Dina sudah kembali dari ruang guru. Dina langsung duduk di kursinya dengan wajah kesal. Lena dan Cakra menghampiri Dina di mejanya.
"Kok cemberut? Ada masalah apa di panggil Bu Shinta?" tanya Cakra pura - pura tak tahu walau sebenarnya ia sudah tahu.
"Ini semua gara - gara kalian berdua nggak mau mengajarkan aku teori musik." ucap Dina.
"Makanya belajar." ucap Lena santai.
Untuk membuang rasa kesalnya Dina pun mengeluarkan alat make up yang di kasih Roy semalam dan meletakkan nya di atas meja lalu memotonya.
"Dari Roy kah?" tanya Lena.
"Iya."
"Romantis nya." Cakra ikut menimpali.
Cakra kemudian memegang kedua lengan Dina, "Kisah percintaan kalian sudah sampai mana?"
"Nggak ada."
"Nggak mungkin."
"Apakah kalian nggak pernah c*uman?"
"Aku."
"Cowok itu sebelum pacaran pasti jual mahal. Tapi setelah pacaran pasti dia berubah. Jadi lebih agresif nanti takutnya dia kecewa loh."
"Apaan sih." ucap Dina kemudian kembali sibuk dengan handphone nya tanpa memperdulikan ocehan Cakra.
"Malam ini kita makan malam yuk!" isi pesan Dina tuk Roy.
🌟🌟🌟
Malam itu, Dina telah datang lebih dulu dan memesan sebuah meja di restoran favoritnya. Sudah hampir satu jam Dina menunggu, Namun Roy belum juga menampakkan batang hidungnya. Di atas meja itu, sudah tersedia sepiring nasi, seporsi bebek panggang, dan sepiring spageti. Tiga jam telah berlalu namun yang di tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Dina mencoba menghubungi Roy tapi handphone Roy dalam keadaan mati. Dina terus menatap kearah pintu mengharap yang di tunggu sudah berdiri disana.
"Maaf, restoran kami sudah mau tutup." ucap pelayan laki - laki itu. Dina pun berdiri dan meninggalkan restoran itu dengan hati yang sangat sedih bercampur rasa kecewa.
Saat sedang berjalan kaki tiba - tiba handphone Dina berdering.
"Roy sekarang ada di bandara." ucap suara yang ada di seberang sana. Dina pun langsung menuju bandara untuk menyusul sang pujaan hati.
🌟🌟🌟
Di bandara.
Dina segera berlari masuk kedalam ruang tunggu untuk mencari seseorang yang selalu ia rindukan. Dina berlari kesana kemari tanpa memperdulikan keringat yang kini bercucuran membasahi wajahnya cantiknya. Dina berdiri di tengah - tengah ruang tunggu sembari mengedarkan pandangannya kesana kemari untuk mencari keberadaan sang pujaan hati. Tiba - tiba dari belakang ada seseorang yang memegang pundak Dina.
"Ngapain kamu disini?"
Dina pun menoleh kebelakang. Dina pun langsung memeluk pria itu seolah-olah takut jika ia pergi seperti beberapa tahun yang lalu. Setelah cukup lama berpelukan, mereka pun saling melepas kan.
"Kenapa nggak datang? Aku sudah menunggu lama disana."
"Bukankah acara makan malamnya besok malam." ucap Roy sembari membuka handphone nya untuk melihat kembali pesan yang dikirim kirim Dina tadi siang.
Dina kembali memeluk Roy dan tanpa sengaja mencium pipi Roy. Roy terdiam kaku hampir tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka pun saling membalas pelukan.
Setelah melepas pelukannya, "Kamu ngapain kebandara?"
"Aku ..."
"Mau jemput aku kan?" ucap wanita itu.
"Ketemu cewek lain, kamu lupain kakak ya?" ucap kakak Roy sembari mencubit pipi adiknya.
Ya, Nita telah kembali dari luar negeri setelah bertahun - tahun lamanya tinggal di luar negeri untuk melanjutkan bisnis keluarga nya. Kali ini ia kembali karena ia memiliki perjalanan bisnis di daerah asal nya yaitu Indonesia.
"Kakak?" tanya Dina lirih.
Sembari menggaruk kepalanya, "Dia bukan kakak ku. Dia lebih tepatnya di sebut Tante ku. Dia kembali kesini karena ada perjalan bisnis."
