Ke esokan harinya, di gedung skay....
“Silahkan nona.” Ucap paman Tomi menyambut kedatangan Alena.
“Paman tomi, kau mengurus kedai teh ini dengan sangat baik, tapi kita harus lebih semangat lagi, harus ada kualitas pelayanan yang lebih bagus dan tidak boleh ada masalah dengan pelatihan para staf.” Ucap Alena pada paman Tomi.
Selain itu, Alena juga menyuruh paman Tomi untuk mencari tau ke mana perginya orang orang kelas atas di kota ini untuk bersenang senang, dan mencari cara agar bisa bekerja sama dengan tempat tempat hiburan yang sering di datangi oleh orang orang kaya yang ada di kota ini.
“Baik nona.” jawab paman Tomi.
Sementara itu di depan pintu utama kedai teh Alena, terdengar suara seorang wanita yang tiba tiba datang sambil memanggil nama Alena dan orang itu adalah Arianda Alokka putri dari keluarga Alokka dan juga teman sekolah alena dulu.
“Alena Lasora?, ini benar benar kau?, apa yang kau lakukan disini?” Tanya Arianda pada Alena.
“Aku pemilik kedai teh ini.” Jawab Alena.
“Kau pemiliknya?, apakah putri kesayangan dari keluarga Lasora masih harus menjalankan bisnis kecil kecilan seperti ini?, aduh, aku lupa kalau keluarga Lasora sudah bangkrut selama bertahun tahun lamanya dan hampir semuanya sudah meninggal.” Ucap Arianda dengan ekspresi yang mengejek.
“Ya, memang keluarga siapa yang anggotanya tidak meninggal dalam beberapa tahun terakhir ini?” Ucap Alena sambil berpura pura buta.
“Eh, kau tidak melihat apa apa?, apa kau buta?” Tanya Arianda sambil mengoyang goyangkan tangannya di depan wajah Alena.
“Ya, jadi maaf jika aku tidak bisa mengenali siapa kau.” Ucap Alena santai.
“Aku Arianda Alokka, pernah menjadi teman sekelasmu selama 6 bulan. Sayang sekali, bagaimana kau bisa sampai seperti ini?, dulu saat kau masih sekolah, hanya goresan sedikit saja bisa membuat pimpinan sekolah menjadi sangat peduli padamu.” Ucap Arianda pada Alena dengan nada mengejek. Alena yang mendengar itu, tidak terpancing dengan ucapan Arianda, ia tetap tenang dan bersikap santai.
(Keluarga kaya yang bangkrut ternyata lebih buruk dari orang biasa, bagaimana seorang gadis yatim piatu buta yang hancur seperti Alena bisa menjalankan sebuah kedai teh seperti ini?, tampaknya hubungan dia dengan pria tua ini juga begitu dekat, jangan jangan.... Alena telah menjadi simpanan pria tua ini?, tidak bisa, hal lucu seperti ini tidak bisa hanya aku yang tau!). Ucap Arianda dalam hati.
Nampaknya Arianda telah salah paham dengan kedekatan Alena dan paman Tomi, sehingga ia merencanakan sesuatu untuk mempermalukan Alena.
“Aku senang sekali bisa bertemu denganmu lagi, Alena, tampaknya kita berjodoh. Bagaimana kalau kita bertemu lagi lain kali?. Oh iya, akhir pekan ini, keluargaku akan mengadakan acara penggalangan dana untuk anak anak di pegunungan luar negri, akan ada sumbangan dan lelang di sana, bagaimana jika kau datang dengan suamimu?” Ucap Arianda sambil menatap ke arah Alena dan paman Tomi sambil memberikan sebuah undangan makan malam kepada Alena.
“Ah, aku tidak perlu ikut” Ucap Alena sambil menolak undangan yang di berikan oleh Arianda. tapi Arianda terus memaksa Alena untuk mengambil undangan itu.
“Ayolah!, aku tau kau sedang mengalami kesulitan, meskipun kau tidak akan menyumbang uang atau melelang sesuatu, itu tidak masalah, anggap saja ini sebagai reuni sekolah kita.” Ucap arianda memaksa.
“Ya sudah, aku tidak menyiapkan apa apa untukmu karena kita bertemu secara kebetulan, ambil saja beberapa kaleng teh ini.” Ucap Alena sambil menyuruh paman Tomi untuk mengambilkan beberapa kaleng teh untuk Arianda agar di bawa pulang.
“Ah... kau terlalu segan.” Ucap Arianda sambil tersenyum.
“Tidak usah sungkan, kita adalah teman sekolah, sudah seharusnya aku memberikanmu beberapa kaleng karna kau sudah datang kesini, tapi... kau juga tau kalau aku sedang berada dalam kesulitan, jika aku memberikanmu teh ini tanpa bayaran... kau pasti tidak mau!, jadi bagaimana kalau kau membayar uang modalnya saja.” Ucap Alena dengan lembut.
“Berapa harganya?” Tanya Arianda.
“600 juta” Jawab Alena.
Arianda yang mendengar harga teh yang begitu mahal, terkejut dan berteriak kepada Alena, ia mengira Alena sedang menipunya karna harga 600 juta itu terlalu mahal hanya untuk beberapa buah kaleng teh saja, Alena kemudian menjelaskan bahwa teh yang ia jual adalah teh yang berkualitas tinggi dan hanya di beli oleh orang orang dari kalangan kelas atas saja, sehingga daun teh yang ia gunakan untuk membuat teh adalah daun teh yang paling terbaik jadi, wajar jika harganya sedikit mahal, Alena juga mengatakan kepada Arianda, jika ia tidak percaya padanya, untuk apa dia hadir di acara makan malam keluarga Alokka. Mendengar perkataan Alena itu, Arianda dengan sangat terpaksa membayar teh yang mahal itu, hanya agar Alena tetap mau hadir di acara keluarganya karena ia berencana ingin mempermalukan Alena di acara itu.
“Mana mungkin aku tidak percaya padamu, tentu saja aku akan membelinya, aku akan membayarnya menggunakan kartu kredit.” Ucap Arianda sambil menyodorkan kartu kredit miliknya.
Setelah ia selesai membayar, ia kemudian pergi meninggalkan kedai teh milik Alena dengan hati yang kesal sedangkan Alena sangat senang karena telah berhasil menjual beberapa kaleng teh dengan harga yang sangat mahal kepada Arianda.
Sementara itu, paman Tomi yang memiliki firasat buruk tentang Arianda, memberi tau Alena agar tidak datang ke acara makan malam keluarga Alokka, ia merasa bahwa Arianda telah merencanakan sesuatu yang jahat untuk mempermalukan Alena di acara itu.
“Nona, sepertinya dia akan mempermainkanmu agar tampak bodoh di depan semua orang!, kau tidak boleh pergi ke acara makan malam itu!” Ucap paman Tomi mengingatkan Alena.
“Aku harus pergi, paman Tomi, coba kau lihat ini!” Sambil memperlihatkan sebuah gambar di kertas undangan yang di berikan oleh Arianda.
“Gelang mutiara keberuntungan ini terlihat sangat familiar... ini seperti gelang favorit kakek bukan?” Tanya Alena kepada paman Tomi.
Paman Tomi yang melihat gambar gelang yang ada di kertas itu, mengangguk dan berkata.
“Ya, ini adalah gelang pemberian nenek untuk kakek ketika mereka masi muda, kakek memakainya sepanjang hidupnya, sampai keluarga Lasora bangkrut, ia tidak melepaskan gelang itu, tetapi nenek menjualnya demi uang” Jelas paman Tomi pada Alena.
Gelang itu di jual oleh nenek Alena karena setelah keluarga mereka bangkrut, mereka tidak punya uang sepeserpun untuk makan, sehingga nenek Alena terpaksa mengambil gelang itu dari kakek untuk di jual agar mereka semua bisa bertahan hidup, nenek Alena bilang, selama anggota keluarga masih bersama, itu lebih penting dari barang apapun. Namun, baru beberapa hari mereka semua melewati masa sulit, keluarga mereka kembali di terpa musibah yang mengakibatkan seluruh anggota keluarga Lasora meninggal dan hanya menyisakan Alena sebatang kara.
...Bersambung.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments