Hijrahnya Si Gadis Badung

Hijrahnya Si Gadis Badung

Bab 1.

"Cih, sekalinya sudah rusak tetep aja rusak nggak bakalan bisa di perbaikin lagi"

"Dasar Munafik ! Sok suci !!"

"Berjilbab tapi kelakuan kayak orang nggak punya adab"

"@@###@##@"

Seperti itulah setiap harinya, selalu saja ada kata-kata yang menyakiti hati dan tak enak di dengar.

Lelah ? Tentu saja aku lelah.

Marah ? Siapa yang tidak marah jika perubahanmu selalu di kaitkan dengan masa lalumu yang suram.

Aku hanyalah manusia biasa yang bisa merasakan lelah, marah, dan sakit. Namun aku juga tidak bisa membalas setiap ucapan yang mereka lontarkan.

Bukan ! Bukan !! Bukan aku tidak bisa tapi aku tidak ingin membalasnya, karena jika aku mau membalasnya aku tidak menjamin mereka masih bisa berbicara.

Terserah kalian mau menganggapku apa, pendapat orang lain sudah tidak penting lagi bagiku karena aku hanya ingin mencari ketenangan jiwa.

Anindita segera menutup buku hariannya dan mulai mengemas beberapa pakaiannya ke dalam koper, hari ini gadis cantik itu memutuskan untuk menetap di luar kota dimana dia berharap tidak ada orang yang akan mengenalinya dan juga tidak mengetahui masa lalunya 

****

"Bismillah, hari ini akan menjadi awal bagiku ya Allah jadi aku mohon bantulah dan mudahkanlah hidupku di kota ini" ucap seorang perempuan bergamis maroon dan berkerudung hitam panjang saat turun dari kereta api yang membawanya.

Setelah keluar dari stasiun kereta, gadis yang bernama Anindita Rahma itu lekas mencari taksi.

"Tolong antar saya ke alamat ini ya Pak" ucap Anin dengan sopan sembari menunjukkan alamat yang ada di Hpnya.

"Baik Mbak" jawab si sopir.

Mata Anindita tak lepas dari jalanan yang masih ramai meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.

20 menit berlalu, sopir taksi itu menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang tertutup gerbang besar.

"Sudah sampai Mbak" ucap sang sopir yang langsung di jawab dengan anggukkan oleh Anindita.

Anindita mengeluarkan 2 lembar uang 50ribuan  dan memberikannya pada sopir taksi yang sudah mengantarnya.

"Kembaliannya ambil saja Pak" ucap Anindita.

"Terimakasih Mbak, semoga Allah mudahkan rezekimu Mbak" jawab sopir taksi membuat Anindita tersenyum.

Sebelum pergi sopir taksi itu membantu Anindita mengeluarkan kopernya dari bagasi, Anindita lekas berjalan ke gerbang yang sedikit terbuka itu.

"Assalamualaikum, permisi Pak" ucap Anindita sedikit berteriak.

"Waalaikumussalam, ya Mbak.. ada apa ya ?" Tanya seorang pria paruh baya usai mengurangi volume di radio yang ia dengarkan.

"Saya Anindita Rahma Pak, saya penyewa baru yang mau Kos di sini" jawab Anindita.

"Oh, Mbak Rahma ya ?" Tanya pria paruh baya itu lagi sembari menunjuk ke arah Anindita.

Anindita hanya mengangguk untuk memberi jawaban pada pria baya itu.

"Mari masuk Mbak" ajak Pria paruh baya itu sembari membuka gerbang.

"Makasih Pak... " ucap Anindita menggantung karena tidak mengetahui nama pria paruh baya itu.

"Panggil saja Bapak Joko Mbak, tapi anak-anak yang Kos disini suka manggil saya Pak Jack, biar lebih gaul kata mereka" ucap Pak Jack alias Joko itu sembari terkekeh.

Pak Joko mengantarkan Anindita ke sebuah rumah yang berada d depan.

"Ini rumahnya Bu Yuni Mbak, untuk Kos-kosannya ada di rumah lantai 2" jelas Pak Joko karena melihat Anindita seperti orang yang bingung.

Anindita hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

Tok tok tok

"Assalamualaikum Bu" ucap Pak Joko.

"Waalaikumussalam"

Ceklek

"Ini Mbak Rahma nya sudah datang Bu, saya permisi jaga di depan lagi" ucap Pak Joko begitu seorang wanita paruh baya yang menjawab salam tadi membuka pintu.

"Sebentar Pak" cegah Wanita itu lalu segera masuk lagi ke dalam dan tak lama keluar dengan membawa sepiring ubi rebus.

"Buat temen melek Pak" ucap wanita itu.

"Wah, alhamdulillah.. makasih Bu, saya permisi. Mari Mbak Rahma"

Pak Joko segera berlalu dengan bahagia karena ada sepiring ubi rebus yang bisa menemaninya berjaga.

"Silahkan masuk Nak Rahma" ajak Bu Yuni pemilik kontrakan di kota yang akan ku tinggali mulai saat ini.

"Baik Bu" jawab Anindita melangkah masuk mengikuti Bu Yuni yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam rumah.

"Kenapa sampainya malam sekali Nak ?" Tanya Bu Yuni dengan lembut membuat hati Anindita sedikit bergetar karena teringat akan Orang tuanya yang sudah tiada.

"Iya Bu, saya sempat ketinggalan kereta waktu turun di stasiun tugu jogja untuk membeli sesuatu jadi saya harus menunggu kereta selanjutnya" jawab Anindita.

Bu Yuni menganggukkan kepalanya "Yasudah kalau begitu, mari Ibu antarkan ke kamar kamu" ajaknya.

Anindita segera berdiri dan menyeret kopernya keluar namun Bu Yuni segera menghentikannya.

"Mau kemana Nak ? Kamar kamu di situ" tunjuk Bu Yuni ke arah pintu berwarna hijau toska.

"Tapi kata Pak Joko tadi kamar Kos ada di belakang bu" jawab Anindita sedikit bingung.

Bu Yuni terkekeh lalu merangkul Anindita menuju ke depan pintu berwarna hijau toska.

"Yang tinggal di kamar yang mau kamu tempati belum pindah Nak, besok siang baru mau pindah. Jadi untuk malam ini kamu tidur disini dulu ya, mandi dulu sebelum tidur biar bisa tidur nyenyak" ucap Bu Yuni sembari membukakan pintu kamar untuk Anindita.

"Makasih Bu" ucap Anindita tulus.

"Sama-sama, cepat mandi dan istirahat.. Ibu balik ke kamar ya, kamar Ibu ada di sana" tunjuknya pada kamar yang ada di dekat ruang tamu tadi.

Anindita mengangguk lalu menutup pintu usai melihat Bu Yuni masuk ke dalam kamarnya.

Badannya terasa kaku, matanya juqa sudah ingin segera terpejam usai melakukan perjalanan jauh namun Anindita segera melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi.

Bruukkkk

Anindita menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur usai mandi, sepertinya gadis itu benar-benar lelah hingga langsung tertidur lelap.

*

Suara adzan subuh berkumandang memaksa mata gadis cantik itu terbuka, meski badannya terasa remuk redam karena kelelahan perjalanan jauh namun dia tetap bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh.

"Sabbihisma robbikal a'laa . Alladzii kholaqol fa sawwaa . Walladzii qoddaro fa hadaa . Walladzii akhrojal-mar'aa . Fa ja'alahu ghusaaa ann ahwa." (Q.s Al-a'la 1-5)

Anindita yang sedang berdzikir usai sholat subuh sontak tertegun karena mendengar suara seorang laki-laki yang sedang mengaji dengan merdu dan juga nada yang indah.

Bibirnya membentuk senyum tipis karena merasakan jantungnya bergetar, entah kenapa dia merasa ingin mendengarkan dengan jelas suara alunan ayat-ayat suci yang di baca laki-laki itu.

"Suara yang begitu indah dan juga merdu" gumamnya lirih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!