"Lo duduk dulu, gue liat berkas lo dulu bentar" perintah Gavin.
Anindita duduk di sofa ruangan Gavin yang di siapkan Pak Imam.
"Sebelumnya pernah kerja di mana?"
"Belum pernah sama sekali, hanya bantuin usaha keluarga saja"
Gavin mengangguk lalu duduk duduk di sofa yang ada di sebrang Anin.
"Asisten gue belum dateng kalo lo mau lo bisa jadi Asisten gue dulu sementara" tawar Gavin.
"Nggak bisa di tempatin di bagian lain, jadi office girls juga nggak masalah" tolak Anin.
Gavin menghela nafasnya kasar lalu menyilangkan tangannya di depan dada.
"Segitunya lo nolak kerja di deket gue, kenapa ? Takut jatuh cinta sama gue??" Tanya Gavin dengan senyum jumawa .
Anin memutar bola matanya malas "Kalau nggak ada lowongan di bagian lain tidak apa-apa Pak, saya permisi pulang dan terimakasih untuk tawarannya"
Anin langsung berdiri dan berjalan keluar namun saat Anin akan mencapai pintu ucapan Gavin membuat langkahnya berhenti.
"Yaudah kalo nggak mau, gue kasih tau Juna sama temen-temen lo aja" ancamnya.
"Terserah" ucap Anin melanjutkan langkahnya.
"1 bulan" celetuk Gavin.
"1 bulan aja lo jadi asisten gue , abis itu lo boleh pindah ke bagian finance" imbuhnya.
Anin berbalik menatap Gavin yang menatapnya lekat .
"Oke, deal" jawab Anin.
Gavin tersenyum lebar tak lama senyumnya hilang saat Anin kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar.
"Eits, mau kemana ?" Tanya Gavin.
"Pulang, kerjanya masih besok kan?" Anin balik bertanya.
"Ikut gue dulu!" Gavin menarik tangan Anin keluar dan menuju ke ruangan HRD.
Gavin menemui Mbak Vita yang bekerja di bagian HRD, Gavin meminta Mbak Vita menyiapkan name tag untuk Anindita.
"Baik Pak" jawab Mbak Vita.
Anindita tersenyum canggung karena Gavin masih memegang tangannya dan itu di lihat oleh Mbak Vita.
Lagi pula mana ada Bos yang datang sendiri ke ruang HRD untuk meminta name tag karyawan baru.
Pak Imam yang akan ke ruangannya tak sengaja bertemu dengan Gavin di depan pintu ruangan HRD.
"Nak Gavin!" Sapanya.
Gavin hanya menjawab sapaan Pak Imam dengan mengangguk.
"Kata Pak Hendra Nak Gavin mau ngurus anak cabang di sini, maafin Om karena Om datang terlambat" ucap Pak Imam mengusap menepuk bahu Gavin lembut.
"Gpp Om" jawab Gavin singkat.
Mata Pak Imam tertuju pada gadis yang berada di belakang Gavin.
"Dia.. "
"Asisten baru Gavin Om, namanya Anin" Gavin memotong ucapan Pak Imam. "Nin, kenalin beliau namanya Pak Imam, sahabat Papa sekaligus orang yang di percaya Papa buat ngurus cabang perusahaan ini" imbuhnya.
Anin tersenyum "Saya Anindita Rahma Pak" ucapnya menjulurkan tangannya.
"Panggil saya Om Imam saja kalau nggak ada orang lain, kamu pacarnya Gavin?" Tanya Pak Imam to the point.
"Om.."
"Bukan, kami hanya berteman" jawab Anindita.
Pak Imam terkekeh mendengar jawaban Anindita dan juga melihat ekspresi Gavin yang nampak tak suka dengan jawaban Anindita.
"Pelan-pelan saja Vin" ucap Pak Imam menepuk bahu Gavin sembari tertawa. "Yasudah kalau gitu, Om permisi dulu" imbuhnya meninggalkan Gavin dan Anindita.
Gavin menatap Anindita sembari menaikkan 1 alisnya, Anindita yang di tatap seperti itu hanya menggedikkan bahu lalu berlalu masuk ke dalam lift meninggalkan Gavin yang masih menatapnya.
"Huh!"
Sebelum pergi Anindita mampir ke pantai 2 untuk melihat Belinda yang sedang bekerja.
Belinda sedang di depan kamera dengan memakai dress polos berwarna biru muda.
"Cantik" gumam Anin.
Belinda yang melihat Anindita langsung melambaikan tangannya dan meminta Anindita duduk menunggunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments