Ke esokan harinya...
Alena yang terbangun, merasakan sakit di lehernya akibat tertidur dengan posisi duduk sambil menyandarkan kepalanya di pinggir tempat tidur Rai semalaman, Ia berniat untuk sedikit meregangkan otot lehernya tapi Rai sudah dari tadi terbangun dan menatapnya, ia hanya duduk di depan Alena sambil terus menatapnya, Alena kembali berpura pura buta dan berpura pura tidak melihatnya.
(Sejak kapan dia menatapku seperti itu?, jika dia tinggal di sini lebih lama lagi, cepat atau lambat aku pasti akan mengalami gangguan syaraf). Ucap Alena dalam hati sambil terus memegangi lehernya yang sakit.
(Sampai kapan dia akan menatapku terus seperti itu?). Ucap alena lagi dalam hati.
“Ahh, sepertinya aku ketiduran semalam, sudah jam berapa sekarang?” Ucap Alena sambil berdiri dan beranjak dari tempat duduknya. ia meraba raba di sekitar untuk menemukan tongkatnya dan kemudian berjalan menjauh dari tempat tidur Rai. Sementara itu, Rai masih duduk di tempat tidurnya, sambil terus menatap ke arah Alena.
“Tok, tok, tok” (terdengar suara pintu yang di ketuk)
“Tuan dan nyonya muda, nyonya besar memanggil kalian untuk sarapan.” Ucap Ami dari balik pintu.
(Untung saja ami datang tepat waktu). Ucap Alena dalam hati sambil bernafas lega. Alena kemudian berbalik dan berjalan menuju tempat tidur Rai, dengan pelan pelan, Alena menunduk sambil berbisik.
“Rai, saatnya bangun, waktunya untuk sarapan.” Ucap Alena sambil berbisik untuk membangunkan Rai, ia berpura pura tidak melihat dan tidak tau bahwa Rai sebenarnya sudah lama bangun, ia melakukan itu agar Rai tidak mencurigainya lagi.
“Ya” Jawab Rai singkat.
Rai kemudian beranjak dari tempat tidurnya untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya lalu kemudian segera keluar menuju meja makan untuk sarapan dan menemui nenek dan kakeknya yang telah menunggunya di meja makan, begitupun juga dengan alena, setelah mengganti pakaiannya, ia juga langsung pergi ke meja makan untuk menemui kakek dan nenek Rai.
Di meja makan....
Di sana sudah ada kakek dan nenek Rai yang sudah lama menunggu mereka di meja makan.
“Apa yang kau lakukan setiap hari?, kenapa kau begitu susah untuk di ajak sarapan bersama.” Ucap nyonya besar marah.
Rai mengabaikan perkataan neneknya dan hanya menarik sebuah kursi untuk ia duduki, merekapun duduk berempat sambil menikmati makanan yang ada di atas meja.
“Sekarang kau sedang mengandung, kau harus makan lebih banyak.” Ucap nyonya besar dengan lembut sambil mengambilkan sepotong daging untuk Alena.
“Terima kasih nek.” Ucap Alena pada nyonya besar.
Dibandingkan dengan anggota keluarga Luwis lainnya, hanya nyonya besar yang memperlakukan Alena dengan sangat baik di keluarga itu.
“Kau adalah anak yang baik, oh ya, aku dengar kau sedang mengumpulkan bukti bukti untuk memasukkan leon dan kekasihnya kepenjara bukan?” Tanya nyonya besar pada Alena.
“Iya” Jawab Alena singkat
“Aku sudah menyuruh orang untuk menghancurkan bukti bukti yang sudah kau kumpulkan itu. Masalah ini tidak harus berlanjut kepengadilan bukan?” Ucap nyonya besar pada Alena.
Alena yang mendengar ucapan dari nyonya besar, merasa sedikit terkejut dan hanya bisa bertanya tanya dalam hatinya.
(Mengapa nenek melakukan ini semua padaku, apakah keluarga luwis juga akan menghalangiku untuk balas dendam?) Ucap Alena dalam hati.
Namun, Alena sadar bahwa ia tidak bisa berbuat apa apa untuk melawan keluarga Luwis sekarang. itu sebabnya ia hanya mengangguk dan mengatakan.
“Aku paham nenek.” Ucapnya dengan lembut.
“Kau paham tentang apa?, nenek hanya takut kau membesar besarkan masalah ini, lalu kau dan aku akan menjadi skandal baru untuk keluarga Luwis.” Ucap Rai dengan senyum yang mengejek.
“Rai, aku melakukan ini demi kebaikanmu dan anakmu. Sekarang semua orang mengira kau menikah dengan Alena hanya karena Alena hamil di luar nikah. Jika mereka tau kau di beri obat, bagaimana dengan posisi anakmu di masa depan?, bagaimana ia akan mewarisi keluarga Luwis di masa depan?” Ucap nenek dengan nada yang marah.
Alena yang mendengar itu hanya terdiam sambil berkata di dalam hati.
(Jadi, maksud nenek adalah membiarkan Rai dan anakku ini untuk menjadi penerus keluarga?, namun, berhubung nenek sangat peduli kepada Rai, mengapa ia tidak menikahkan Rai dengan sorang gadis dari keluarga kaya? Dan malah memilih gadis seperti aku yang buta dan yatim piatu). Ucap Alena dalam hati.
“Betul!, jangan sampai orang lain tau bahwa cucu kesayanganku ini tidak mampu melakukan itu untuk pertama kali dan harus menggunakan bantuan obat agar bisa melakukannya, benar benar sangat memalukan!” Ucap kakek.
Perkataan kakeknya membuat Rai begitu marah, dan Alena sekarang tau bahwa Rai sebenarnya yang tidak mampu mencari wanita, itu sebabnya nenek tidak menemukan pasangan yang cocok untuknya. Sementara itu, nenek yang menyadari kemarahan Rai segera memanggil pelayan untuk membawa suaminya pergi keluar untuk berjalan jalan karena suaminya itu tidak berhenti untuk terus berbicara dan membuat Rai marah. Pelayan kemudian datang dan membawa kakek Rai untuk pergi dari meja makan.
Mereka kembali melanjutkan pembicaraan mereka yang sempat terpotong karena ucapan dari kakek Rai yang membuat Rai marah.
“Jika anak kalian lahir, aku pasti akan merawat dan menjaganya dengan baik, Rai, keluarga Luwis ini harus menjadi milikmu, dan nenek akan membantumu untuk mendapatkannya.” Ucap nenek pada Rai.
“Milikku?, hehehehe”. Ucap Rai sambil tertawa.
“Apa yang kau tertawakan?”. Tanya nenek dengan wajah yang serius.
“Jika kau memang ingin membantuku, bukankah kau juga seharusnya membantuku untuk mendapatkan apa yang aku inginkan?” Ucap Rai sambil berdiri dari tempat duduknya.
“Apa yang kau inginkan?” Tanya Nenek dengan wajah datar.
“Aku ingin mati!, bisakah nenek membantuku?” Ucap Rai tegas, dan kemudian pergi meninggalkan Alena dan nenek begitu saja yang masih duduk di meja makan.
Nyonya besar bahkan masih tercengang dengan perkataan Rai dan tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun untuk menahan Rai agar tidak pergi.
(Dari ekspresi nenek, sepertinya dia pernah melakukan kesalahan terhadap Rai, apakah karna Rai sempat hilang waktu ia masih kecil?, sepertinya bukan itu, pasti ada alasan lain. Tampaknya keluarga ini lebih rumit dari yang aku pikirkan). Ucap Alena dalam hati.
Saat Alena ingin beranjak dari tempat duduknya, nenek memegang tangan Alena dan mengatakan bahwa Alena harus melahirkan anak yang ia kandung dengan selamat agar anak itu kelak bisa menjadi pewaris keluarga Luwis, Alena yang mendengar perkataan dari nyonya besar, hanya mengangguk dan berkata di dalam hati.(Aku juga tidak punya hak untuk menggugurkan anak ini. tante Selena dan tante Rosa sedang berjuang untuk memperubatkan tahta, sedangkan nenek menyuruhku merawat anak ini dengan baik untuk di jadikan pewaris. Setelah anak yang kukandung ini lahir, dia harus siap memperjuangkan tahta dan kekuasaan untuk dirinya, kalau seperti itu, bagaimana aku bisa meninggalkan anakku sendiri di keluarga Luwis). Ucap Alena dalam hati sambil mengelus perutnya.
...Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments