Buuugghh...
Buuugghhh...
Brakkk!
Dengan membabi buta Ryan meninju Erick. Setelah apa yang terjadi pada Serena dan mereka mengetahui dalang dari semua kejadian itu adalah Erick yang merupakan seorang Mafia juga. Erick berkecimpung di dunia Mafia sejak 2 tahun lalu, awalnya semua bisnis yang di jalankannya berjalan lancar tanpa hambatan seperti jalan tol yang panjang membelah gunung.
Namun setelah Chetaz hadir di dunia Mafia, semua rekan bisnisnya berpindah pada Chetaz yang di pimpin seorang wanita muda cantik yang tak lain adalah teman balap liarnya yaitu Serena.
Awalnya Erick tak menyangka jika Serena adalah pemimpin Chetaz, setelah menyaksikannya sendiri maka Erick merencanakan untuk menghancurkan Chetaz dan mengirim Serena ke neraka. itulah yang Erick pikirkan.
Namun ternyata dugaannya salah, setelah kejadian balapan liar itu. Organisasi nya terancam punah, sekitar 70% anggotanya habis di bantai Carycations yang di pimpin langsung oleh Reymond Angkara Sebastian Lubis.
Putra ke dua Tuan Lubis itu memang seorang Mafia kelas dunia. keahliannya di bidang penjualan senjata memang tak bisa di ragukan lagi, banyak para pemimpin Mafia dunia yang membeli senjata padanya. Termasuk salah satunya Buyern yang berkerja sama dengan Carycation sejak satu tahun yang lalu.
Apa Erick tidak mengetahui jika Serena adalah adik kandung sang Mafia yang menjadi rekan bisnisnya hingga berani mencelakai nya? Erick benar-benar cari mati telah berurusan dengan seorang Reymond Angkara.
"Sorry Yan, gue bener bener gak sengaja."
Erick terus meminta ampun agar Ryan mau melepaskannya. Erick Erlando Franley yang juga merupakan teman kampus Ryan itu juga merupakan teman balapan liarnya bersama sang adik.
"Bajingan lo Rik, berani beraninya lo celakain ade gue."
Buuuggghh...
Ryan melangkah tinjunya lagi pada Erick, hingga sudut bibir Erick sobek dan mengeluarkan darah tapi Ryan tak peduli.
Apa Erick menyesal? tentu saja tidak, pelariannya menghindari Ryan tidak bertahan lama karena sang Mafia tampan itu memiliki koneksi yang jauh lebih banyak dari bayangan Erick.Tak ingin terus terpojok, kini Erick mulai melawan tinjuan Ryan yang membuat Ryan naik pitam karenanya.
"Berani ngelawan gue lo sekarang?" Geram Ryan menatap tajam Erick.
Tiba-tiba saja tawa Erick membuncah, aura Mafia nya kini terpancar dari sorot matanya yang setajam elang siap memangsa buruannya.
"Hahah... Lo yang bodoh Ryan. Lo pikir bisa bunuh gue begitu aja? Lo salah Yan."
Secepat kilat Erick mengeluarkan pistolnya dari balik saku celananya dan menodongkannya ke arah Ryan. Ryan tersentak mendapati pistol yang siap di tarik pelatuknya. Ryan beringsut mundur dua langkah ke belakang, sementara dengan bangganya Erick menyunggingkan senyuman iblisnya menatap tajam kakak Serena itu.
"Apa kau takut Ryan?" Ucapnya dengan sombong.
Ryan tersenyum tak ada rasa takut sekalipun di wajah tampannya, Ryan mundur bukan karena takut tapi untuk mengambil ancang-ancang, dan.
Braaakkkk!
Dengan satu tendangannya pistol yang di pegang Erick terlempar ke atas sedangkan tubuhnya jatuh terpenjaranjab mengenai meja hingga meja itu hancur.
"Aaahhh... sialan." Umpat Erick.
Ryan tersenyum penuh kemenangan.
"Lo fikir gue bakalan takut dengan pistol kecil lo itu," Seringai Ryan.
Erick terkapar di lantai, cairan merah menyembur dari mulutnya. Baru saja Ryan melemparnya hingga meja yang terbuat dari kayu jati itu hancur.
Ulangi: kayu jati
Meja sekuat itu saja bisa hancur, bisa terbayangkan sekuat apa Ryan menendangnya. tubuhnya terasa remuk, tulang tulang nya berasa patah.
Yah untuk orang biasa, tapi tidak untuk seorang Mafia seperti Erick. Erick memang merasakan sakit di tubuhnya, tapi itu sudah biasa. Bagi seorang Mafia hal itu sudah terbiasa terjadi. Mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan daerah kekuasan untuk bisnis ilegalnya sudah terbiasa terjadi, tak jarang mereka akan adu jotos ataupun adu senjata demi kepuasan nafsu mereka.
Erick bangkit mengambil sebilah kayu yang tergeletak di lantai, dengan mengandalkan seluruh ke kuatannya Erick membalas tendangan Ryan dengan sebilah kayu di tangannya.
Bugghh...
Bugghh...
Bugghh..
Kini giliran Erick yang memukul Ryan dengan membabi buta hingga Ryan terjatuh dan terluka. Matanya melirik pistol yang tergeletak di lantai, Erick segera memungutnya.
Dooorr...
Ryan meraba bahu kanannya yang terkena timah panas Erick. Erick menyeringai puas tembakannya tepat sasaran.
"sumpah demi apapun gue gak nyesel udah kirim adek lo ke neraka." Ucap Erick dengan seringaian iblisnya.
ERIIIIICCKKK
* * *
"Belum ada kabar Rey?" Tanya Sebastian pada putra ke duanya itu.
"Belum pah, Rey bakalan turun tangan sendiri ke hutan buat cari Serena."
"Pihak ke polisian juga belum menemukan informasi apapun, bahkan motor yang di gunakan Serena malam itu pun belum di temukan," ujar Sebastian.
"Bentar deh pah, kayanya aku nemuin ke janggalan disini."
Sontak Sebastian dan Reymond pun menoleh ke arah Leon. Sebastian mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Maksud kamu apa Yon?" Tanya Reymond.
"Gini bang, coba fikirkan. Kalo ini benar-benar kecelakaan seenggaknya kita bisa menemukan sedikitnya bukti tentang Serena, motor yang di tunggangi Serena pun tak ada di tempat kejadian. Kalau di fikir lagi itu tidak akan mungkin, kalau pun motor itu masuk ke jurang bersama Serena motor itu pasti hancur. Pasti akan ada kepingannya kan?" Ucap Leon mengutarakan asumsinya.
Reymond dan Sebastian nampaknya berfikir dengan apa yang di katakan Leon barusan. Leon Bagaskara Nugraha Lubis yang merupakan putra ke tiga sekaligus saudara kembar Ryan itu sedang mengejar sarjananya sebagai pengacara.
Sebagai mahasiswa hukum tentu Leon menemukan banyak kejanggalan kejanggalan yang menimpa kasus adik bungsunya.
"Maksud kamu kecelakaan Serena itu di sabotase?" Tebak Sebastian.
Leon mengangguk, "Benar! Pasti ada seseorang yang sengaja mencelakai Serena hingga Serena masuk ke jurang, tapi motornya..."
"Di bawa pergi." Timpal Reymond cepat.
Leon mengangguk mengiyakan.
"Bangs*t jika aku tahu siapa dalangnya, akan ku habisi dia." Geram Reymond mengepalkan kedua tangannya.
Sean yang baru saja tiba untuk pertama kalinya setuju dengan adiknya. Sean yang seorang dokter sangat membenci sikap Reymond yang dengan entengnya menghilangkan nyawa seseorang. Namun untuk kali ini Sean mendukung Reymond.
Sebastian menoleh pada Sean yang sudah duduk di sampingnya.
"Bagaimana keadaan mamahmu?"
"Sudah mendingan pah, tapi masih harus di rawat. Kondisinya masih lemah." Jawab Sean yang baru saja selesai memeriksa keadaan widya.
Sebastian mengangguk mengerti, pandangannya kemudian teralih mencari sosok putra bungsunya yang tak kunjung pulang sejak tadi pagi padahal kondisi Widya masih memprihatinkan. Apakah Ryan tak peduli dengan ibunya yang sedang sakit?
"Kemana anak itu jam segini belum pulang? Apa dia tak tahu kalo mama nya sedang sakit?" Gerutu Sebastian.
Tentu Reymond, Sean dan Leon tahu siapa yang di maksud papa nya itu.
"Mama lagi sakit, Serena juga belum ketemu tapi dia malah kelayapan gak jelas." Gerutunya kembali.
"Tadi Ryan sama Zyn Pah, entah mau kemana mereka tapi kayanya buru-buru deh." Ucap Leon yang memang tadi pagi berpapasan dengan Ryan dan Zyn di depan rumah.
Sebastian menghela napasnya lelah, memijat keningnya sendiri. Terlalu banyak yang di pikirannya di usia yang sudah tak muda lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments