Bab 10

Ayam berkokok,suara muazin memanggil dari toa mesjid yang tidak jauh dari rumah,membangunkan Ima dari dunia mimpi.Dikucek-kucek matanya yang masih terasa berat untuk mengurangi kantuk. Menoleh ke samping ada suaminya yang masih nyenyak dalam tidurnya.

Ima perlahan memindahkan tangan suaminya yang masih memeluk pinggangnya.Dengan hati-hati agar suaminya tidak terbangun. Beringsut turun dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan berwudhu untuk melaksanakan sholat subuh dua rakaat.

Selesai sholat subuh dilanjutkan berzikir dan bermunajat kepada Allah ,mengucapkan syukur atas nikmat dan karunia yang dilimpahkan kepada keluarganya.Lantuanan kalimat tasbih ku baca lirih memuja sang maha Besar pemilik alam semesta beserta isinya.Memohon keridhoan agar aku bisa menjalani takdir yang sudah digariskan.Mengadukan semua rasa yang ada dihati.

Wangi bumbu masakan begitu menguat dari arah dapur.Dapur letaknya agak jauh dari pintu utama tepatnya disamping kamar mandi.Dari subuh Ima sudah berkutat di dapur mempersiapkan masakan yang terbaik untuk mertuanya yang sebentar lagi sampai.Uda Ardi belum tau kalau hari ini mak dan adiknya akan datang dari kota sebelah.

Matahari mulai meninggi,setelah beberapa menu makanan sudah ditata di meja makan.Ada ayam bumbu,tumis buncis,sambel terasi dan sayur sop iga sapi kesukaan anak-anak serta beberapa macam lalapan sebagai pelengkap.Dengan telaten dan cekatan Ima membereskan sisa bekas memasak barusan hingga dapur terlihat bersih dan rapi.

Ima mengerjakan sendiri pekerjaan rumah tanpa bantuan ART.Dulu waktu anak-anak masih kecil-kecil memang ia mempekerjakan seseorang untuk membantu pekerjaan rumah,kini setelah anak-anak sudah besar dirasa tidak terlalu repot seperti dulu,Imamenghandle sendiri dan diwaktu yang sama mbok jum nama orang yang membantu Ima selama ini minta berhenti karna mau mengurus cucunya di kampung.

"Selesai "gumam Ima tersenyum simpul.

Ima bergegas mandi karna badanya terasa lengket sehabis memasak tadi.Tak membutuhkan waktu yang lama Ima selesai dengan ritual mandi.Memakai pakaian yang pantas.Memindai penampilannya dari pantulan cermin dan sedikit memoles wajahnya dengan make up tipis biar tidak terlalu pucat.

Tepat pukul 08.00 mertua dan adik ipar datang juga.Ima langsung mengambil tangan mertuanya,mencium punggung tangannya dengan takzim.

"Apa kabar,ma.Mama sehat Kan?"peluk Ima.

"Alhamdulillah seperti yang kamu lihat."jawab mertua mengelus punggung Ima yang tengah di peluknya.

"Mei pha kabar,kangen?"memeluk adik ipar yang sudah dianggap sebagai adik kandung sendiri.

"Mbak, kok kurusan?"Tanya Mei membuat riak di wajah Ima mendung seketika.Ima berusaha menutupi kegundahan dengan mengalihkan pembicaraan.

"Gimana tadi perjalanannya,lancar?"

"Alhamdulillah lancar,mbak.Ngomong-ngomong uda Ardi mana,dari tadi ga keliatan?"mata Mei mencari sosok kakak laki-laki.

"Kayanya masih di kamar,mungkin lagi mandi.Mama dan Mei.langsung aja kemeja makan,aku mau panggil mas Ardi dulu."Ima meninggalkan mertua dan iparnya berjalan menuju kamar memanggil mas Ardi untuk sarapan bareng mama dan Mei.

"Wangi bener,ayo sarapan!"Ima tidak jadi masuk kedalam kamar karna saat hendak membuka pintu,pintunya sudah terbuka dari dalam.Rupanya mas Ardi yang membukanya.

Mereka berjalan beriringan menuju meja makan. Uda Ardi mengerinyit keningnya saat mendengar ada suara orang berbicara dari arah meja makan dan sepertinya suara itu tidak asing dari telinganya.

"Mama.."

"Mei..tumben datang ga ngabarin dulu."Mas Ardi langsung mencium punggung tangan mak dan memeluknya,lalu memeluk adik perempuan satu-satunya.Raut bahagia terlihat dari wajahnya.

"Yang penting mak udah nyampe disini.Ayo sarapan.Nanti obrolannya kita lanjut lagi."ujar mak menyudahi.

Tidak ada suara di meja makan kecuali denting garpu dan sendok beradu dengan piring.Sudah jadi kebiasaan di keluarga Ardi kalau sedang di meja makan dilarang berbicara,kecuali urgent dan itu juga berlaku di keluarga kecilku.

Mereka berempat duduk diruang tengah setelah sarapan.Belum ada yang mengeluarkan suara.Sampai akhirnya mas Ardi memecah kesunyian.

"Kok pada diam,ada sesuatu yang mau dibicarakan?"tanya mas Ardi.

"Ayo,nak"ujar mama menyuruhku berbicara duluan.

"Mas,tolong jawab pertanyaan Ima dengan jujur."Ujar Ima dengan perasaan yang susah diungkapkan.Berusaha menahan sesak didada.

"Maksudnya apa,ma?Jangan buat mas bingung."Mas Ardi mengaruk kepalanya yang tidak gatal.Matanya lurus menatap istrinya.

"Siapa wanita itu sebenarnya?"Tanya Ima tegas.

"Wanita.Wanita siapa ?wanita yang mana?"tanya uda Ardi bingung.

"Aku tanya baik-baik atau aku tau nanti dari orang lain!"Ima bertanya kembali.

"Jangan buat uda bingung,ma.Maksudnya apa?"suara uda Ardi agak keras.

"Siap perempuan yang sering cahtingan dan jalan barengan uda beberpa bulan belakangan ini."tanya Ima menatap suaminya tajam tanpa ada senyuman membuat uda Ardi bergidik.

"Teman."ja2ab mas Ardi singkat.

"Hanya teman."Ulang Ima.

"Beneran cuma teman,ga lebih.Sebenarnya ini ada apaan sih?" uda Ardi menyugar rambutnya beberpa kali menghilangkan gugup.

Ima lalu mengeluarkan semua bukti-bukti yang sudah dikumpulkan selama ini dihadapan mas Ardi,mertua dan adik ipar.Tak satu pun keluargaku yang ku libatkan disini.Karna aku tau suamimu tidak akan pernah berbohong terhadap mamanya.

mas Ardi mengambil kertas yang Ima lemparkan Di meja.Pias rona wajahnya,apa yang selama ini dia sembunyikan terendus juga oleh istrinya.

"Sekarang udah ngerti.Mama juga boleh liat kelakuan anak lelaki mama dibelakangku."Ujar Ima menyerahkan kertas yang sama seperti yang mas Ardi pegang.

Mata mama terbelalak,mulut terbuka lebar.Bulir bening jatuh satu persatu.Hatinya hancur mendapati kelakuan putra sulungnya.

"Maaf."satu kata meluncur dari mulutnya mas Ardi.

"Apa dengan kata maaf semua bisa kembali seperti semula?"Ima berusaha setegar mungkin,menekan ego yang membuncah.

"Mama,kecewa sama kelakuanmu, kamu ga mikir apa?Jikalau hal itu terjadi pada mama atau adikmu kamu mau berbuat apa?Kamu lahir dari rahim perempuan tapi tega nyakitin hati perempuan."isak mama menyayat pilu.Kecewa dengan perbuatan putra sulungnya.Tega bermain api dibelakang istrinya.

Terpopuler

Comments

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

lelaki bodoh itu lah julukan yg di ucapkan oleh para tetangga...

2024-10-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!