Ketika penyesalan itu datang

   "RYAAAANNNNN...."

  Teriakan Antonio begitu menggema di seisi rumah yang ukurannya tak seberapa itu. Angel dan Nina segera menghampiri Antoni setelah mendengar teriakan pria itu. Tangis pun pecah di antara dua wanita itu ketika melihat seorang wanita yang sudah bersimbah darah di pangkuan putranya.

  "Mama..."

   Angel berlutut, air matanya tak berhenti mengalir dari pelupuk matanya.

  "Apa yang terjadi dengan kakaku Neo?"

  "Ryan, ini semua gara-gara keparat itu!"

   Mata sipitnya sudah memerah dengan kedua tangan yang mengepal. Angel dapat melihat gertakan gigi giginya saking marahnya. Antonio berdiri, dia merogoh pistolnya dari balik bajunya, Antonio bersiap membalaskan kematian ibunya.

   Brak!

   Belum sempat Antonio melangkah, dia di kagetkan dengan Serana yang melempar tubuh Jackson yang sudah bersimbah darah ke hadapannya. Antonio, Angel dan juga Nina sontak menoleh.

   "TIDAAAKKKK... MASS..."

  Nina segera berlari mendekati tubuh suaminya yang sudah tak bernyawa. wanita itu menangis sejadi jadinya memeluk tubuh Jackson. Begitu juga dengan Angel yang sedang memeluk ibunya ikut mengis melihat pamannya yang sudah tewas.

   "Aku tidak menyangka kau akan lakuin ini Sel," lirih Angel di sela tangisnya.

   "Dia penjahat Angel. Dia yang sudah meledakan markas ku bersama Abangmu yang keparat itu." Jawab Serena.

   "DASAR WANITA IBL*S!"

   Nina berdiri ingin meraih Serena namun tubuh Serena di tarik Reymond sehingga Nina terjatuh.

   Bruuukkk...

   Serena menoleh, "Bang Rey..."

  "SERENAAAA...."

   Dooorrr.... Doooorrr... Doooorrr....

   Antonio yang sudah di penuhi amarah itu berjalan menyerang Serena dan Reymond. Kedua kakak beradik itu segera menyelamatkan diri mereka dari serangan Antonio. Reymond merogoh pistolnya dan bersiap menyerang balik.

   "Tahan!" Titah Serena, menahan tangan Reymond.

   "Kenapa Sel? Biarkan aku mengh*bisi kep*rat itu." Geram Reymond.

  "Dia urusanku."

   "Keluar lo dasar wanita kepar*t, apa lo takut mati, heh?" Antonio berteriak menantang Serena yang di sembunyikan Reymond.

   Serena keluar dari persembunyiannya, berjalan begitu santainya kedepan Antonio. Gadis berusia 14 tahun itu tak takut jika Antonio menarik pelatuk nya. Dia benar benar tidak takut mati dan bahkan menantang kematian itu sendiri.

    "Hahaha... Apa kau mengantarkan nyawamu sendiri Serena?" Tawa Antonio begitu menggelegar.

   Tapi Serena bersikap biasa saja, tak ada yang tahu apa yang ada di pikirannya. Serena melangkah semakin mendekati Antonio membuat Antonio yang tadinya berani kini semakin mundur ketakutan.

   "Jangan mendekat, atau aku tembak kau."

  "Tembak saja kalau kau berani." Tantang Serena.

   Antonio menggerakan jari telunjuknya dan bersiap menarik pelatuknya. Tapi Serena masih diam di tempatnya.

   Dooorrr....

  "Aaaaahhhhh.... Ssssshhhh..."

   Antonio begitu terkejut melihat adik satu-satunya terkena timah panasnya. Begitu juga dengan Serena, Angel menggunakan tubuhnya untuk melindungi Serena, seketika darah segar mengalir di dada Angel.

   "ANTONIOOOO."

  Drap Drap...

  Buuuukkk... Buuukkk... Buuukkk!

   Tinjuan demi tinjuan Serena layangkan di wajah Antonio. Serena bahkan tak peduli jika wajah tampan Antonio sudah banyak belur dan bersimbah darah.

   Braaakkkk....

   Dengan sekali dorongan Serena terjatuh ke belakang, namun segera bangkit dan kembali melayangkan tinjunya.

   Buuugghhh... Buuuggghhh...

  Braaakkk... Doooorrr....

   "SEL.."

   Serena memegangi perutnya, darah segar memenuhi telapak tangannya. Dia bangkit dengan tatapan nyalang ke arah Antonio yang baru saja melesatkan tembakannya dan tepat mengenai perutnya. Serena menatap Antonio, sedangkan Antonio tertawa puas karena sudah menembak Serena, dia pikir Serena akan tiada, tapi dia salah.

   Heaaaaahhh...

   Braaaakkkk....

   Dengan satu tendangan, Serena menendang Antonio. Pria itu jatuh terjungkal. Serena mendekatinya dan langsung menarik kaos Antonio, menariknya dengan kuat. Antonio tersenggal, dia merasa bukan berhadapan dengan Serena. Tenaganya sangat kuat, bahkan Antonio tak bisa berbuat apapun, Tubuhnya yang besar bisa dengan mudah di tarik Serena.

   Brakkk!

   Tak ada yang tak kaget saat Serena membuka sebuah ruangan, seekor Harimau besar tiba-tiba saja keluar dari ruangan itu. Serena menyeringai, dia melemparkan tubuh Antonio ke hadapan kucing besar yang kelaparan itu.

   "Aahhh... Tidak... Jangan... Toloongg..."

   Bahkan Reymond yang terkenal kejam di dunianya, tak sekejam itu. Rey bergidik saat melihat tubuh Antonio yang sedang di cabik cabik hewan buas itu. Dan Angel, jangan bicarakan lagi. Gadis itu sudah gak sadarkan diri saking takutnya, apalagi dia merasakan nyeri di dadanya akibat tembakan kakaknya sendiri.

   Yang harus di perhatikan adalah si wanita licik, istri Jackson kini sudah memegang pistol yang di jatuhkan Antonio dan bersiap menembak Serena.

   Dooorr....

  Serena berbalik, Nina sudah bersimbah tak bernyawa di lantai. Mata melirik ke samping, sang kakak lah yang sudah mengakhirinya.

   * * *

   Sementara itu Zyn membawa Ryan pulang ke rumah, kondisinya sedang tak baik baik saja sekarang. Ryan nampak depresi dan menyesal. Apa yang terjadi barusan sudah seperti dejavu baginya.

   "Zyn apa yang terjadi?" Tanya Sebastian yang melihat putranya dalam kondisi kacau.

  "Bawa Ryan ke kamarnya." Titahnya pada para pengawal rumah besar Sebastian.

   Dua pria berbadan besar dengan cepat membawa Ryan masuk ke kamarnya. Sedangkan Zyn kini duduk di ruang keluarga bersama Sebastian dan juga Widya. Zyn menceritakan segalanya sampai kenapa Ryan bersikap seperti itu. Widya terkejut, dia sangat terkejut dengan ala yang di alamai putranya. Widya sama sekali tak menyangka jika Ryan akan mengalami hal seburuk itu.

   "Dimana Serena sekarang?" Tanya Sebastian.

  "Aku disini Pah." Jawab di cantik.

  Serena baru saja kembali dengan Reymond, Widya langsung menghampiri putrinya. Semua mata tertuju pada baju Serena yang sudah di penuhi dengan darah, tapi gadis itu baik baik saja. Widya ingin memeluk Serena namun segera di cegah.

   "Aku baru saja pulang Mah, biarin aku mandi dulu." Ucap Serena.

   "Ya ya ya, tentu saja. Lihat tubuhmu kotor dan bau, mandi sana. "

   "Hahaha... Baik Nyonya." Serena pun menoleh ke belakang, "Ayo Ngel ke kamar gue."

   "Permisi tante, "

Kedatangan Agel bersama Serena dan Reymond membuat tanda tanya besar bagi keluarga Lubis, setelah apa yang mereka dengar bagaimana bisa mereka membawa Angel pulang. Apalagi kondisi Angel sepertinya tidak baik baik saja, ada noda darah di dadanya.

"Rey apa yang terjadi?" Tanya Widya.

"Tenanglah Mah, semua baik baik saja." Jawab Reymond merangkul sang ibu dan membawanya kembali duduk di sofa.

* * *

Ke esokan harinya, pagi yang cerah ceria semua keluarga Lubis berkumpul di satu meja yang sama. Mereka akan sarapan bersama setelah semua kejadian yang membuat keluarga Lubis bersitegang. Tapi hari ini ada yang berbeda di sana, seorang gadis cantik ikut dalam kumpulan keluarga harmonis yang selalu di bumbui dengan pertengkaran antara anak anak Sebastian.

"Aku mau umumin sesuatu." Ucap Ryan tiba-tiba.

Semua mata tertuju padanya yang tiba-tiba saja ingin mengumumkan sesuatu. dan seketika suasana pun menjadi serius.

"Umumin apa lo Yan?" Tanya Zyn yang duduk di sebelahnya.

Ryan menoleh, "Lo tahu kan kejadian kemarin? Gue bakalan tanggung jawab." Kini pandangannya tertuju pada Angel yang duduk di depannya.

"Tanggung jawab. Maksud lo?"

"Aku akan nikahin Angel."

APAAA

Tak ada yang tak terkejut dengan ucapan Ryan barusan. Semua orang menatapnya heran, sedangkan Ryan memasang wajah serius nya kali ini.

"Karena aku, Angel kehilangan Mamanya. aku penyebabnya. "

"Tapi... Bukan berarti kamu harus nikahin dia Ryan." Tandas Sebastian.

"Papa benar, kamu harus fokus dengan kuliahmu. Lihat bahkan Zyn dan Leon akan wisuda sebentar lai." Timpal Widya.

"Bertanggung jawab bukan berarti harus menikahi Ryan. Papa akan biayai sekolah Angel sampai dia lulus S2." Ucap Sebastian.

"Tapi Angel tidak punya siapa-siapa pa, jika aku menikahinya setidaknya dia punya keluarga yang akan melindunginya."

Sebastian maupun Widya terdiam, mungkin apa yang di katakan Ryan ada benarnya. Angel tidak punya siapapun lagi, dan penyebabnya adalah anak anak mereka.

"Aku akan menikahinya," pungkas Ryan sekali lagi.

"Em.. Itu... Bukan salah Bang Ryan, Bang Ryan gak perlu bertanggung jawab." Angel ikut berasumsi.

"Nggak Ngel, aku yang bikin kamu kehilangan keluargamu."

"Jika ada yang harus bertanggung jawab itu gue. Gue yang nyuruh kalian buat memburu Antonio dan juga Jackson. Bahkan kedua manusia kepar4t itu mati di tangan gue. Jika lo bilang Angel gak punya keluarga, lo salah Bang. Dia punya gue, Amel dan Seza. Kita gak akan ninggalin dia sendirian. Kalo lo pikir bertanggung jawab itu dengan membiayai hidupnya. Gue masih sanggup membiayai hidupnya, sama seperti orang-orang yang udah gue lenyapkan sebelumnya. Lo tahu kan seberapa besar duit yang harus gue keluarin buat anak-anak yang kehilangan ayah mereka, padahal itu adalah kesalahan mereka sendiri tapi gue? Gue yang tanggung semuanya!

Sama seperti itu juga, gue yang akan tanggung hidup Angel." Ucap Serena telak.

Jika si adik sedang di mode serius nya, maka tak ada yang bisa menjawab ucapannya termasuk Sebastian ataupun Widya. Apa yang di katakan Serena seratus persen benar selama ini dia lah yang menanggung sekolah anak anak yang ayahnya Serena lenyapkan. Serena masih sekolah tapi dia bisa menghidupi orang-orang itu dengan perusahaannya, dan semua orang tahu itu.

Ryan terdiam, tatapannya kosong. Rasa penyesalan dalam hatinya masih menghantuinya. Ryan belum tenang meskipun Serena sudah berkata seperti itu.

"Biar gue yang nikahin dia."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!