Jaket asing dengan aroma menyegarkan

   Hoaaaammmm....

   Serena merentangkan kedua tangannya, meregangkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal, mungkin efek dari tidur di sofa semalaman. Tapi tunggu..

   Serena mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, matanya menangkap ada yang aneh di sini. Ruangan ini terasa tak asing baginya, Serena mengerutkan keningnya saat mendapati dia tidur di ranjangnya dengan selimut bulu angsa kesayangannya. Serena mengangkat selimutnya dengan penuh pertanyaan di benaknya.

  "Ini kan..."

  "Selamat pagi.."

  Serena menoleh dengan cepat, Suryani yang merupakan ART di rumah Reymond datang membawakan seragam Serena yang baru saja dia cuci dan setrika sebelumnya. Serena belum mau beranjak dari kasurnya meskipun matahari sudah terang benderang di luar sana.

   "Jam berapa sekarang Bi?" Tanya Serena.

  "Jam sembilan Nona, Nona Serena tidur lelap sekali." Jawab Suryani.

  Serena menepuk jidatnya sendiri lalu segera turun dari ranjang, "Kenapa tak membangunkanku?" Ucap Serena. Dia menyambar handuk dan bersiap masuk kedalam kamar mandi.

   "Loh kenapa Non? Kan sekarang hari minggu."

  "Apaaa?" Serena berbalik menatap Suryani yang baru saja meletakan seragamnya di atas kasur.

   "Lah... Iya kan Non? Sekarang hari minggu. makanya tadi Tuan melarang saya untuk bangunin Nona Serena."

  "Dimana Bang Rey sekarang?"

  "Ada di bawah Non."

  Serena melirik ke arah pintu sebentar lalu masuk ke dalam kamar mandi.

   " Wong gendeng, masih muda aja udah pelupa." Gerutu Suryani yang sedang merapikan kamar Serena.

  "AKU DENGER LOH BIIII..." Teriak Serena dari dalam kamar mandi.

  "Astaghfirullah..."

  Cepat cepat Suryani beristigfar, lupa kalo pendengaran Serena sangat amat tajam. Bahkan bisa tahu jika dia bicara sangat pelan.

   * *

   Serena memang bukan tipe orang yang akan menghabiskan berjam-jam di dalam kamar mandi. 15 menit sudah cukup baginya untuk menyelesaikan urusan kamar mandinya, saat dia keluar dari kamar mandi Suryani masih berada di kamarnya sedang merapikan tempat tidurnya.

   "Aku pikir Bibi udah pergi," ucap Serena yang sedang menggosok rambutnya.

  "Kan bibi harus bersih-bersih dulu Non, " jawab Suryani lalu kembali ke aktivitas nya.

   Serena mengangguk mengerti, dia berjalan ke depan cermin, mengoleskan cream ke wajahnya. Meskipun seorang Queen Mafia dan gadis tomboy Serena juga seorang gadis yang selalu memperhatikan penampilannya. Gadis cantik berusia 14 tahun ini tidak asing dengan make up seperti gadis gadis lainnya, hanya hobby nya saja yang suka balapan liar seperti kakaknya.

   "Mau Bibi bantu keringkan rambutnya Non?" Tawar Suryani.

  Serena menoleh sebentar, "Gak usah Bi, biar aku aja." Jawab Serena,

   Tangan mulusnya mulai merai hair dryer yang menggantung di sudut rak. Tapi saat Serena mulai mengarahkan hair dryer ke rambutnya, matanya melihat sebuah jaket yang menggantung di dekat ranjangnya. Serena mengerutkan keningnya, seingatnya dia tak punya jaket seperti itu.

   "Jaket siapa itu Bi?" Tanya Serena.

  "Loh... Itu bukannya jaket Non Serena yah? semalem kan Non Serena pake jaket itu pas Tuan bawa pulang." Jawab Suryani.

   Serena semakin mengerutkan keningnya, dia meletakan hair dyer di atas meja lalu bangkit dan berjalan mendekati jaket berbahan kain berwarna nevi dengan polet putih. Selain indera pendengaran yang tajam, Serena juga memiliki indera penciuman yang sangat tajam. Hidungnya mencium aroma maskulin dari jaket itu, dia sedang menerka-nerka kira-kira siapa pemilik jaket ini dan kenapa bisa di pakainya?

"Jaket siapa ini?" Monolognya.

Yang jelas dari aroma parfumnya saja Serena yakin jika jaket itu bukan milik salah satu abangnya. Serena tahu betul setiap parfum yang sering di pakai abang-abangnya.

Drrrrt.. Drrrrt... Drrrt...

Bunyi ponsel membuyarkan lamunannya. Serena meletakan kembali jaket di tangannya lalu mengambil ponselnya.

( "Hallo sel, lo dimana?" )

Pertanyaan itu lagsung Ryan layangkan ketika Serena mengangkat panggilannya.

"Di rumah." Jawab Serena.

( "Rumah siapa lo? gue di rumah." )

"Rumah bang Rey lah... Kenapa sih bang?"

( "Kita udah tahu dimana Antonio. Bentar lagi gue otw. Zyn udah di lokasi sekarang." )

"Oh Ok, gue otw sekarang."

Mengambil langkah seribu, Serena segera keluar dari kamarnya. Saat menuruni tangga Serena kembali berpapasan dengan Suryani yang hendak memanggilnya untuk sarapan.

"Loh Non mau kemana?" Tanya Suryani cepat saat melihat Serena yang sedang terburu-buru.

"Aku pergi dulu Bi ada urusan." Jawab Serena tanpa melihat Suryani.

"Sarapan dulu Non..." Ucap Suryani sedikit berteriak, tapi Serena malah melambaikan tangannya.

"Dasar bocah, maen pegi pegi aja," cerocos Suryani kembali menuruni tangga.

* * *

"Siapkan penyerangan, setelah Serena datang kita akan langsung menyergap mereka."

"Baik Tuan."

Perintah Zyn langsung di laksanakan para anak buahnya. Dengan membawa sekitar 200 anak buahnya Zyn akan mengepung sebuah rumah sederhana yang di perkirakan merupakan persembunyian Antonio dan Jackson.

Orang-orang itu mulai berjalan dengan langkah pelan agar mereka tak ketahuan. Ryan sudah memberitahu Zyn sebelumnya, penyerangan akan di lakukan sesuai komando Serena dan Serena juga Ryan kini sedang menuju lokasi.

"Semua siap!" Ucap Zyn pada earphone nya yang terhubung dengan Ryan.

"OK!" Jawab Ryan.

Bruuummmmm.....

Ryan baru saja berangkat dengan motornya menuju TKP dimana Zyn sudah mengirimkan lokasinya.

* *

Di sisi lain Serena baru saja sampai di parkiran mobil milik kakaknya. Serena sedang memilah kunci motor yang menggantung di dinding, dari deretan kunci-kunci yang tersedia, Serena tak melihat kunci motornya.

"Dimana kunci motor ku?"

Sapri seorang petugas keamanan yang menjaga rumah Reymond datang menghampiri nya.

"Cari apa Nona?"

Serena menoleh, "Dimana kunci motorku?"

"Sebelah sini Nona." Sapri menunjukan deretan kunci motor di sebelah kiri. Tapi bukan itu yang Serena cari.

"Motor yang di ku pakai semalam, kau parkir dimana? " Tanya Serena.

Sapri mengerutkan keningnya tak mengerti, " bukannya semalam Nona naik mobil bersama Tuan? Tuan juga tidak membawa motor, "

"Apaa? "

'Lalu dimana motorku?' Benak Serena bertanya.

Tapi Serena tak punya waktu untuk membahas motor, biarlah urusan motor akan dia selesaikan nanti. Serena segera mengambil salah satu dari deretan kunci yang tersedia, lalu dia melangkah menuju deretan motor yang berjajar di sana. Semua motor-motor itu adalah motornya yang di simpan di rumah Reymond.

Brruummmm....

Ckiiit...

Serena membuka helmnya ketika sampai di lokasi, nampak Zyn dan Ryan sudah menunggunya disana.

Duuuaaaarrrr....

Baru saja turun dari motornya Serena sudah di suguhkan dengan tewasnya beberapa anak buahnya yang sedang bersembunyi di balik semak-semak, sepertinya mereka menginjak jebakan yang sengaja di pasang di sana.

Zyn dan Ryan segera menoleh ke arah sumber suara. "Apa itu?"

"Sial! Sepertinya mereka sengaja menaruh jebakan disana." Ucap Zyn, menebak situasi yang terjadi.

"Kita harus lebih hati-hati, Mereka sudah siap menunggu kedatangan kita." Ucap Serena yang di angguki keduanya.

Serena menatap rumah sederhana yang ada di depannya. Mata elangnya mengintimidasi setiap sudut rumah yang terletak di kaki gunung itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!