Di rumah pribadi Rai....
Rai pergi keluar untuk menyelesaikan urusannya dan meninggalkan Alena sendirian di dalam rumah, setelah Rai pargi, Alena merasa sangat kesal dengan ulah Rai kepadanya, apalagi Rai pergi dengan membawa gelang peninggalan kakeknya yang telah susah payah ia dapatkan.
(Aku telah menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan gelang itu, bagaimana bisa Rai mengambilnya begitu saja?, dia bertingkah seolah olah aku yang memberikannya?, kapan aku bilang aku mau memberikannya).
Ucap Alena sambil menggerutu di dalam hatinya.
Alena kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari kamar menuju ke ruang tamu untuk memastikan apakah Rai benar benar sudah pergi atau belum, tapi ia tidak melihat keberadaan Rai di rumah itu, jadi itu tandanya Rai benar benar sudah pergi.
Tiba tiba, bel rumah Rai berbunyi, Alena kemudian melihat ke arah sebuah layar kecil di samping pintu untuk melihat siapa tamu yang ada di luar, dan ternyata orang yang sedang memencet bel rumah Rai adalah Kenzo.
Kenzo datang dengan membawa sebuah hadiah untuk di berikan kepada Rai.
“Kak Rai lihat, ini adalah harta paling berharga dari keluarga alokka!, pedang kuno milenium!, pedang ini pernah terkena darah manusia. Aku rasa ini cocok sekali padamu, jadi aku membelinya untukmu. Biarkan aku masuk, hadiah ulang tahun sebaiknya diberikan pada hari ulang tahun.” Ucap kenzo dengan semangat sambil menunjukkan hadiahnya ke arah layar di samping pintu.
Namun, kenzo tidak mendapatkan jawaban apa apa dari dalam rumah dan ia mengira Rai sudah tidur jadi ia kemudian pergi meninggalkan rumah Rai dengan membawa kembali hadiahnya.
Sementara itu, di dalam rumah, Alena mendengar ucapan Kenzo dan ia baru mengetahui kalau hari ini adalah hari ulang tahun Rai.
(Hari ini adalah hari ulang tahun Rai, Jangan jangan tadi ia hanya mendengar setengah dari percakapanku dengan Ami di telfon tentang ulang tahun, dan mengira bahwa aku bersedia menerima hinaan sepanjang malam agar aku bisa mendapatkan gelang mutiara itu untuk di berikan padanya?, gila.. kebetulan macam apa ini?, sudahlah, lupakan saja, sebaiknya aku memikirkan cara untuk keluar dari rumah ini). Ucap alena dalam hati sambil mencari cara untuk keluar dari rumah Rai.
Alena terus mencoba menekan pasword tapi ia tidak berhasil, ia harus menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa keluar dari rumah itu jika Rai tidak kembali.
Alena kemudian berjalan menuju balkon rumah Rai dan menikmati pemandangan kota yang indah di malam hari, kebetulan balkon itu juga mengarah tepat ke arah kediaman keluarga Lasora dulu, Alena kembali mengingat kenangannya yang indah bersama keluarganya dan membuat ia merasa sedih, sampai sekarang rumah tua itu masih ada, tidak ada yang mau membelinya karna menganggap bahwa rumah itu adalah rumah pembawa sial.
“Pohon kecil yang aku tanam bersama ayah dan ibu, seharusnya sudah tinggi, pasti ada banyak rumput liar. Bunga bunga yang di tanam oleh bibi ketiga mungkin sudah tumbuh liar, lalu, jembatan kecil di pavilium belakang, tempat kakak sering melompat lompat hingga retak, apakah sudah rusak sekarang?” Ucap Alena dengan nada sedih dan tanpa ia sadari, ia sudah begitu lama menunggu kedatangan Rai di atas balkon.
“Balmm...” suara pintu yang ditutup membuat Alena terkejut.
(Rai, bagaimana dia bisa terluka separah itu). Ucap Alena dalam hati.
Rai berjalan masuk dengan kaki yang gemetar, dan dengan tubuh yang di penuhi luka, Alena kemudian berjalan menghampiri Rai yang sedang minum segelas air di dapur.
“Rai, kau sudah pulang?” Ucap Alena sambil berjalan meraba tembok.
Rai terkejut mendengar suara dan langsung memasang wajah waspada. Namun, ketika ia berbalik, ia melihat bahwa sumber dari suara itu adalah Alena.
“Kau masih belum pergi?, sudahlah lupakan saja, kemarilah.” Ucap Rai sambil mengulurkan tangannya kepada Alena.
Alena kemudian berjalan ke arah Rai sambil terus meraba raba tembok di sekitarnya.
“Tidak ada yang menghalangimu, berjalanlah lebih cepat.” Ucap Rai pada Alena.
Alena kemudian berjalan lebih cepat dan ketika ia sampai di dekat Rai, Rai menarik tangan Alena dan memeluknya lalu mencium kepala Alena dengan lembut.
“Rai, apa kau terluka?” Tanya Alena.
Rai mengabaikan pertanyaan dari Alena lalu kembali bertanya.
“Kenapa kau menungguku?, apa kau ingin tau apa aku sudah mati atau aku akan kembali?” Ucap Rai sambil terus merangkul Alena.
“Tentu saja aku menunggumu kembali.” Jawab Alena dengan nada khawatir padahal dalam hatinya ia berkata, ia menunggu Rai kembali karna ia tidak bisa keluar dari rumah itu jika Rai tidak kembali. Ia juga bertanya tanya dalam hatinya.
(Bagaimana Rai bisa kembali dengan tubuh yang di penuhi oleh banyak luka padahal tadi ayahnya yang menelfon dan memintanya untuk menyelesaikan sebuah masalah, apa begini cara ia menyelesaikan masalah?). Tanya Alena dalam hati.
“Bisakah kau berdiri dengan baik?, aku akan membantumu memanggil Ambulance.” Ucap Alena sambil merangkul tubuh Rai yang sudah gemetar menahan sakit.
“Tidak perlu, kau saja yang membantuku membalut lukaku.” Ucap Rai menahan sakit.
“Aku bahkan tidak bisa melihat, bagaimana caraku membalut lukamu?” Ucap Alena dengan nada khawatir.
“Kalau begitu, tidak perlu.” Ucap Rai sambil melepaskan rangkulannya dari tubuh Alena.
“Aku mau mandi.” Ucap Rai lagi sambil melangkah menuju ke kamar mandi dengan darah yang terus menetes dari tubuhnya.
Alena yang melihat itu merasa kasihan dan sangat khawatir.
“Jika aku membiarkan dia mati dengan semua luka itu, aku tidak akan tau apa yang harus aku jelaskan jika polisi datang bertanya padaku, sebaiknya aku pergi melihatnya.” Ucap Alena dengan suara pelan.
Alena kemudian menyusul Rai ke kamar mandi untuk melihatnya, namun, ia begitu terkejut ketika Melihat Rai duduk di dalam sebuah bak mandi dengan tubuh yang lemah sambil membasahi tubuhnya menggunakan shower untuk membersihkan lukanya.
Alena kemudin menghampiri Rai dan berkata “Aku akan coba membalutmu, apakah kau punya peralatan medis?”Ucap Alena khawatir.
“Di belakangmu.” Ucap Rai lemah.
Alena kemudian meraba raba untuk menemukan kotak medis itu lalu mengambilnya dan berkata.
“Di mana lukamu?, aku akan membersihkan darahmu dulu.” Ucap Alena lembut.
“Aku akan melakukannya sendiri.”Ucap Rai sambil menyiram kepalanya menggunakan shower lalu menyeka rambutnya ke atas.
(Uhhh, apa ini, dia terlihat sangat seksi). Ucap Alena dalam hati sambil menelan ludah.
Setelah menyiram darahnya menggunakan shower, ia kemudian melepas baju kemeja yang ia kenakan, Alena terkejut dan terdiam melihat badan Rai yang penuh dengan luka, hingga tanpa sadar Alena kembali di kejutkan dengan ulah Rai merebut botol alkohol yang sedang ia pegang lalu menuangkan alkohol itu pada lukanya dan melemparkan botolnya yang sudah kosong, ia merasa begitu sakit saat alkohol itu mengenai lukanya, tapi ia masih bisa menahan sakitnya dan berkata.
“Tidak usah di perban lagi, ribet.” Ucap Rai sambil menyandarkan dirinya ke bak mandi.
(Apakah dia akan tidur seperti ini?). Ucap Alena dalam hati.
“Dimana lukamu?, aku akan membalutnya.” Ucap Alena sambi meraba raba untuk mencari luka Rai. Alena mengambil kesempatan ini untuk membalas perlakuan Rai yang biasanya kasar kepadanya. Ia dengan sengaja menyentuh luka Rai dengan kasar hingga membuat Rai kesakitan, dia menekan luka Di tubuh Rai tanpa pandang bulu, Rasa sakit yang Rai rasakan membuatnya ingin marah tapi Alena berhenti tepat waktu sedetik sebelum Rai benar benar marah dan memintanya untuk berhenti.
“Selesai, apa ada luka lain?” Ucap Alena puas sambil menaruh guntingnya.
“Tidak ada, tapi aku benar benar ingin menggambar dua garis dengan gunting di tubuhmu, agar kau tau betapa sakitnya luka saat di tekan.” Ucap Rai dengan wajah dingin sambil memegang gunting dan mengarahkannya ke leher Alena.
“Maaf, aku tidak bisa melihat, aku hanya bisa menemukan lokasi lukanya dengan cara ini.” Ucap Alena dengan suara lembut.
“Berbicara omong kosong tidak ada gunanya, kau bilang kau sangat menyukaiku, jadi kau juga harus merasakan sakit yang aku rasakan, oke?” Ucap Rai sambil terus memegang guntingnya.
“Luka di badan kau sudah di obati, jadi aku tidak perlu khawatir lagi.” Ucap Alena sambil mundur perlahan dan mengambil baju mandi untuk menutupi badan Rai yang basah.
“Bangunlah, jangan sampai kau masuk angin.” Ucap Alena lagi dengan nada suara yang lembut.
...Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments