Di dalam kamar.....
Alena duduk sambil menenangkan dirinya, dan menunggu Rai selesai mandi.
“Apakah kau sudah selesai mandi?” Ucap alena saat mendengar Suara langkah kaki Rai yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Rai mengabaikan pertanyaan dari Alena dan hanya berjalan melewati Alena lalu menuju ke tempat tidurnya, dengan hanya mengenakan celana dan telanjang dada tanpa mengenakan sehelai kain untuk menutupi dadanya yang kekar, Rai membaringkan tubuhnya itu di atas ranjang tempat tidurnya sambil memainkan ponsel yang berada di tangannya.
“Kau tinggal di rumah malam ini?, haruskah aku merapikan tempat tidurmu?, di sisi mana kau biasa tidur?, yang dekat dengan pintu atau yang jauh?” Tanya Alena sambil berjalan menghampiri Rai.
“Kau mau tidur seranjang denganku?” Tanya Rai pada Alena.
“Bolehkah?” Tanya Alena kembali.
“Boleh, selama kau tidak takut ususmu akan keluar besok.” Ucap Rai dengan wajah kejam.
“Aku akan tidur di sofa malam ini, kau istirahat saja, selamat malam.” Ucap Alena ketakutan dan buru buru berbalik dan berjalan menjauh dari Rai.
Alena kemudian berjalan menuju sofa dengan tongkatnya, kemudian merapikan sofa untuk ia tiduri, sementara itu, Rai yang berada di tempat tidurnya, tidak pernah berhenti memalingkan pandangannya dari Alena yang sedang berbaring di sofa, hal itu membuat Alena tidak nyaman dan tidak bisa tidur.
(Aku benar benar tidak bisa tidur jika berada di ruangan yang sama dengan orang yang berbahaya seperti Rai, tapi sudahlah aku lebih baik memikirkan kedai teh yang sedang aku bangun di gedung skay). Ucap Alena dalam hati sambil memejamkan mata mencoba untuk tertidur.
Tengah malam kemudian....
Alena yang tidak bisa tidur akhirnya membuka mata dan melihat Rai sudah tertidur dengan dada telanjang tanpa memakai selimut.
Alena yang melihat itu kemudian berjalan mendekati Rai, dan berniat untuk menyelimuti tubuh Rai yang tidak memakai baju saat tidur.
Sebenarnya ia takut jika Rai terkena flu dan demam, ia harus tinggal lebih lama dengan Rai untuk merawatnya dan harus terus berpura pura menyukai Rai setiap hari lalu tidak punya waktu untuk mengurus kedai teh yang baru saja ia bangun.
“Rai, apakah kau sudah tidur?” Ucap Alena sambil meraba raba untuk mencari selimut, tapi tangannya tidak sengaja menyentuh tubuh Rai yang sedang tidur.
(Sepertinya dia benar benar sudah tertidur). Ucap alena dalam hati.
Namun, ketika Alena menarik selimut yang berada di kaki Rai dan ingin menyelimuti tubuh Rai yang tidak mengenakan baju, Rai terbangun dan tanpa sadar mencekik leher Alena. Alena terkejut namun ia masih tetap tenang dan kembali menyelimuti badan Rai denga baik, Saat Rai membuka mata dan melihat bahwa itu adalah Alena, ia melepaskan cekikannya dari leher Alena dan menarik tangannya kembali.
Sementara itu Alena yang masih terkejut dan ketakutan, berjalan dengan tenang kembali ke sofa tempat ia tidur, ia kembali berbaring sambil memeluk bantalnya dan membelakangi Rai.
(Ahhh... menakutkan sekali, sepertiya jika Rai benar benar tinggal di rumah ini untuk waktu yang lama, aku pasti akan ketahuan dan ketakutan setengah mati, lebih baik aku cepat cepat tidur sekarang). Ucapnya dalam hati sambil memeluk dengan erat bantalnya.
Sementara itu, Rai yang terbangun dan tidak bisa lagi untuk tidur, datang menghampiri Alena, dan menyuruh Alena untuk menghitung agar ia bisa tertidur.
“Aku tidak bisa tidur, coba kau menghitung sampai aku tertidur.” Ucap Rai pada Alena.
Alena yang mendengar suara Rai kaget dan langsung membalikkan badan, ia bahkan tidak menyadari kalau Rai sekarang sudah berdiri tepat di depannya.
(Sejak kapan dia ada di sana?, pendengaranku biasanya sangat tajam, bagaimana bisa aku tidak menyadari suaranya berjalan). Ucap Alena di dalam hati.
“Apa kau masih belum tidur?.”Tanya Alena yang berpura pura buta.
“Aku tidak bisa tidur, apakah kau tidak dengar tadi?” Ucap Rai dengan nada kasar.
“Kalau begitu, kembalilah ke tempat tidurmu, aku akan menghitung untukmu.” Ucap Alena dengan nada yang lembut pada Rai.
Rai kemudian menarik tangan Alena dengan kasar dan menyuruhnya untuk duduk di lantai. “Kau menghitung disini.” Ucap Rai sambil mendudukkan Alena di lantai dekat tempat tidurnya.
(Dia menyuruh orang buta untuk duduk di lantai?, Rai benar benar tidak memiliki belas kasihan, dasar b*rengsek!) Ucap Alena dalam hati.
“Mulai.” Ucap Rai menyuruh Alena untuk mulai menghitung.
“Satu domba, dua domba, tiga domba.” Ucap alena sambil menghitung domba.
Karena Rai punya trauma di masa lalunya dengan domba, ia kesal jika Alena menyebut kata domba.
“Apakah aku menyuruhmu untuk menghitung domba?” Ucap Rai kesal.
Alena baru saja tersadar bahwa ia hampir saja lupa kalau Rai tidak hanya punya trauma pada gigolo tapi Rai juga punya trauma terhadap domba, Alena kemudian kembali menghitung tapi tidak menyebutkan lagi kata domba, Alena hanya berhitung seperti biasa, ia menghitung dari angka satu sampai seratus tetapi di saat hitungan ke 50, Rai bangun dari tempat tidurnya dan duduk di depan Alena sambil memegangi wajah Alena dengan kasar dan berkata.
“Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?, status atau kekayaan?” Tanya Rai pada Alena.
(Ya tuhann,, mengapa orang ini menggila lagi?, tampaknya Rai masih belum percaya sepenuhnya kepadaku). Ucap Alena dalam hati.
“Aku tidak ingin mendapatkan apapun, aku hanya ingin agar kau bisa hidup bahagia seperti lukisan yang kau buat saat kau masih kecil.” Jawab Alena dengan nada yang lembut.
“Heh.... apakah kau tau rasanya jika ada asam sulfat yang menetes di tubuhmu?” Tanya Rai lagi.
“Kenapa kau tidak percaya padaku?” Ucap Alena kembali bertanya.
“Apakah kau pernah melihat penjudi yang putus asa?, dia di pukul hingga tidak bisa menahan kencingnya, dia tidak bisa bergerak dan tidak bisa mati. Dari seluruh tubuhnya, hanya otaknya yang sangat sadar kemudian ia harus melewatinya hari demi hari dengan keadaan seperti itu.” Ucap Rai sambil memegang wajah Alena dengan kasar.
Mendengar perkataan Rai, Alena memegang tangan Rai lalu perlahan lahan melepaskan tangan Itu dari wajahnya lalu kemudian berkata.
“Rai, aku telah menandatangani perjanjian yang telah kau berikan padaku, aku tau kapan aku harus pergi.” Ucap Alena dengan nada lembut.
(Apa gunanya perjanjian itu?, apakah itu bisa menghilangkan kegelisahan di hatinya?). Ucap Rai dalam hati.
“Sifat serakah itu sudah menjadi dasar dari manusia bukan?.” Tanya Rai lagi
“Apa yang bisa aku lakukan di bawah kekuasaanmu?, aku hanya punya waktu kurang dari 2 tahun sebelum aku pergi, jika aku membuat masalah, kau bisa berurusan denganku kapan saja, bukan?.” Jawab Alena dengan lembut.
(Benar juga, dia hanya seorang wanita buta, bagaimana ia bisa mempermainkanku). Ucap Rai dalam hati.
Rai sepertinya sudah sedikit percaya dengan ucapan Alena dan menyuruh Alena untuk terus mengingat perkataannya tadi, karna kalau sampai ia menghianati kepercayaan yang di berikan oleh Rai, Rai akan membuat hidup Alena menderita dan sengsara seumur hidupnya.
Rai kemudian kembali berbaring di kasurnya dan menyuruh Alena untuk melanjutkan hitungannya yang sempat terhenti, Alena terus menghitung hingga tanpa sadar ia mengantuk dan tertidur di samping Rai.
...Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments