Setelah anak-anak berangkat sekolah dan diantar oleh mas Ardi,aku gegas membereskan piring kotor bekas sarapan kami tadi.Lalu merendam cucian,menyapu dan mengepel.Begitulah rutinitasku setiap hari.
Setelah itu aku akan berbelanja sayuran ke pasar yang tidak begitu jauh dari rumah.Biasanya uda Ardi akan selalu mengantar dan menungguiku sampai selesai berbelanja,tapi beberapa bulan ini sudah tidak lagi.
"Uda ...bisa tolong anterin Ima ke pasar ga?"tanyaku pagi itu.
"Pergi aja sendiri,jadi perempuan itu mandiri kek.Jangan nyusahin orang mulu."jawabnya ketus sambil memainkan ponselnya.
"Biasa aja dong,kalau nggak mau nggak usah nyolot gitu,santai bos. Ok ! mulai saat ini uda nggak akan Ima buat susah lagi,selagi Ima masih punya dua kaki ,Ima bisa sendiri kok .Jika Ima lupa tolong ingatkan!"ujarku dengan mata yang berkaca-kaca menahan perih tajamnya mulut suamiku.Ardi yang dulu kukenal lembut dalam bertutur kata,kini bertolak belakang.
Uda Ardi masih asik dengan ponselnya,pura-pura tak mendengar apa yang aku katakan.
"Permisi Ima Mau ke pasar dulu."Pamitku tanpa mencium tangannya Seperti biasa.Kata-kata yang keluar dari bibirnya sungguh membuat luka.Sabar kucoba mengurut dada menahan sesak.Nggak boleh cengeng,aku pasti bisa.Aku menyemangati diri.
Uda Ardi masih asik dengan ponselnya,seakan ada hal yang begitu sangat menarik didalam sana.Tapi entah apa akupun tak tahu.Biarlah ia asik dengan hobinya yang baru.Nanti akan aku cari tau apa yang membuatnya betah berlama - lama mendang layar ponselnya itu.
Tiga puluh menit berlalu aku kembali sudah berada dirumah karna pasar tidak terlalu jauh dari rumahku.Cuma butuh waktu lima menit melewati jalan pintas,kecuali naik kendaraan butuh waktu yang agak lama karna jalannya sedikit memutar.
Dari jauh kulihat Uda Ardi sudah rapi,menandakan dia mau berangkat.Tapi ada yang berubah,biasanya jam delapan baru berangkat sekarang jam tujuh udah jalan dari rumah.Pasti ada sesuatu yang mengharusnya berangkat awal.
"Ima ,uda mau berangkat."ujarnya sambil memakai sepatu yang baru pertama kali akan lihat,sepertinya sepatu baru dibelinya kemaren.
"Tumben pagi amat jalannya,da."tanyaku sedikit ingin tau.
"Banyak barang masuk hari ini, uda harus cek langsung."jawabnya merapikan penampilan.
"Biasanya juga pais yang handle."tanyaku heran dengan tingkah uda Ardi yang banyak berubah dan membuatku curiga.
"Kali ini mesti uda sendiri yang turun langsung,takut pais ga jujur."jawabnya.
"Masa sih?Pais udah 10 tahun ikut uda lho.Masa baru sekarang uda ga percaya.Emang dia pernah melakukan kesalahan sehingga uda meragukan kejujuranya?"Ima merasa heran dengan sikap uda Ardi kepada orang kepercayaan selama ini.Apa ini hanya akal -akalnya saja.Aku jadi ingat pesan dari perempuan yang bernama Bella semalam,jangan - jangan uda Ardi sudah janjian bertemu.
"Siapa tau aja.Namanya juga manusia punya sifat khilaf"kekehnya."Uda berangkat dulu ya.Jangan lupa jemput anak-anak."uda Ardi mengambil kunci motor yang tergantung di samping tv,melangkah menuju motor yang baru dua bulan lalu diganti.
Aku melepas kepergiannya hingga hilang dari pandangan,tanpa mengantarnya sampai depan rumah.
Kejanggalan-kejanggalan tingkah laku uda Ardi semakin menguatkan kecurigaanku.Insting istri tidak pernah salah.Aku harus menemukan bukti untuk membuktikannya.Bertanya pada teman-temanya tentu tak mungkin.Mereka pasti akan berdalih melindungi temannya walau terbukti berbuat salah.
Sedikit penasaran kubuka medsos perempuan yang bernama Bella tersebut.Kupandang seksama foto profil akun tersebut,apa aku salah liat orang atau kebetulan sama?Dan Kucoba membuka postingan-postingan di akun itu.
Begitu banyak foto-foto momen saat bersama teman-temanya termasuk suamiku uda Ardi juga ada disana.
Ada satu postingan yang menarik perhatianku.Ingin keliling dunia dengan dilan dan satu lagi terimakasih dilan telah membuat duniaku bewarna kembali.Sepertinya dia tengah dekat dengan seseorang yang dia sebut Dilan.Apa mungkin Dillan itu uda Ardi?Seperti chat yang pernah aku baca?
Aku harus mencari bukti yang lebih banyak lagi.Kuncinya pasti ada di dalam ponsel uda Ardi.Tapi bagaiman aku bisa membuka ponsel uda Ardi secara ponselnya pake password.
Hari sudah menunjukkan pukul 11.30,saatnya aku menjemput anak-anak dari sekolah.Sekolah anak-anak tidak begitu jauh dari rumah,cuma butuh waktu 5 menit jalan kaki menyeberangi rel Kereta sebagai jalan pintas ,kalau naik motor jalannya agak sedikit jauh karna harus memutar.Makanya aku lebih senang menjemput anak-anak jalan kaki,biar sekalian olahraga kaki kataku.
Pertama yang aku jemput duluan adalah Zaki anak nomor duaku.Aku langsung menuju lantai 2 ruang kelasnya.Senyum terbit saat melihatnya tengah merapikan buku dan peralatan tulisnya.Aku menunggu didepan pintu seperti biasa.Tak lama Zaki keluar setengah berlari menghampiriku.
"Ibu..."menghambur dalam pelukan ku.
"Sayang..."ku peluk dan kuciumi dengan gemes.
"Ibu,tau ga kalau hari ini aku dapat coklat dari pak guru."celotehnya.
"Kok bisa dek?tanyaku.
"Tadi pak guru berkata siapa yang bisa jawab bapak nanti bapak kasih hadiah .Adek tunjuk tangan dan jawaban adek bener.Makanya adek dapat coklat ini."ucapnya antusias sekali memperlihatkan coklat yang didapatnya.
Aku senang melihat dia bercerita tentang kegiatan yang membuatnya senang ataupun sedih.Aku memang membiasakan pada kedua putranya selalu mencerita kegiatan-kegiatan selama di sekolah.Jadi aku bisa mengetahui peristiwa apa yang terjadi pada anak-anak.Aku selama di sekolah.
"Adek,kita ke kelas mas yuk?"ajakku.
Zaki menurut saja saat tangan ibunya menggandengnya menuju kelas masnya.Zami dan Zaki memang sengaaj aku masukkan ke sekolah yang sama,biar gampang mengurusnya.Jadi ga repot bolak balik jemput sana jemput sini.
Zami juga berlari menghampiri kami yang sudah menunggu didepan pintu,Zami langsung mengambil tanganku untuk dicium dan sang adik juga melakukan hal sama.
"Mas aku dapat coklat dari pak guru."pamernya pada sang kakak.
"Nanti mas dibagi ya,dek."
"hmm."
Kami bertiga lalu jalan beriringan turun dari lantai atas.Sebelum pulang anak-anak pasti minta jajan makanan kesukaan mereka.Zami menyukai kue leker dan telur gulung,sementara Zaki menyukai kue cubit tapi setengah matang dan dibentuk seperti sarang laba-laba.Dan tak lupa dua gelas es teh manis.
Setelah selesai dengan jajanan masing-masing kami bergegas menuju rumah.
"Assalamualaikum. "Mengucapkan salam saat memasuki rumah walau tak ada siapapun didalam rumah.Aku membiasakan kedua putraku untuk selalu membiasakan hal yang sama seperti yang aku lakukan barusan..
"Zami..Zaki..ganti baju dulu,nak,habis itu kita sholat dzuhur bareng ya."Ujarku sesaat setelah memasuki rumah.
Kedua putra sudah paham apa yang aku perintahkan.Mereka berdua gegas ke kamar menganti baju sekolah,lalu mengambil wudhu untuk sholat bareng-bareng.
Zamk anakku yang pertama bertindak sebagai imam ,karna usianya mulai beranjak remaja serta bacaan sholatnya udah pasif.
Aku sangat bersyukur dianugerahi anak-anak yang hebat.Zamj dengan sikap bijaksananya sedangkan Zaki dengan sikap yang agak sedikit konyol tapi dia paling perhatian.Ada aja tingkahnya yang selalu membuatku tertawa.
Tapi ada kalanya mereka berdua nampak bersitegang mempertahankan pendapat masinh-masing.Disinilah peran aku sebagai ibu sebagai penengah yang netral.Alhamdulillah mereka selalu mengerti apa yang aku jelaskan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Wagia Ningsih
lanjut
2024-02-08
1