Rai kemudian bangun, dan melangkah keluar dari dalam bak mandi.
(Suami pulang dengan keadaan luka luka seperti ini dan wanita ini tidak ingin tau apakah aku pergi untuk membunuh orang atau membakar orang). Ucap Rai dalam hati sambil terus menatap Alena
“Apakah tidak ada yang ingin kau katakan?” Ucap Rai sambil melepaskan celananya di depan Alena.
(Saking takutnya aku jadi lupa... dia juga terlalu semberono di depan orang buta). Ucap Alena dalam hati.
“Jangan terluka lagi di masa depan, bahkan jika aku bisa membagi rasa sakit denganmu, bukankah rasa sakit itu akan masih ada di tubuhmu sendiri?” Ucap Alena sambil memakaikan baju mandi ke tubuh Rai yang sudah telanjang bulat. Sementara itu Rai hanya terdiam mendengar ucapan Alena kepadanya.
Alena kemudian membawa Rai ke kamar dan membantunya berbaring lalu menyelimuti tubuh Rai dengan baik sambil menatap gelang mutiara yang berada di tangan Rai.
(Untungnya gelang mutiara ini baik baik saja, aku harus mencari kesempatan untuk mendapatkan gelang itu kembali). Ucap Alena dalam hati sambil terus menatap gelang itu.
“Rai, aku takut mengganggu istirahatmu jika aku tinggal disini, tapi jika kau tidak keberatan aku disini.....”
Alena belum selesai melanjutkan ucapannya tapi Rai dengan penuh tenaga menarik tangan Alena hingga tubuh Alena jatuh kepelukannya.
“Untuk apa pergi, kita harus melanjutkan yang tadi.” Ucap Rai sambil tersenyum jahat.
(Kau... seenak jidatmu saja). Ucap Alena dalam hati.
“Tidak, kau terlalu terluka parah.” Ucap Alena berpura pura lemah lembut.
Alena tiba tiba membeku saat Rai mencium keningnya dengan lembut.
“Aku terluka parah dan kau sedang hamil, tepat pada waktunya, kita bisa melakukan sesuatu yang seru bersama.” Ucap Rai penuh energi.
(Kau memang merasa seru, tapi aku tidak. Dan aku masih harus terus berpura pura) ucap alena dalam hati.
Sambil mencium kening Rai, Alena berkata.
“Andai aku mati pun, kau harus tetap hidup, aku ingin kau selalu baik baik saja.” Ucap Alena dengan lembut sambil memegang wajah Rai.
Perlakuan Alena yang begitu lembut kepadanya membuat hati Rai sedikit goyah, ia mengizinkan Alena pergi malam itu karna ia tidak ingin hatinya semakin luluh pada gadis buta itu.
“Ada kartu di depan pintu, keluar sana!” Ucap Rai dengan nada mengusir.
“Baik, kalau begitu istirahatlah dengan baik.” Ucap Alena sambil berjalan keluar dari kamar Rai menggunakan tongkatnya. Tapi sebelum Alena keluar dari kamar, ia sempat mengucapkan selamat ulang tahun kepada Rai dengan nada pelan tapi Rai masih bisa mendengarnya.
Ke esokan harinya di kedai teh milik Alena......
“Nona, beberapa pelanggan yang memesan teh kepada kita baru saja membatalkan pesanannya.” Ucap paman Tomi pada Alena.
“Tidak perlu kaget, ini pasti ulah Arianda, dia ingin melihat pertunjukan yang bagus dariku, tapi dia tidak berhasil, tentu saja dia akan balas dendam.” Ucap Alena dengan tenang.
“Apakah kita hanya akan duduk diam disini?, seharusnya aku bisa menghindari ketika aku pergi malam itu.” Ucap paman Tomi merasa bersalah.
“Kau tidak perlu menghindarinya, terkadang kedengkian orang tidak bisa di jelaskan, paman Tomi, kau tidak perlu khawatir, kota ini tidak hanya milik keluarga Alokka, dan tidak semua orang kaya bersekongkol dengan keluarga Alokka.” Ucap Alena sambil menenangkan paman Tomi.
“Apa maksud nona?” Ucap paman Tomi bertanya.
“Aku ada janji dengan nyonya Wilson untuk minum teh hari ini, dia akan segera tiba.” Ucap Alena sambil beranjak dari tempat duduknya.
Alena mendengar bahwa nyonya besar dari keluarga Wilson itu bersifat terus terang dan sinis, keluarga Wilson juga sudah berselisih dengan nyonya besar dari keluarga Alokka sejak mereka masih muda, dan mereka masih terus bersaing secara diam diam hingga sekarang, jika Alena butuh penolong tidak ada yang lebih baik dari meminta bantuan kepada keluarga wilson.
Tak lama kemudian nyonya besar keluarga Wilson telah tiba dan tidak di sangka ia datang bersama nyonya besar keluarga Luwis.
“Kudengar nyonya besar keluarga Alokka mengundangmu kerumahnya sampai tiga kali, tapi kau tetap tidak datang ke acara makan malam penggalangan dana itu.” Ucap nyonya Wilson kepada nyonya Luwis sambil berjalan masuk ke kedai teh milik Alena.
“Tentu saja ini karna kau, jika aku pergi, kau pasti akan kesal denganku sampai mati.” Ucap nyonya besar Luwis.
“Cih, aku tidak tahan dengannya!, dia itu caper dan sok polos, dari muda sampai tua masih sama saja!, sampai sekarang juga masih caper dan sok polos.” Ucap nyonya Wilson pada sahabatnya.
“Sudah, sudah...” Ucap nyonya luwis menenagkan sahabatnya.
Sementara itu Alena yang melihat kedatangan nyonya Wilson bersama dengan nenek Rai hanya terkejut sambil berkata di dalam hatinya. (Situasi apa ini?, ternyata mereka berdua itu berteman baik, tidak ada cara untuk mundur sekarang). Ucap alena dalam hati sambil berjalan keluar untuk menyambut kedatangan tamunya.
“Halo nyonya Wilson, halo nyonya Luwis.” Sapa Alena dengan sopan.
“Halo?, bagaimana kau tau dia ini nyonya Luwis?, ah.., aku hampir lupa, kedai teh ini di rekomendasikan oleh cucuku Kenzo, dia mengatakan bahwa keluarga Luwis selalu membeli teh di kedai ini, bos muda ini pasti pernah mendengar suaramu.” Ucap nyonya Wilson.
“Iya, teh yang digunakan di rumah semua di beli dari sini, tapi ini pertama kalinya aku datang, aku sangat menantikan, bos muda ini pandai dalam pekerjaannya.” Ucap nyonya Luwis sambil berjalan masuk.
Mereka kemudian masuk dan duduk di sebuah meja, mereka berempat duduk dan Alena mulai menyeduh teh untuk kedua tamunya.
“Bos muda ini sangat hebat, jangan memandangnya sebelah mata karna ia buta, teh yang ia buat merupakan teh terbaik yang pernah ada, aku memintanya untuk datang dan bekerja di rumah, tapi dia ingin memulai bisnisnya sendiri, jadi tentu aku akan datang dan mendukung bisnisnya di sini.” Ucap nyonya Wilson yang terus memuji Alena.
“Tidak, aku masih bukan ahlinya, masih banyak yang harus aku pelajari.” Ucap Alena merendah.
“Sekarang situasinya sudah berbeda, mungkin dalam beberapa hari kedai teh ini akan tutup, bos muda kami ini tidak punya tempat lain lagi untuk pergi, dan aku ingin bertanya apakah nyonya Wilson masih akan menerimanya?” Ucap paman Tomi sambil memberikan secangkir teh untuk nyonya Wilson.
“Hah?, apa yang terjadi?, bukankah bisnis ini berjalan dengan lancar?, kenapa harus tutup?” Tanya nyonya Wilson terkejut.
“Ah, itu karna beberapa hari yang lalu bos kami di undang ke acara makan malam penggalangan dana keluarga Alokka, siapa yang tau bahwa dia akan di benci di sana.” Ucap paman Tomi menjelaskan.
Sementara itu, nyonya Luwis hanya mendengarkan sambil mencoba teh yang dibuat oleh Alena, ia lalu terkejut ketika mencoba teh buatan Alena.
(Ternyata teh yang Alena seduh benar benar enak). Ucapnya dalam hati sambil menikmati tehnya.
Namun, saat ia sedang menikmati tehnya, tiba tiba ia di kagetkan dengan teriakan dari nyonya Wilson yang sedang marah.
“Orang macam apa itu?” Teriak nyonya Wilson dengan marah.
“Kau sudah bukan anak muda lagi, jaga sikapmu.” Ucap nyonya Luwis menenangkan sahabatnya.
Nyonya Wilson begitu marah mendengar perlakuan keluarga Alokka kepada Alena, ia berjanji akan membantu Alena untuk mempertahankan bisnisnya, ia juga akan bekerja sama dengan Alena dalam industri lelang keluarga Wilson, mendengar itu, Alena sangat senang dan berterima kasih kepada nyonya Wilson.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments