Kembalinya Ratu Keluarga Lubis

   Reymond masuk kedalam ruangan itu bersama Serena kecil yang berada di gendongannya. Sebastian menatap anak-anaknya yang baru saja tiba dengan tatapan yang sulit di artikan, wajah tegasnya menunjukan jika Sebastian sedang marah saat ini karena Reymond membawa Serena ke rumah sakit jiwa.

  Tegaskan sekali lagi : Rumah Sakit Jiwa

   Sudah hampir 5 bulan Widya dirawat di rumah sakit jiwa karena kondisi mentalnya yang tak stabil. Reymond menurunkan Serena di samping ibunya yang sedang tidur di atas ranjang. Si kecil yang sangat menggemaskan itu ikut tertidur di samping Widya, tangan kecil itu memeluk tubuh ibunya yang sedang tertidur.

  "Rey, Papa ingin bicara sama kamu." Ucap Sebastian tegas.

  Reymond tahu apa yang ingin di katakan Sebastian, dia tak menolaknya tapi tak kunjung mengikuti Sebastian yang sudah lebih dulu keluar. Pandangan Reymond semakin menatap benci pada Sebastian yang tak berbicara sedikitpun pada putri kecilnya sejak kedatangan mereka. Apa Sebastian tak peduli dengan Serena?

   Manik Abu itu menatap adik kecilnya yang tengah berbaring di atas ranjang yang sama dengan ibunya. Perlahan tangan besar Reymond mengelus lembut kepala Serena hingga Serena kecil bangun dan duduk menatapnya.

  "Sel, kamu tunggu disini sebentar yah?" Ucap Reymond lembut.

 "Abang mau kemana?" Tanya si kecil yang menggemaskan.

  Reymond tersenyum, "Abang cuma keluar sebentar ko, kamu disini dulu sama mama. Sini abang bisikin."

  Si kecil menggemaskan itu mendekatkan telinga kecilnya, entah apa yang Reymond bisikan tapi Serena kecil menganggukan kepalanya.

   "Anak pintar, " ucap Reymond sambil menahan lembut rambut adik kecilnya yang menggemaskan.

   * *

   Sebastian sudah menunggu Reymond di depan ruangan Widya, wajahnya sedang tak bersahabat sekarang. Wajah tegas itu semakin terlihat menyeramkan dengan kerutan di dahi, amarahnya yang menggebu dalam hati siap Sebastian tumpahkan saat melihat Reymond keluar dari ruangan itu.

  Hap!

  Segera Sebastian mencengkram kemeja putranya, matanya yang sudah memerah menatap tajam Reymond.

  "Apa yang kau lakukan? Fasar anak tak tahu di untung. Kenapa kamu bawa Serena kesini? heh?" Amarah Sebastian.

   Reymond hanya menatapnya tanpa bicara apapun, tatapan kebencian. Bahkan Reymond sudah tak peduli dengan Sebastian dan semua larangannya. Dengan santainya Reymond hanya melirik tangan besar Sebastian yang mencengkram kemejanya.

   "Papa bicara sama kamu Rey!" Ucap Sebastian dengan nada suaranya yang naik satu oktaf.

   "Wanita itu bukan hanya istrimu, dia juga Mama ku. Anda tidak berhak melarangku menjenguknya." Ucap Reymond.

  DUAAARRRR...

  Bagaikan di sambar petir di siang bolong, seketika Sebastian lemas. Cengkramannya pun terlepas, Sebastian mundur selangkah menatap tak percaya putranya. Reymond yang selalu menghormatinya, Reymond yang penurut dan penuh kasih sayang kini semua itu tak Sebastian lihat lagi. Bahkan Reymond tak memanggilnya dengan sebutan ' Papa ' lagi.

   "Ala yang kamu katakan Rey?"

   Dahi itu mengerut menatap putranya. Tapi tidak dengan Reymond yang bersikap sekolah tak terjadi apa-apa. Sikapnya yang dingin dan tak banyak bicara membuat Sebastian semakin merasakan sesak di dadanya. Walau bagaimanapun Sebastian tetaplah seorang Ayah, dia pasti sakit hati jika putra tak menganggapnya sebagai ayahnya.

   Sebastian berbalik melangkah kedepan seraya mengusap rambutnya frustrasi, lalu berhenti dan kembali berbalik menatap Reymond.

  "Kenapa kamu bawa Serena kesini? Serena itu masih kecil Rey."

   Kini nada bicaranya tak setinggi tadi.

  "Apa kau bisa membawa ibuku kembali ke rumah?"

  Pertanyaan Reymond mengerutkan kening Sebastian.

  "Mamamu lagi sakit Rey, dia perlu perawatan dokter." Jelas Sebastian.

   "Tapi tidak seharusnya anda membawanya ke rumah sakit jiwa!" Tegas Reymond.

  Sebastian terdiam, bahkan Reymond berani membentak nya.

   "Jika Anda tidak bisa membawa Mama saya pulang ke rumah, maka aku yang akan membawanya." Ucap Reymond kemudian masuk ke dalam ruangan Widya.

  Sebastian membulatkan matanya, Sebastian segera mengejar Reymond masuk kedalam. Namun apa yang di lihatnya membuatnya tak bisa berkata-kata. matanya membulat, tubuhnya bergetar.

  " Papa..."

  Serena kecil turun dari ranjang dan langsung berlari ke arah Sebastian, gadis kecil itu memeluk kaki panjang Ayahnya. Sebastian berjongkok mensejajarkan diri dengan putri kecilnya, Serena kecil tersenyum lalu memeluk tubuh besar Sebastian.

  "Lihat... Mama sudah bangun."

  Tangan kecil itu menunjuk Widya yang sedang duduk di ranjangnya menatap tersenyum ke arahnya. Sebastian menggendong Serena dan berjalan ke arah Widya yang nampak baik-baik saja tak seperti biasanya.

   "Papa kenapa? Ko liatin Mama kaya gitu? " Tanya Widya, saat suaminya sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan tak seperti biasanya.

  Apa yang harus di katakan Sebastian, dia begitu heran, bingung, sedih dan bahagia melihat istrinya yang sudah kembali lagi seperti dulu.

  "Mama... Mama ingat Papa?" Tanya Sebastian.

  Widya mengerut, "Kenapa Mama tidak ingat sama suami sendiri?" Ucap Widya di sertai kekehan kecil.

  Tiba-tiba saja air matanya mengalir begitu saja, Sebastian begitu terharu melihat istrinya sudah kembali dan mengingatnya lagi.

   "Ih... Papa nangis kaya anak kecil, hihi... " Tawa Serena membuyarkan lamunan Sebastian.

  Sebastian menoleh kemudian memeluk putri kecilnya yang sudah membuat keajaiban. Sebatian memeluknya erat sampai Serena kecil terkejut dan pipi gembul nya menggembung. kesal karena Sebastian memeluknya agak kuat.

   "Papa lepasin aku, aku gak bisa napas. uhuk.. Uhukk..."

   Mulut kecilnya terbatuk, segera Sebastian melepaskan pelukannya. Serana mengerucutkan bibirnya kesal sungguh, sedangkan Sebastian tertawa saking gemasnya dia pun mencubit pipi gembul putri kecilnya.

  "Maaf maaf papa terlalu senang."

  Cup.. Cup.. Cup..

  "Makasih sayang, makasih..." Ucap Sebastian kembali memeluk putri kecilnya. Entah apa yang di lakukan Serena hingga membuat Widya sembuh sepenuhnya, Sebastian sungguh tak mengerti dengan putrinya ini.

"Kita pulang Ma..."

Reymond menengadahkan tangannya, dengan senang hati Widya menggenggam tangan putranya. Senyuman manis di bibirnya tak berhenti sejak tadi, Widya sangat bahagia memiliki suami dan anak-anak yang begitu menyayanginya.

Semenjak hari itu kediaman keluarga Lubis yang 6 bulan terakhir berubah dengan masuknya Widya ke rumah sakit jiwa dan anak-anak Sebastian yang mulai memberontak dan tak mau di atur juga dengan kebencian Reymond pada Sebastian yang memperkeruh keharmonisan Lubis and Family. Kini dalam hitungan jam Reymond mampu mengembalikan keadaan seperti semula.

2 jam sebelumya..

Reymond baru saja kembali setelah melakukan transaksi baru di dunia barunya, Reymond masih tinggal di rumah Lubis saat itu. Pria yang sudah bertatus sebagai Mafia itu masuk kedalam rumah Lubis dengan segala kewibawaannya. Memang Gen Sebastian yang selalu sifat tegas dan wibawanya sangat menurun pada putranya yang satu ini.

Reymond sangat mewarisi semua Gen Ayahnya, tapi memiliki sifat yang jauh berbeda dengan Sebastian. Memakai pakaian Formal membuat Reymond terlihat seperti Sebastian muda yang berwibawa dengan wajah tegas dan dingin yang menjadi ciri khas pria itu. Apalagi postur tubuh keduanya yang begitu mirip dan wajah yang serupa juga bola mata yang serupa, hal itu juga yang Reymond benci dari dirinya ketika dia bercermin Reymond selalu melihat wajah Sebastian dalam dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!