Sang Ayah. Sang Ayah hanya menatapnya sinis.

"Ibu hari ini harus ke amerika selama 2 tahun karena ada kerjaan yang harus Ibu urus di sana. Makanya Ibu meminta pulang kakak mu sedikit lebih awal ke Indonesia." ucap Ibu Zeila.

"Hah!! 2 tahun apa nggak kelamaan??" ucap Dina.

"Kan ada kakak kamu yang menemanimu di rumah." ucap Ibu Zeila.

"Ibu dan Ayah juga." tanya Dina.

"iya.." ucap ibu Zeila singkat.

"Baik - baiklah kalian di rumah."

Disekolah.

Dina kembali membaca bagaimana cara membuat gebetan menyukainya dan tips ketiga adalah memasak untuknya atau memberikan makanan padanya. Dina menamakan taktik ini dengan taktik sarapan pagi. Dina menunggu Cakra di depan pintu gerbang sekolah untuk memberikan roti pada Cakra yang di beli di kantin sekolah. Tapi saat Cakra datang, ia menolak karena ia tidak suka roti, ia menyuruh Dina berhenti memberinya roti.

"Aku tidak suka roti." ucap Cakra.

Dina ternyata tidak menyerah, ia menunggu Cakra setiap hari dan di hari ke-8, Cakra tidak muncul-muncul, padahal sudah jam 8. Sekolah mereka masuk jam 8 pagi dan Dina terlambat ke sekolah hari itu. Satpam sekolah bahkan mengatakan ini ke-5 kalinya Dina terlambat.

Gagal dengan taktik makanan belum membuat semangat Dina memudar.

🌟🌟🌟

Roy duduk disisi Dina berkata bahwa dirinya masih bingung antara memilih main golf di puncak atau pergi ke bioskop. Dina bercanda dengan mengatakan bahwa baik nya dia tidur saja.

Dina kembali bertanya pada Roy, "Apa kamu tidak tau bahwa beberapa hari yang lalu adalah ulang tahunku?"

Dina yang sedang kesal dengan sahabatnya itu pun menjawab bahwa ia tidak memiliki sahabat. Dina lagi-lagi bertanya, "Apa kamu lebih menyukai bermain golf dari pada aku?" Roy menjadi kesal ditanya terus dan ia pun meminta pada Dina agar tidak membahas masalah itu kembali. Roy kemudian memberi sepucuk surat untuk Dina.

"Apa ini?"

"Buka saja."

Setelah Dina tahu apa isi surat itu, ia pun segera bangun dari kursi nya lalu menyusul Roy keluar. Dina sudah berada di luar kelas tapi tidak menemukan Roy disana. Dina kembali masuk kedalam kelas. Sebelum menutup pelajaran hari ini Ibu Evelin menyuruh siswa nya kumpul di lapangan. Dina lebih awal tiba di sana tapi disana ia tidak menemukan siapa pun. Setelah beberapa menit mencari, akhirnya ia menemukan teman-teman nya. Tetapi ada seorang temannya yang belum bertemu dengannya, yaitu Roy. Dina mencoba menghubungi Roy melalui SMS tetapi tidak dibalas. Dina juga sudah coba menelponnya tapi nomornya sedang tidak aktif.

“Len, Roy nggak ada nih, kamu tahu gak dia ada dimana?” tanya Dina pada Lena ketika ia sampai dilapangan tempat mereka berkumpul.

"Nggak tahu, coba kamu cari dikelas, mungkin masih disana.” jawab Lena sambil tetap fokus memainkan hpnya.

“Udah aku cari ke setiap sudut sekolah tapi aku tidak menemukannya.” Jawab Dina sedikit panik, karena sebentar lagi kumpul dimulai.

“Yaudah kamu kan bisa SMS atau telpon dia, apa susahnya sih?!” Jawabnya agak sinis.

“Udah aku coba SMS dan telpon tapi nomornya enggak aktif. Coba kamu bantu cari apa susahnya sih?!” jawab Dina agak kesal.

“Terus kalau aku bantuin cari, yang koordinir teman-teman yang lain siapa?! Cari sendiri apa susahnya?!” Jawab Lena marah.

"Ah sudahlah! Biar aku susul ke apartemen nya saja, mungkin dia sudah pulang.” Jawab Dina sembari berlalu pergi.

“Yaudah, kenapa nggak dari tadi aja kaliiiiii??!!!!” jawab Lena makin kesal.

Dina hanya melirik ke arahnya dengan tatapan kesal. Dina mengambil motor ditempat parkir dengan kasar. Kemudian melaju dengan kecepatan tinggi. Dina tak tahu kenapa, hari ini Lena begitu sensitif. Ia jadi mudah marah, padahal Dima hanya bertanya. Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya Dina sampai di apartemen Roy. Apartemen nya tampak kosong. Dina mengetuk pintu dan mengucapkan salam beberapa kali namun tak ada yang menjawab. Ketika Dina memutuskan untuk kembali ke sekolah, tiba-tiba pintu dibuka. Roy sendiri yang membukanya. Dengan mulut yang penuh dengan nasi, ia bertanya: “Ada apa Din?” 

"Ada apa, ada apa! Hari ini ada kumpul! Kenapa kamu malah pulang?!” Dina berdengus kesal.

Sambil mengunyah Roy berkata, “Oh iya Din aku lupa.” jawabnya dengan muka polos.

“Aku habiskan nasiku dulu ya. Setelah itu baru kita pergi.” 

“Ah nggak usah, ngggak usah! Nanti kita telat. Ayo cepetan!” jawab Dina panik. Kemudian Roy bergegas mencuci tangannya lalu ikut naik motor dengan Dina.

Tak terasa, akhirnya Dina dan Roy sampai disekolah. Siswa - siswi yang lain sudah menunggu cukup lama di lapangan tempat mereka kumpul. Hal itu membuat mereka merasa kesal. Dina dan Roy menjelaskan mengapa mereka datang kesekolah telat dan mereka berdua meminta maaf pada teman - teman nya. Kemudian mereka semua membicarakan tentang masalah keorganisasian bantara yang sedang mereka alami. Mereka semua berdemokrasi untuk menyelesaikan masalah  tersebut. Namun, Elma, salah satu anggota bantara, menyalahkan Dina sebagai penyebab atas permasalahan yang ada. Dina terkejut, mengapa tiba-tiba seorang teman itu menyalahkan Dina?

“Teman-teman, kalian semua tahu gak penyebab dari masalah yang kita alami sekarang? Penyebabnya itu adalah dia!” Ujar Elma sambil menunjuk ke arah Dina.

Dina dan beberapa temannya terkejut. Mengapa Elma bisa berbicara seperti itu pada Dina?

“Apa? Aku? Kenapa aku yang disalahkan Elma? Kamu kalau ngomong jangan sembarangan!” Bantah Dina dengan sedikit kesal.

“Ya siapa lagi kalau bukan kamu?! Kamu kan yang terlambat datang dalam organisasi ini. Yang harus disalahkan ya berarti kamu!” jawab Elma marah.

“Enak aja kamu ngomong! Enggak setiap masalah yang ada itu penyebabnya adalah aku sendiri!” Jawab Dina ikut marah.

“Ah udah-udah! Bisa nggak sih kalian ngomongnya gak usah marah - marah?! Gak usah berisik?! Banyak orang tuh diluar, malu sama orang-orang!” Saut Roy salah.

Saat mereka sedang berbincang - bincang, karena suara mereka keras akhirnya terdengar oleh beberapa anggota senior bantara, yaitu teh Irma, teh Caroline, dan kang Jamal. Kemudian mereka ikut gabung dan merasa heran dengan suasana yang terjadi di lapangan itu.

“Ada apa ini? Ko pada ribut kaya gini?” Tanya teh Caroline dengan heran.

Seketika mereka semua langsung diam dan kembali duduk ditempat kami masing - masing.

“Ini teh kami lagi ngomongin masalah yang lagi kita alami sekarang.” Jawab Dina dengan pelan.

“Oh gitu, terus kenapa sampe pada ribut gini?” tanya teh caroline lagi.

“Maaf teh, kita kebawa emosi gara - gara dia!” Jawab Sella yang merupakan anggota bantara juga sambil menunjuk Dina

“Apaan kamu Sella tiba-tiba nyalahin aku?” jawab Dina mulai kesal.

“Ah kamu jangan pura-pura enggak tau gitu!” Saut Nuni yang juga anggota bantara.

“Apaan sih kalian! Kok jadi tiba-tiba nyalahin aku kaya gini?” jawab Dina sedikit marah.

“Sudah - sudah! nggak usah pada ribut gini! Coba sekarang kalian ceritain kronologi dari masalah ini!” Saut teh Irma yang mulai kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!