Dina mengulurkan tangannya, "Hallo aku..."
"Aku tau kamu. Nama kamu Dina kan? Roy sering bercerita tentang mu. Aku datang kesini untuk melihat kalian berdua. Ibu ku mengkhawatirkan Roy, makanya aku di suruh ibu kesini menemani Roy sekalian mengawasi Roy. Sejak kecil kami memang seperti ini, jarang akur. Kamu jangan salah paham. sekarang sudah nggak gitu lagi."
🌟🌟🌟
Keesokan harinya.
Nita sedang mengecat sebuah ornamen di galeri tempat ia bekerja. Nita mengambil sapu dan kain pel untuk membersihkan lantai di sekitar ornamen itu. Asisten nya berlari ke arahnya dan memberitahu kalau mereka punya masalah.
"Penerbangan ditunda."
Nita melihat jamnya dan bertanya kapan perkiraan kedatangannya. Sang asisten menjawab jam 7 karena penundaan penerbangan selama 9 jam.
"Haruskah kita menunda pamerannya?"
"Ngomong apa kamu? Kita akan mengadakan pameran jam 10 pagi apapun yang terjadi."
Asisten 2 menutup galeri lalu menyusul Nita dan asisten 1. Mereka berganti pakaian training lalu bahu membahu mengecat dinding ruang pameran. Lukisan untuk pameran datang. Nita meminta asisten 1 mengecek jumlahnya. Asisten 2 membantu mengangkat lukisan yang di packing dengan kayu. Nita memintanya berhati-hati. Hampir saja lukisan itu jatuh. Beruntung Nita sigap menahannya.
Terakhir adalah memasang spanduk super besar di gedung galeri. Nita sangat senang karena hasilnya sempurna. Kerja lembur mereka tidak sia-sia. Pameran di gelar. Banyak orang yang hadir di sana termasuk seorang seniman wanita, Hanna.
Nita memberi isyarat pada para pemain biola untuk berhenti bermain. Ia bersiap di depan mikrofon.
"Widjaya Gallery dengan hormat membuka pameran seni Hanna. Ijinkan saya memperkenalkan bintang pameran kita hari ini, Hanna."
Pameran seni yang di laksanakan Nita berjalan dengan lancar. Dina dan Roy memilih pulang lebih awal, tapi ketika mereka sudah di apartemen, Nita menelepon Roy.
"Aku mabuk." telepon terputus.
"Kakak ku mabuk, aku mau pergi jemput dia dulu." ucap Roy sembari berdiri dari tempat duduknya. Dina hanya tercengang.
Sesaat kemudian Roy kembali dengan dua buah helm di tangannya.
"Yuk jalan!"
"Nggak mau."
Roy pun mendekatkan wajahnya pada Dina.
"Kamu harus pergi."
🌟🌟🌟
Roy dan Dina memapah tubuh Nita yang saat ini sedang dalam keadaan sempoyongan, "Aku sudah bilang ke ayah dan ibu, kalau aku akan menjaga mu dengan baik." Tiba - tiba kaki Dina tersandung belum sempat ia terjatuh Roy lebih dulu menangkap tubuh mungil Dina. Akhirnya Roy terjatuh dan Dina terjatuh tepat di atas tubuh Roy, Roy pun kehilangan kesadaran.
...****************...
Mereka sudah di rumah.
Dina datang dan membawakan nasi tuk Roy. Disaat yang bersamaan Nita juga masuk kekamar Roy dengan membawa makanan yang sama hanya berbeda menu.
Nita pun langsung berjalan kearah nakas lalu mengambil tempat nasi Dina dan menukar kan dengan yang ia bawa. Nita lalu membuka tempat nasi Dina.
"Kamu balik saja istirahat. Biar Roy aku yang jaga."
"Nggak papa kok aku bisa jaga dia. Lagi pula dia seperti ini karena aku."
"Aku nggak mengijinkan mu tuk jaga dia."
"Aku nggak perduli apa isi di pikiran mu, tapi ini Masalahku bersama Roy."
"Kamu ini anak - anak atau remaja sih? Cowok tuh anak kecil, buat temani dia main saja tunggu dia puas dia baru cari yang serius. Kamu nggak pantas."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Anita Jenius
Lanjut baca di sini..
2024-04-20
0